Apa sih penyebab perang kerajaan Ternate dg kerajaan Tidore
wushbsinao
Sejak dulu wilayah Maluku dikenal sebagai pusat rempah. Bahkan kedatangan awal bangsa Eropa (Portugis) ke Nusantara memiliki motif untuk mencari rempah yang tak lain berpusat di Maluku.
Di Maluku sendiri terdapat beberapa kerajaan, antara lain Jailolo, Bacan, Tidore dan Obi. Di antara beberapa kerajaan yang tersebar di kepulauan Maluku tersebut, Jailolo merupakan kerajaan paling tua. Namun demikian kerajaan Ternate merupakan kerajaan paling menonjol karena tanahnya yang subur menghasilkan rempah-rempah yang melimpah. Oleh sebab itu, kerajaan-kerajaan lain menjadi iri kepada kerajaan Ternate. Di sinilah konflik yang kelak berlangsung lama tersebut terjadi: perebutan penguasaan atas komuditas rempah.
Konflik akibat rempah itu pernah mengalami masa damai melalui sebuah perjanjian yang dilakukan di pulau Motir. Namun kesepakatan damai itu tidak berlangsung lama, sebab setelah itu Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore saling berebut hegemoni. Kedua kerajaan tersebut saling membentuk persekutuan. Ternate bersekutu dengan lima daerah, yaitu Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon yang disebut Uli Lima (Persekutuan Lima). Sedangkan Tidore tak mau kalah dan membuat persekutuan yang terdiri atas sembilan daerah, yaitu Makayan, Jailolo, Soe-siu dan pulau-pulau antara Halmahera sampai bagian barat Papua yang disebut Ulgi Siwa (Persekutuan Sembilan).
Dengan demikian, konflik perebutan hegemoni rempah itu mendudukan Ternate di satu pihak dan Tidore di pihak yang lain. Dan konflik semakin runyam saja manakala pada 1521 armada Portugis yang dipimpin Ferdinand Magellan mencapai kepulauan Maluku. Pada saat bersamaan Portugis memiliki konflik dengan Spanyol yang juga berhasrat untuk menguasai perdagangan rempah di pasar Eropa. Dengan demikian konflik kepentingan menjadi semakin rumit karena mendudukan empat kepentingan dari kekuatan-kekuatan besar. Pihak penguasa lokal menginginkan penguasaan atas lahan rempah, sedangkan pihak eropa ingin memonopoli perdagangan rempah ke pasar internasional.
Kesimpulannya, konflik Ternate-Tidore yang dipicu oleh penguasaan atas rempah menjadi runyam dan berlarut tatkala pedagang Eropa (Portugis-Spanyol) bermaksud memonopoli perdagangan rempah di tempat tersebut.
0 votes Thanks 1
081288680210
Sejak dulu wilayah Maluku dikenal sebagai pusat rempah. Bahkan kedatangan awal bangsa Eropa (Portugis) ke Nusantara memiliki motif untuk mencari rempah yang tak lain berpusat di Maluku.
Di Maluku sendiri terdapat beberapa kerajaan, antara lain Jailolo, Bacan, Tidore dan Obi. Di antara beberapa kerajaan yang tersebar di kepulauan Maluku tersebut, Jailolo merupakan kerajaan paling tua. Namun demikian kerajaan Ternate merupakan kerajaan paling menonjol karena tanahnya yang subur menghasilkan rempah-rempah yang melimpah. Oleh sebab itu, kerajaan-kerajaan lain menjadi iri kepada kerajaan Ternate. Di sinilah konflik yang kelak berlangsung lama tersebut terjadi: perebutan penguasaan atas komuditas rempah.
Konflik akibat rempah itu pernah mengalami masa damai melalui sebuah perjanjian yang dilakukan di pulau Motir. Namun kesepakatan damai itu tidak berlangsung lama, sebab setelah itu Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore saling berebut hegemoni. Kedua kerajaan tersebut saling membentuk persekutuan. Ternate bersekutu dengan lima daerah, yaitu Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon yang disebut Uli Lima (Persekutuan Lima). Sedangkan Tidore tak mau kalah dan membuat persekutuan yang terdiri atas sembilan daerah, yaitu Makayan, Jailolo, Soe-siu dan pulau-pulau antara Halmahera sampai bagian barat Papua yang disebut Ulgi Siwa (Persekutuan Sembilan).
Dengan demikian, konflik perebutan hegemoni rempah itu mendudukan Ternate di satu pihak dan Tidore di pihak yang lain. Dan konflik semakin runyam saja manakala pada 1521 armada Portugis yang dipimpin Ferdinand Magellan mencapai kepulauan Maluku. Pada saat bersamaan Portugis memiliki konflik dengan Spanyol yang juga berhasrat untuk menguasai perdagangan rempah di pasar Eropa. Dengan demikian konflik kepentingan menjadi semakin rumit karena mendudukan empat kepentingan dari kekuatan-kekuatan besar. Pihak penguasa lokal menginginkan penguasaan atas lahan rempah, sedangkan pihak eropa ingin memonopoli perdagangan rempah ke pasar internasional.
Kesimpulannya, konflik Ternate-Tidore yang dipicu oleh penguasaan atas rempah menjadi runyam dan berlarut tatkala pedagang Eropa (Portugis-Spanyol) bermaksud memonopoli perdagangan rempah di tempat tersebut.
Di Maluku sendiri terdapat beberapa kerajaan, antara lain Jailolo, Bacan, Tidore dan Obi. Di antara beberapa kerajaan yang tersebar di kepulauan Maluku tersebut, Jailolo merupakan kerajaan paling tua. Namun demikian kerajaan Ternate merupakan kerajaan paling menonjol karena tanahnya yang subur menghasilkan rempah-rempah yang melimpah. Oleh sebab itu, kerajaan-kerajaan lain menjadi iri kepada kerajaan Ternate. Di sinilah konflik yang kelak berlangsung lama tersebut terjadi: perebutan penguasaan atas komuditas rempah.
Konflik akibat rempah itu pernah mengalami masa damai melalui sebuah perjanjian yang dilakukan di pulau Motir. Namun kesepakatan damai itu tidak berlangsung lama, sebab setelah itu Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore saling berebut hegemoni. Kedua kerajaan tersebut saling membentuk persekutuan. Ternate bersekutu dengan lima daerah, yaitu Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon yang disebut Uli Lima (Persekutuan Lima). Sedangkan Tidore tak mau kalah dan membuat persekutuan yang terdiri atas sembilan daerah, yaitu Makayan, Jailolo, Soe-siu dan pulau-pulau antara Halmahera sampai bagian barat Papua yang disebut Ulgi Siwa (Persekutuan Sembilan).
Dengan demikian, konflik perebutan hegemoni rempah itu mendudukan Ternate di satu pihak dan Tidore di pihak yang lain. Dan konflik semakin runyam saja manakala pada 1521 armada Portugis yang dipimpin Ferdinand Magellan mencapai kepulauan Maluku. Pada saat bersamaan Portugis memiliki konflik dengan Spanyol yang juga berhasrat untuk menguasai perdagangan rempah di pasar Eropa. Dengan demikian konflik kepentingan menjadi semakin rumit karena mendudukan empat kepentingan dari kekuatan-kekuatan besar. Pihak penguasa lokal menginginkan penguasaan atas lahan rempah, sedangkan pihak eropa ingin memonopoli perdagangan rempah ke pasar internasional.
Kesimpulannya, konflik Ternate-Tidore yang dipicu oleh penguasaan atas rempah menjadi runyam dan berlarut tatkala pedagang Eropa (Portugis-Spanyol) bermaksud memonopoli perdagangan rempah di tempat tersebut.
Di Maluku sendiri terdapat beberapa kerajaan, antara lain Jailolo, Bacan, Tidore dan Obi. Di antara beberapa kerajaan yang tersebar di kepulauan Maluku tersebut, Jailolo merupakan kerajaan paling tua. Namun demikian kerajaan Ternate merupakan kerajaan paling menonjol karena tanahnya yang subur menghasilkan rempah-rempah yang melimpah. Oleh sebab itu, kerajaan-kerajaan lain menjadi iri kepada kerajaan Ternate. Di sinilah konflik yang kelak berlangsung lama tersebut terjadi: perebutan penguasaan atas komuditas rempah.
Konflik akibat rempah itu pernah mengalami masa damai melalui sebuah perjanjian yang dilakukan di pulau Motir. Namun kesepakatan damai itu tidak berlangsung lama, sebab setelah itu Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore saling berebut hegemoni. Kedua kerajaan tersebut saling membentuk persekutuan. Ternate bersekutu dengan lima daerah, yaitu Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon yang disebut Uli Lima (Persekutuan Lima). Sedangkan Tidore tak mau kalah dan membuat persekutuan yang terdiri atas sembilan daerah, yaitu Makayan, Jailolo, Soe-siu dan pulau-pulau antara Halmahera sampai bagian barat Papua yang disebut Ulgi Siwa (Persekutuan Sembilan).
Dengan demikian, konflik perebutan hegemoni rempah itu mendudukan Ternate di satu pihak dan Tidore di pihak yang lain. Dan konflik semakin runyam saja manakala pada 1521 armada Portugis yang dipimpin Ferdinand Magellan mencapai kepulauan Maluku. Pada saat bersamaan Portugis memiliki konflik dengan Spanyol yang juga berhasrat untuk menguasai perdagangan rempah di pasar Eropa. Dengan demikian konflik kepentingan menjadi semakin rumit karena mendudukan empat kepentingan dari kekuatan-kekuatan besar. Pihak penguasa lokal menginginkan penguasaan atas lahan rempah, sedangkan pihak eropa ingin memonopoli perdagangan rempah ke pasar internasional.
Kesimpulannya, konflik Ternate-Tidore yang dipicu oleh penguasaan atas rempah menjadi runyam dan berlarut tatkala pedagang Eropa (Portugis-Spanyol) bermaksud memonopoli perdagangan rempah di tempat tersebut.
maaf kalau salah
semoga membantu