Apa struktur teks anekdot hukum peradilan dan pengertoannya
MbaaBoy11STRUKTUR TEKS ANEKDOT Abstraksi : Gambaran suasana awal Orientasi : Pandangan yang mendasari pikiran Krisis : Pemunculan masalah Reaksi : Respon/tanggapan/tindakan terhadap krisis Koda : Penutup ABSTRAKSI Pada zaman dahulu di suatu negara ada seorang tukang pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya. ORIENTASI Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke Pasar dengan Pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. KRISIS Si Tukang Pedati mengadukan si Pembuat Jembatan kepada Hakim agar dihukum karena Jembatan yang dibuatnya tidak kuat. Sehingga si Tukang Pedati jatuh ke Sungai, kuda beserta dagangannya hanyut. REAKSI Hakim memanggil si Pembuat Jembatan, si Tukang Kayu, si Penjual Kayu untuk diadili. Namun mereka akhirnya lolos dari tuduhan karena mereka memiliki alasan yang cerdas. Lalu Hakim memanggil si Pembantu Penjual kayu untuk diadili dan di penjara. Namun hal tersebut tidak dilakukan karena Pembantu itu terlalu gemuk dan tidak mempunyai uang. KODA Akhirnya Yang Mulia Hakim memenjarakan Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan mempunyai uang, Sang Hakim bertanya pada Khalayak ramai yang menyaksikan pengadilan tersebut, “Saudara-Saudara semua, bagaimanakah pandangan kalian, peradilan sudah adil?”, Masyarakat setempat menjawab “Adiiil!!” Tukang Pedati Si Pembuat Jembatan Si Tukang Kayu Si Penjual Kayu Si Pembantu Pengawal Masyarakat
sayogoutomoPada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang tukang pedati yang rajindan tekun. (abstrak)
Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. (orentasi)
Namun sayang, ternyata kayu yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke sungai. Kuda beserta dagangannya hanyut. Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara-gara jembatan yang rapuh. Kemudian, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim untuk mengadukan si Pembuat Jembatan agar dihukum danmemberi uang ganti rugi. (krisis)
Permohonan keluarga si Tukang Pedati dikabulkan. Hakim memanggil si Pembuat Jembatan untuk diadili. Namun, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima. Ia menimpakan kesalahan kepada tukang kayu yang menyediakan kayu untuk bahan jembatan itu. Kemudian, hakim memanggil si Tukang Kayu. Sesampainya di hadapan hakim, si Tukang Kayu bertanya kepada hakim, “Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke persidangan?” Yang Mulia Hakim menjawab, “Kesalahan kamu sangatbesar. Kayu yang kamu bawa untuk membuat jembatan itu ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati beserta kudanya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan menggantisegala kerugian si Tukang Pedati.” Si Tukang Kayu membela diri, “Kalau itu permasalahannya, ya, jangan salahkan saya, salahkan saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang jelek.” Yang Mulia Hakim berpikir, “Benar juga apayang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang menyebabkan tukang kayu membawa kayu yang jelek untuk si Pembuat Jembatan.” Lalu, hakim berkata kepada pengawalnya, “Hai pengawal, bawa si Penjual Kayu kemari untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya!” Pergilah si Pengawal menjemput si Penjual Kayu. Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke hadapan hakim. “Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?” kata si Penjual Kayu. Sang Hakim menjawab, “Kesalahanmu sangatbesar karena kamu tidak menjual kayu yang bagus kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan seseorang kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati.” Si Penjual Kayu menjawab, “Kalau itu permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu yang jelek kepada si Tukang Kayuitu.” Benar juga apa yang dikatakan si Penjual Kayu itu. “Hai pengawal bawa si Pembantu ke hadapanku!” Maka si Pengawal pun menjemput si Pembantu. (reaksi)
Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan ke penjara dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan pengadilan tersebut, ”Saudara-saudarasemua, bagaimanakah menurut pandangan kalian, peradilan ini sudah adil?” Masyarakat yang ada serempak menjawab, “Adiiill!!!” (koda)
10 votes Thanks 38
fatiya27
kalo boleh tau ap judulnya dan siapa pengarangnya
Abstraksi : Gambaran suasana awal
Orientasi : Pandangan yang mendasari pikiran
Krisis : Pemunculan masalah
Reaksi : Respon/tanggapan/tindakan terhadap krisis
Koda : Penutup
ABSTRAKSI
Pada zaman dahulu di suatu negara ada seorang tukang pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya.
ORIENTASI
Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke Pasar dengan Pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun.
KRISIS
Si Tukang Pedati mengadukan si Pembuat Jembatan kepada Hakim agar dihukum karena Jembatan yang dibuatnya tidak kuat. Sehingga si Tukang Pedati jatuh ke Sungai, kuda beserta dagangannya hanyut.
REAKSI
Hakim memanggil si Pembuat Jembatan, si Tukang Kayu, si Penjual Kayu untuk diadili. Namun mereka akhirnya lolos dari tuduhan karena mereka memiliki alasan yang cerdas. Lalu Hakim memanggil si Pembantu Penjual kayu untuk diadili dan di penjara. Namun hal tersebut tidak dilakukan karena Pembantu itu terlalu gemuk dan tidak mempunyai uang.
KODA
Akhirnya Yang Mulia Hakim memenjarakan Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan mempunyai uang, Sang Hakim bertanya pada Khalayak ramai yang menyaksikan pengadilan tersebut, “Saudara-Saudara semua, bagaimanakah pandangan kalian, peradilan sudah adil?”, Masyarakat setempat menjawab “Adiiil!!”
Tukang Pedati
Si Pembuat Jembatan
Si Tukang Kayu
Si Penjual Kayu
Si Pembantu
Pengawal
Masyarakat
Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. (orentasi)
Namun sayang, ternyata kayu yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke sungai. Kuda beserta dagangannya hanyut. Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara-gara jembatan yang rapuh. Kemudian, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim untuk mengadukan si Pembuat Jembatan agar dihukum danmemberi uang ganti rugi. (krisis)
Permohonan keluarga si Tukang Pedati dikabulkan. Hakim memanggil si Pembuat Jembatan untuk diadili. Namun, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima. Ia menimpakan kesalahan kepada tukang kayu yang menyediakan kayu untuk bahan jembatan itu. Kemudian, hakim memanggil si Tukang Kayu. Sesampainya di hadapan hakim, si Tukang Kayu bertanya kepada hakim, “Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke persidangan?” Yang Mulia Hakim menjawab, “Kesalahan kamu sangatbesar. Kayu yang kamu bawa untuk membuat jembatan itu ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati beserta kudanya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan menggantisegala kerugian si Tukang Pedati.” Si Tukang Kayu membela diri, “Kalau itu permasalahannya, ya, jangan salahkan saya, salahkan saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang jelek.” Yang Mulia Hakim berpikir, “Benar juga apayang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang menyebabkan tukang kayu membawa kayu yang jelek untuk si Pembuat Jembatan.” Lalu, hakim berkata kepada pengawalnya, “Hai pengawal, bawa si Penjual Kayu kemari untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya!” Pergilah si Pengawal menjemput si Penjual Kayu. Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke hadapan hakim. “Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?” kata si Penjual Kayu. Sang Hakim menjawab, “Kesalahanmu sangatbesar karena kamu tidak menjual kayu yang bagus kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan seseorang kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam pedati.” Si Penjual Kayu menjawab, “Kalau itu permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu yang jelek kepada si Tukang Kayuitu.” Benar juga apa yang dikatakan si Penjual Kayu itu. “Hai pengawal bawa si Pembantu ke hadapanku!” Maka si Pengawal pun menjemput si Pembantu. (reaksi)
Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang itu dimasukkan ke penjara dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan pengadilan tersebut, ”Saudara-saudarasemua, bagaimanakah menurut pandangan kalian, peradilan ini sudah adil?” Masyarakat yang ada serempak menjawab, “Adiiill!!!” (koda)