Mahabharata dan Ramayana memang dua epos yang berbeda, dengan karakter-karakter yang berbeda. Mengapa harus dicari lagi perbedaannya?
Keduanya merupakan epos yang lahir di India dan kemudian digubah kembali di Indonesia menjadi cerita wayang, baik dalam wayang kulit maupun wayang golek. Mahabharata mengisahkan kehidupan bangsa Bharata. Meskipun cerita ini sangat panjang, klimaksnya terletak pada perebutan warisan takhta kerajaan Hastinapura antara Pandawa (putra-putra Pandu) yang merupakan pewaris sah Hastinapura dengan Kurawa (putra-putra Drestarata). Perang besar Bharatayudha mengakhiri kekuasaan Kurawa di Hastinapura. Kisah ini menarik karena karakter-karakternya mencerminkan watak manusia. Kalau diteliti lebih mendalam, tidak ada tokoh yang sepenuhnya pahlawan atau penjahat dalam kisah ini. Orang “baik-baik” sesekali juga berbuat jahat, demikian sebaliknya.
Ramayana adalah epos yang berbeda, dipercaya lebih tua dibandingkan Mahabharata. Klimaks kisah ini adalah penculikan Shinta oleh Rahwana yang berlanjut dengan peperangan besar antara Rama dan Rahwana. Akhirnya, kemaharajaan Alengka hancur. Karakter-karakter dalam tokoh ini juga mencerminkan watak manusia. Ada kesetiaan, penghianatan, welas asih, serta kedengkian.
Kisah Ramayana dan Mahabharata sebenarnya adalah bagian dari kitab suci Hindu, mirip dengan kisah-kisah keteladanan para nabi dan orang-orang suci dalam agama Islam, Kristen, dan Yahudi. Tetapi dengan kejeniusan pujangga Jawa dan Sunda, kisah-kisah itu menjadi sarana efektif penyebaran Islam di Indonesia. Fakta ini yang sepertinya banyak dilupakan oleh generasi masa kini.
Mahabharata dan Ramayana memang dua epos yang berbeda, dengan karakter-karakter yang berbeda. Mengapa harus dicari lagi perbedaannya?
Keduanya merupakan epos yang lahir di India dan kemudian digubah kembali di Indonesia menjadi cerita wayang, baik dalam wayang kulit maupun wayang golek. Mahabharata mengisahkan kehidupan bangsa Bharata. Meskipun cerita ini sangat panjang, klimaksnya terletak pada perebutan warisan takhta kerajaan Hastinapura antara Pandawa (putra-putra Pandu) yang merupakan pewaris sah Hastinapura dengan Kurawa (putra-putra Drestarata). Perang besar Bharatayudha mengakhiri kekuasaan Kurawa di Hastinapura. Kisah ini menarik karena karakter-karakternya mencerminkan watak manusia. Kalau diteliti lebih mendalam, tidak ada tokoh yang sepenuhnya pahlawan atau penjahat dalam kisah ini. Orang “baik-baik” sesekali juga berbuat jahat, demikian sebaliknya.
Ramayana adalah epos yang berbeda, dipercaya lebih tua dibandingkan Mahabharata. Klimaks kisah ini adalah penculikan Shinta oleh Rahwana yang berlanjut dengan peperangan besar antara Rama dan Rahwana. Akhirnya, kemaharajaan Alengka hancur. Karakter-karakter dalam tokoh ini juga mencerminkan watak manusia. Ada kesetiaan, penghianatan, welas asih, serta kedengkian.
Kisah Ramayana dan Mahabharata sebenarnya adalah bagian dari kitab suci Hindu, mirip dengan kisah-kisah keteladanan para nabi dan orang-orang suci dalam agama Islam, Kristen, dan Yahudi. Tetapi dengan kejeniusan pujangga Jawa dan Sunda, kisah-kisah itu menjadi sarana efektif penyebaran Islam di Indonesia. Fakta ini yang sepertinya banyak dilupakan oleh generasi masa kini.