Fertilitas merupakan salah satu komponen demografi yang memengaruhi pertumbuhan penduduk suatu negara secara alami. Jumlah penduduk menjadi dasar pertimbangan pemerintah Indonesia dalam mengambil keputusan serta membuat kebijakan seperti penyediaan fasilitas umum, pendidikan, dan lapangan pekerjaan. Terdapat dua macam pengukuran fertilitas yaitu pengukuran langsung dan tidak langsung. Beberapa pengukuran langsung yang sering digunakan adalah CBR, GFR, TFR, dan ASFR. Pengukuran langsung ini memerlukan data registrasi vital penduduk yang hingga saat ini belum tersedia secara lengkap di Indonesia. Oleh karena itu pengukuran fertilitas dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan data hasil sensus atau survei penduduk. Salah satu metode pengukuran fertilitas secara tidak langsung yaitu model fertilitas Coale-Trussell. Model fertilitas ini selain bisa menentukan tingkat fertilitas, juga dapat melihat tingkat penggunaan alat Keluarga Berencana (KB) dengan menduga nilai parameter yang terdapat pada model yaitu untuk perilaku penjarangan dan untuk perilaku hentian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis metode pendugaan parameter model fertilitas Coale-Trussell, serta mengaplikasikan model tersebut menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 pada enam provinsi yaitu Sumbar, Yogyakarta, NTT, Maluku, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Utara . Penelitian ini dimulai dengan mengkaji model fertilitas Coale-Trussell di mana banyaknya bayi yang dilahirkan terakhir diasumsikan mengikuti sebaran Poisson sehingga dianalisis menggunakan regresi Poisson. Regresi Poisson ini digunakan untuk model data diskrit dan pendugaan parameter model dapat menggunakan metode maximum likelihood. Akan tetapi pada regresi Poisson harus menyaratkan bahwa rataan variabel terikat harus sama dengan varian (equidispersi). Pada data cacah atau diskrit seringkali dijumpai data yang variannya lebih besar dari rataannya atau lebih dikenal dengan masalah overdispersi. Ada tidaknya masalah overdispersi pada data diskrit diuji dengan uji statistik Pearson Chi-Square. Alternatif penyelesaian masalah overdispersi adalah dengan menggunakan regresi binomial negatif. Hal-hal tersebut akan diaplikasikan terhadap data SDKI di mana variabel yang akan diperlukan adalah usia wanita pada saat survei dilakukan, dan kelahiran terakhir dari wanita tersebut. Kelahiran terakhir yang dihitung adalah kelahiran yang berada dalam rentang lima tahun sebelum survei. Setelah itu dilakukan pendugaan parameter model dan dilakukan interpretasi terhadap parameter tersebut. Setelah dilakukan pendugaan parameter fertilitas Coale-Trussell dengan maximum likelihood, hasil yang diperoleh adalah terdapat masalah overdispersi pada tiga provinsi yaitu Sumbar, Yogyakarta, dan NTT. Setelah itu, estimasi parameter dilakukan dengan regresi binomial negatif. Tingkat fertilitas perkawinan alami pada enam provinsi amatan berada di antara 59% sampai 64% di bawah tingkat fertilitas perkawinan alami standar, artinya cukup banyak perilaku yang menyebabkan pengaturan jarak kelahiran di enam provinsi tersebut yang dapat menyebabkan turunnya tingkat fertilitas alami. Dari enam provinsi yang diamati, masyarakat yang menerapkan perilaku hentian kelahiran dengan efektif adalah masyarakat provinsi Yogyakarta. Sedangkan efektivitas dalam penggunaan KB di provinsi Maluku dan NTT masih rendah.
Jawaban:
Fertilitas merupakan salah satu komponen demografi yang memengaruhi pertumbuhan penduduk suatu negara secara alami. Jumlah penduduk menjadi dasar pertimbangan pemerintah Indonesia dalam mengambil keputusan serta membuat kebijakan seperti penyediaan fasilitas umum, pendidikan, dan lapangan pekerjaan. Terdapat dua macam pengukuran fertilitas yaitu pengukuran langsung dan tidak langsung. Beberapa pengukuran langsung yang sering digunakan adalah CBR, GFR, TFR, dan ASFR. Pengukuran langsung ini memerlukan data registrasi vital penduduk yang hingga saat ini belum tersedia secara lengkap di Indonesia. Oleh karena itu pengukuran fertilitas dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan data hasil sensus atau survei penduduk. Salah satu metode pengukuran fertilitas secara tidak langsung yaitu model fertilitas Coale-Trussell. Model fertilitas ini selain bisa menentukan tingkat fertilitas, juga dapat melihat tingkat penggunaan alat Keluarga Berencana (KB) dengan menduga nilai parameter yang terdapat pada model yaitu untuk perilaku penjarangan dan untuk perilaku hentian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis metode pendugaan parameter model fertilitas Coale-Trussell, serta mengaplikasikan model tersebut menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 pada enam provinsi yaitu Sumbar, Yogyakarta, NTT, Maluku, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Utara . Penelitian ini dimulai dengan mengkaji model fertilitas Coale-Trussell di mana banyaknya bayi yang dilahirkan terakhir diasumsikan mengikuti sebaran Poisson sehingga dianalisis menggunakan regresi Poisson. Regresi Poisson ini digunakan untuk model data diskrit dan pendugaan parameter model dapat menggunakan metode maximum likelihood. Akan tetapi pada regresi Poisson harus menyaratkan bahwa rataan variabel terikat harus sama dengan varian (equidispersi). Pada data cacah atau diskrit seringkali dijumpai data yang variannya lebih besar dari rataannya atau lebih dikenal dengan masalah overdispersi. Ada tidaknya masalah overdispersi pada data diskrit diuji dengan uji statistik Pearson Chi-Square. Alternatif penyelesaian masalah overdispersi adalah dengan menggunakan regresi binomial negatif. Hal-hal tersebut akan diaplikasikan terhadap data SDKI di mana variabel yang akan diperlukan adalah usia wanita pada saat survei dilakukan, dan kelahiran terakhir dari wanita tersebut. Kelahiran terakhir yang dihitung adalah kelahiran yang berada dalam rentang lima tahun sebelum survei. Setelah itu dilakukan pendugaan parameter model dan dilakukan interpretasi terhadap parameter tersebut. Setelah dilakukan pendugaan parameter fertilitas Coale-Trussell dengan maximum likelihood, hasil yang diperoleh adalah terdapat masalah overdispersi pada tiga provinsi yaitu Sumbar, Yogyakarta, dan NTT. Setelah itu, estimasi parameter dilakukan dengan regresi binomial negatif. Tingkat fertilitas perkawinan alami pada enam provinsi amatan berada di antara 59% sampai 64% di bawah tingkat fertilitas perkawinan alami standar, artinya cukup banyak perilaku yang menyebabkan pengaturan jarak kelahiran di enam provinsi tersebut yang dapat menyebabkan turunnya tingkat fertilitas alami. Dari enam provinsi yang diamati, masyarakat yang menerapkan perilaku hentian kelahiran dengan efektif adalah masyarakat provinsi Yogyakarta. Sedangkan efektivitas dalam penggunaan KB di provinsi Maluku dan NTT masih rendah.
Penjelasan:
Kebanyakan ya hehe:))