S.M. Smissaert adalah seorang dokter Belanda yang menjadi saksi mata Perang Diponegoro. Dalam bukunya yang berjudul "De Oorlog tusschen de Vorsten van Solo en Djocjocarta en de Pangeran Dipanegara" (Terjemahan: Perang antara Pangeran dari Solo dan Yogyakarta dan Pangeran Dipanegara), Smissaert memberikan catatan tentang kepemimpinan Pangeran Diponegoro.
[tex] [/tex]
Smissaert mencatat bahwa Pangeran Diponegoro adalah seorang pemimpin yang memiliki pengaruh yang kuat di kalangan rakyat Jawa. Ia dihormati dan dianggap sebagai sosok yang adil dan bijaksana. Pangeran Diponegoro juga dianggap sebagai sosok yang pemberani dan gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan Jawa dari penjajahan Belanda.
Namun, Smissaert juga mencatat bahwa Pangeran Diponegoro memiliki sifat yang keras kepala dan sulit untuk dikendalikan. Ia sering kali bertindak impulsif dan tidak terlalu memikirkan dampak dari tindakannya terhadap rakyatnya. Hal ini dapat dilihat dari tindakan Pangeran Diponegoro yang memerintahkan pembakaran desa-desa yang dianggap berafiliasi dengan Belanda, meskipun banyak rakyatnya yang menjadi korban dalam tindakan tersebut.
Secara keseluruhan, Smissaert menggambarkan Pangeran Diponegoro sebagai seorang pemimpin yang karismatik dan berpengaruh, namun juga memiliki sifat keras kepala dan impulsif dalam tindakan yang dapat berdampak buruk terhadap rakyatnya.
S.M. Smissaert adalah seorang dokter Belanda yang menjadi saksi mata Perang Diponegoro. Dalam bukunya yang berjudul "De Oorlog tusschen de Vorsten van Solo en Djocjocarta en de Pangeran Dipanegara" (Terjemahan: Perang antara Pangeran dari Solo dan Yogyakarta dan Pangeran Dipanegara), Smissaert memberikan catatan tentang kepemimpinan Pangeran Diponegoro.
[tex] [/tex]
Smissaert mencatat bahwa Pangeran Diponegoro adalah seorang pemimpin yang memiliki pengaruh yang kuat di kalangan rakyat Jawa. Ia dihormati dan dianggap sebagai sosok yang adil dan bijaksana. Pangeran Diponegoro juga dianggap sebagai sosok yang pemberani dan gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan Jawa dari penjajahan Belanda.
Namun, Smissaert juga mencatat bahwa Pangeran Diponegoro memiliki sifat yang keras kepala dan sulit untuk dikendalikan. Ia sering kali bertindak impulsif dan tidak terlalu memikirkan dampak dari tindakannya terhadap rakyatnya. Hal ini dapat dilihat dari tindakan Pangeran Diponegoro yang memerintahkan pembakaran desa-desa yang dianggap berafiliasi dengan Belanda, meskipun banyak rakyatnya yang menjadi korban dalam tindakan tersebut.
Secara keseluruhan, Smissaert menggambarkan Pangeran Diponegoro sebagai seorang pemimpin yang karismatik dan berpengaruh, namun juga memiliki sifat keras kepala dan impulsif dalam tindakan yang dapat berdampak buruk terhadap rakyatnya.