khatimahkhusnul
Berikut ini keempat resep dari Consensus Washington, untuk menentukan posisi yang dapat diambil terhadap implikasi dari globalisasi: 1. Menghapus Berbagai jenis Subsidi untuk Rakyat Hal ini bukanlah sebuah keputusan yang bijak apalagi diasaat sebagaian besar rakyat Indonesia sedang bergulat melawan krisis ekonomi. Kebijakan ini sesungguhnya hanya untuk kepentingan Negara-negara pengutang. Dalam kondisi krisis ekonomi justru pemerintah menekan rakyat untuk semakin berhemat. Tujuannya, Indonesia tetap dapat membayar hutang dengan bunganya meskipun terjadi penurunan devisa Negara. Ironisnya, di Negara kreditur hutang, justru menetapkan kebijakan memberikan subsidi besar-besaran bagi rakyatnya dalam berbagai sector penghidupan. Dan jumlah subsidi terus bertambah tiap taunnya tak pernah dikurangi. Padahal Negara tersebut sangat stabil dan relative maju. 2. Meliberalisasikan keuangan Kebijakan ini terjadi saat krisis ekonomi 1997 dan mengakibatkan bertambah terpuruknya perekonomian Indonesia. Liberalisasi ini menghasilkan kesepakatan menggunakan dolar Amerika sebagai nilai kurs Indonesia. Awalnya harga 1 dolar hanya Rp.2.500, begitu krisis melanda, dolar melonjak hingga Rp. 19.000. Lojakkan ini menguntungkan pihak pemilik dolar dan memperburuk kondisi ekonomi Indonesia. Serta mengakibatkan berlipatnya jumlah utang luar negeri berikut bunganya karena menggunakan standar dolar. Harga barang-barang impor juga ikut melonjak. Neraca pembayaran Indonesia pun naik berkali-kali lipat. Dolar tidak lagi sekedar nilai tukar, tetapi sudah menjadi komoditas perdagangan. Pemerintah Indonesia seharusnya belajar dari RRC yang bertahan tidak meng kurs-kan mata uangnya meski mendapat tekanan luar biasas dari Negara-negara G-8, terutama Amerika Serikat. Kebijakan ini membuat RRC tidak kena imbas krisis ekonomi tahun 1997. Bahkan barang-barang produk RRC diminati pasar dunia karena harganya sangat murah. 3. Meliberalisasikan Perbankan Kebijakan ini semakin memperparah perekonomian nasional. Dan juga mengakibatkan modal masyarakat dapat saja dimasukkan dalam bank asing. Kemudahan bank asing beroprasi, tingginya suku bunga, dan berbagai fasilitas kemudahannya mengakibatkan perbankan nasional harus bersaing ketat. Padahal, perbankan nasional kerap kali dimanfaatkan pengusaha dan pejabat Negara untuk mengeruk keuntungan. Akibatnya, bank-bank nasional rugi. Dan kerugian ini harus ditutup oleh dana BLBI yang besarnya mencapai puluhan triliun rupiah. 4. Melakukan Privatisasi Privatisasi adalah kebijakan untuk menjual sebagaian atau keseluruhan saham BUMN keapada pihak swasta. Alas an klasik menjadi dasar penjualan saham BUMN, yaitu adanya salah pengelolahan dan korupsi yang melanda hampir seluruh BUMN. Hal tersebut menimbulkan ide untuk menswastanisasikan atau memprivatisasi BUMN agar lebih efektif dan efisien penglolahannya.
0 votes Thanks 0
gunkadi15
Implikasi dalam globalisasi itu artinya keterlibatan masyarakat dalam globalisasi ,contohnya keterlibatan pengusaha, pemerintah, pelaku ekonomi dalam arus globalisasi tpi implikasi globalisasi akan mengarah ke bagaimana posisi kita dalam menyikapi arus globalisasi
Hal ini bukanlah sebuah keputusan yang bijak apalagi diasaat sebagaian besar
rakyat Indonesia sedang bergulat melawan krisis ekonomi. Kebijakan ini sesungguhnya hanya untuk kepentingan Negara-negara pengutang. Dalam kondisi krisis ekonomi justru pemerintah menekan rakyat untuk semakin berhemat. Tujuannya, Indonesia tetap dapat membayar hutang dengan bunganya meskipun terjadi penurunan devisa Negara. Ironisnya, di Negara kreditur hutang, justru menetapkan kebijakan memberikan subsidi besar-besaran bagi rakyatnya dalam berbagai sector penghidupan. Dan jumlah subsidi terus bertambah tiap taunnya tak pernah dikurangi. Padahal Negara tersebut sangat stabil dan relative maju. 2. Meliberalisasikan keuangan Kebijakan ini terjadi saat krisis ekonomi 1997 dan mengakibatkan bertambah
terpuruknya perekonomian Indonesia. Liberalisasi ini menghasilkan kesepakatan menggunakan dolar Amerika sebagai nilai kurs Indonesia. Awalnya harga 1 dolar hanya Rp.2.500, begitu krisis melanda, dolar melonjak hingga Rp. 19.000. Lojakkan ini menguntungkan pihak pemilik dolar dan memperburuk kondisi ekonomi Indonesia. Serta mengakibatkan berlipatnya jumlah utang luar negeri berikut bunganya karena menggunakan standar dolar. Harga barang-barang impor juga ikut melonjak. Neraca pembayaran Indonesia pun naik berkali-kali lipat. Dolar tidak lagi sekedar nilai tukar, tetapi sudah menjadi komoditas perdagangan. Pemerintah Indonesia seharusnya belajar dari RRC yang bertahan tidak meng kurs-kan mata uangnya meski mendapat tekanan luar biasas dari Negara-negara G-8, terutama Amerika Serikat. Kebijakan ini membuat RRC tidak kena imbas krisis ekonomi tahun 1997. Bahkan barang-barang produk RRC diminati pasar dunia karena harganya sangat murah. 3. Meliberalisasikan Perbankan Kebijakan ini semakin memperparah perekonomian nasional. Dan juga
mengakibatkan modal masyarakat dapat saja dimasukkan dalam bank asing. Kemudahan bank asing beroprasi, tingginya suku bunga, dan berbagai fasilitas kemudahannya mengakibatkan perbankan nasional harus bersaing ketat. Padahal, perbankan nasional kerap kali dimanfaatkan pengusaha dan pejabat Negara untuk mengeruk keuntungan. Akibatnya, bank-bank nasional rugi. Dan kerugian ini harus ditutup oleh dana BLBI yang besarnya mencapai puluhan triliun rupiah. 4. Melakukan Privatisasi Privatisasi adalah kebijakan untuk menjual sebagaian atau keseluruhan saham
BUMN keapada pihak swasta. Alas an klasik menjadi dasar penjualan saham BUMN, yaitu adanya salah pengelolahan dan korupsi yang melanda hampir seluruh BUMN. Hal tersebut menimbulkan ide untuk menswastanisasikan atau memprivatisasi BUMN agar lebih efektif dan efisien penglolahannya.
tpi implikasi globalisasi akan mengarah ke bagaimana posisi kita dalam menyikapi arus globalisasi