Awan Kelinci Anak itu bernama Rere. Kulitnya hitam dan kasar. Bajunya penuh noda, sepertipemulung. la tersenyum kepadaku, tetapi aku diam saja. Mbok Minah mengajaknya kebelakang untuk dimandikan. Mama merangkul bahuku."Rere akan tinggal di sini menjadi adikmu. Kedua orang tua dan adik Rere meninggalsaat banjir besar. Ia yatim piatu," kata Mama.
"Tidak, Ma! Tidak ada yang bisa menggantikan Devi!" teriakku, lalu berlarike kamar sambil terisak.Aku berbaring di tempat tidurku sambil menangis. Aku mengingat adikkuDevi yang manis. Ia meninggal karena kanker darah. Hatiku pedih karena Mamamengajak seorang anak aneh menjadi pengganti adikku. Tidak! Aku tidak mau!Aku mengintip ke luar jendela. Langit biru cerah dihiasi awan-awan putih.Aku jadi ingat permainan tebak awan yang sering kumainkan bersama Devi dulu.Kami paling suka mencari awan berbentuk kelinci lucu. Tiba-tiba, aku jadi inginmelihat awan. Aku pun keluar kamar dan pergi ke teras.Kulayangkan pandang ke seluruh penjuru langit. Akan tetapi, tak ada awanberbentuk kelinci. Aku sedih sekali. Tiba-tiba, terdengar langkah di belakangku.Dan ... "Dulu, Rere dan adik Rere suka sekali mencari awan kelinci," terdengar suaraRere. Aku kaget mendengar perkataannya itu. "Sekarang ... aku sendirian ...," lanjutnya.Kemudian, ia menangis. Rupanya, keluarga Rere hanyut terbawa air bah.Aku merasa kasihan dan tidak kesal lagi padanya. Kuajak dia duduk di dekatku.Rere agak terisak, aku segera memeluknya.Aku merasa senasib dengan Rere. Kami sama-sama kehilangan saudara tercinta.Tiba-tiba, Rere berteriak keras. la menunjuk-nunjuk ke langit."Kak Mita, lihat, awan kelinci kecil!"Aku menatap tidak percaya. Benar! Awan berbentuk kelinci putih! Ada dua telingadan kaki. Perutnya sedikit lebih besar daripada kepalanya. Aku menatap Rere yangmelompat gembira di sampingku. Ah, memang tidak ada yang bisa menggantikan Devi.Akan tetapi, berbagi kasih sayang dengan Rere, tak ada salahnya, kan?
tolong carikan kalimat induktif,deduktif,atau deduktif-induktif! dari bacaan diatas.