windyjilan
Sistem Pemerintahan Daendels di Indonesia Pada tahun 1808 mulai berlangsung suatu zaman baru dalan hubungan Jawa- Eropa. Negeri Belanda telah berada dibawah kekuasaan Prancis 1795. Sehubungan dengan sentralisasi kekuasaan yang semakin besar, maka Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya, Louis Napoleon, sebagai penguasa di negeri Belanda pada tahun 1806. Pada tahun 1808 Louis mengirim Marsekal Herman Willem Daendels ke Batavia untuk menjadi Gubernur Jendral dan untuk memperkuat pertahanan Jawa sebagai basis melawan Inggris di samudra Hindia (Ricklefs, 1998: 170). Pada tanggal 1 Januari 1808 Daendels tiba di Banten. Tanggal 15 Januari 1808 kekuasaan resmi berada di tangan Daendels. Kedatangan Daendels di Indonesia sebagai Gubernur Jendral memiliki dua tugas. Pertama, mempertahankan pulau Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris. Kedua, memperbaiki keadaan tanah jajahan di Indonesia. Untuk mempertahankan pulau jawa dari serangan Inggris, Daendels mengambil langkah-langkah: 1. Membuat jalan raya dari Anyer sampai Panarukan 2. Mendirikan benteng- benteng pertahanan 3. Membangun pangkalan angkatan laut di Merak dan Ujung Kulon 4. Mendirikan pabrik senjata di semarang dan Surabaya 5. Memperkuat pasukan yang terdiri dari orang- orang Indonesia Usaha- usaha yang dilakukan Daendels banyak membutuhkan biaya, untuk itu Daendels menempuh jalan-jalan sebagai berikut: 1. Aturan penyerahan sebagian dari hasil bumi sebagai pajak (contingenten) dan aturan penjualan paksa hasil bumi kepada pemerintah dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah 2. Pelaksanaan kerja rodi (seperti pembuatan jalan Anyer-Panarukan) 3. Penjualan tanah kepada orang- orang partikelir (orang Belanda atau Cina, sehingga lahirlah tanah-tanah milik swasta) 4. Perluasan tanaman kopi karena hasilnya menguntungkan. Pada bulan Mei 1811 kedudukan Daendels sebagai gubernur Jendral digantikan oleh Jan Willem Jansses (Rickleft, 1998: 173). Hal ini dikarenakan Daendels bertindak dictator, kejam, dan sewenang-wenang. Akibatnya pemerintahannya banyak menimbulkan kritik, baik dari dalam maupun dari luar negeri, akhirnya Daendels dipanggil pulang ke negeri Belanda. Alasan lain Daendels digantikan dikarenakan Prancis menyadari Inggris tidak mampu, maka Napoleon Bonaparte memanggil Daendels untuk diikut sertakan dalam penyerbuan ke Rusia pada perang Koalisi VI. Pada tanggal 4 Agustus 1811 enam puluh kapal Inggris muncul di depan Batavia dan sampai tanggal 26 agustus kota berikut daerah-daerah sekitarnya jatuh ke tangan Inggris. Janssens mundur ke Semarang, pihak Inggris berhasil memukul mundur pihak Janssens dan pada tanggal 18 September Jenssens menyerah didekat Salatiga (Rickleft, 1998: 173). Pada saat itu Jenssens menandatangani Kapitulasi Tuntang yang isi pokoknya ialah seluruh pulau Jawa menjadi milik Inggris, Sejak saat itu, Indonesia menjadi jajahan Inggris
Pada tahun 1808 mulai berlangsung suatu zaman baru dalan hubungan Jawa- Eropa. Negeri Belanda telah berada dibawah kekuasaan Prancis 1795. Sehubungan dengan sentralisasi kekuasaan yang semakin besar, maka Napoleon Bonaparte mengangkat adiknya, Louis Napoleon, sebagai penguasa di negeri Belanda pada tahun 1806. Pada tahun 1808 Louis mengirim Marsekal Herman Willem Daendels ke Batavia untuk menjadi Gubernur Jendral dan untuk memperkuat pertahanan Jawa sebagai basis melawan Inggris di samudra Hindia (Ricklefs, 1998: 170). Pada tanggal 1 Januari 1808 Daendels tiba di Banten. Tanggal 15 Januari 1808 kekuasaan resmi berada di tangan Daendels.
Kedatangan Daendels di Indonesia sebagai Gubernur Jendral memiliki dua tugas. Pertama, mempertahankan pulau Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris. Kedua, memperbaiki keadaan tanah jajahan di Indonesia. Untuk mempertahankan pulau jawa dari serangan Inggris, Daendels mengambil langkah-langkah:
1. Membuat jalan raya dari Anyer sampai Panarukan
2. Mendirikan benteng- benteng pertahanan
3. Membangun pangkalan angkatan laut di Merak dan Ujung Kulon
4. Mendirikan pabrik senjata di semarang dan Surabaya
5. Memperkuat pasukan yang terdiri dari orang- orang Indonesia
Usaha- usaha yang dilakukan Daendels banyak membutuhkan biaya, untuk itu Daendels menempuh jalan-jalan sebagai berikut:
1. Aturan penyerahan sebagian dari hasil bumi sebagai pajak (contingenten) dan aturan penjualan paksa hasil bumi kepada pemerintah dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah
2. Pelaksanaan kerja rodi (seperti pembuatan jalan Anyer-Panarukan)
3. Penjualan tanah kepada orang- orang partikelir (orang Belanda atau Cina, sehingga lahirlah tanah-tanah milik swasta)
4. Perluasan tanaman kopi karena hasilnya menguntungkan.
Pada bulan Mei 1811 kedudukan Daendels sebagai gubernur Jendral digantikan oleh Jan Willem Jansses (Rickleft, 1998: 173). Hal ini dikarenakan Daendels bertindak dictator, kejam, dan sewenang-wenang. Akibatnya pemerintahannya banyak menimbulkan kritik, baik dari dalam maupun dari luar negeri, akhirnya Daendels dipanggil pulang ke negeri Belanda. Alasan lain Daendels digantikan dikarenakan Prancis menyadari Inggris tidak mampu, maka Napoleon Bonaparte memanggil Daendels untuk diikut sertakan dalam penyerbuan ke Rusia pada perang Koalisi VI.
Pada tanggal 4 Agustus 1811 enam puluh kapal Inggris muncul di depan Batavia dan sampai tanggal 26 agustus kota berikut daerah-daerah sekitarnya jatuh ke tangan Inggris. Janssens mundur ke Semarang, pihak Inggris berhasil memukul mundur pihak Janssens dan pada tanggal 18 September Jenssens menyerah didekat Salatiga (Rickleft, 1998: 173). Pada saat itu Jenssens menandatangani Kapitulasi Tuntang yang isi pokoknya ialah seluruh pulau Jawa menjadi milik Inggris, Sejak saat itu, Indonesia menjadi jajahan Inggris