Jadi asal-usulnya begini….. Dikisahkan seorang Syaikh (afwan, saya lupa namanya ). Sang Syaikh ini sedang dihadapan muridnya-muridnya yang akan mensyakal apa yang dikatakan oleh sang syaikh. Sang Syaikh menjelaskan kepada murid-muridnya, bila aku me-“monyong”-kan mulutku, maka itu berarti bentuk “dhommah”. Dan sampai saat ini dinamakan dhommah, coz arti dari dhommah itu sendiri adalah monyong. Dan bila aku membuka mulutku, maka itu berarti itu “fathah”. Coz, arti dari fathah adalah buka. Sedangkan, bila aku me-“mecah”-kan mulutku, maka itu “kasroh”. Karena arti dari kasroh adalah pecah. Dan bila aku diam, berarti itu “sukun”. Coz, arti dari sukun adalah diam.
Jadi asal-usulnya begini….. Dikisahkan seorang Syaikh (afwan, saya lupa namanya ). Sang Syaikh ini sedang dihadapan muridnya-muridnya yang akan mensyakal apa yang dikatakan oleh sang syaikh. Sang Syaikh menjelaskan kepada murid-muridnya, bila aku me-“monyong”-kan mulutku, maka itu berarti bentuk “dhommah”. Dan sampai saat ini dinamakan dhommah, coz arti dari dhommah itu sendiri adalah monyong. Dan bila aku membuka mulutku, maka itu berarti itu “fathah”. Coz, arti dari fathah adalah buka. Sedangkan, bila aku me-“mecah”-kan mulutku, maka itu “kasroh”. Karena arti dari kasroh adalah pecah. Dan bila aku diam, berarti itu “sukun”. Coz, arti dari sukun adalah diam.