ecaelsyaa
Masuknya perdagangan Belanda yang selanjutnya membentuk konspirasi (Perserikatan Maskapai Hindia Timur) yang terwadah dalam VOC (Vereeningde Oast-Indische Compagnie) ke Indonesia pada tahun 1602, mempunyai pengaruh yang sangat kuat. Misi dagang mereka adalah untuk memonopoli perdagangan yang ada di Indonesia. Karena Indonesia pada saat itu mempunyai kekayaan alam yang sangat luar biasa.
VOC pada abad XVII mempunyai dua pusar fokus perhatian. Pertama, Maluku, tempat kekuasaannya kini menjadi relatif kokoh, Kedua, Jawa dimana terjadi peristiwa-peristiwa yang juga akan membuka jalan bagi dijalankannya suatu politik intervensi oleh pihak Belanda.
Keinginan menguasai Indonesia ini ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan intervensi kepada raja-raja yang saat itu berkuasa di Indonesia. Mulai dari wilayah Barat sampai ke wilayah timur. Namun perlawanan demi perlawanan untuk melawan penindasan dan intervensi VOC tersebut sangat besar di Indonesia. Mulai dari tokoh-tokoh yang ada diwilayah Timur Indonesia (Hasanudin di Makasar), sampai dengan perlawanan Trunajaya (Madura Barat / Surabaya).
Namun karena kekuatan dan kebesaran Belanda (VOC), maka perlawanan demi perlawanan bisa disingkirkan. Ini juga karena kedekatan VOC dengan raja-raja yang menguasai pada saat itu.
1. Intervensi di Indonesia Bagian Timur (Maluku & Makasar) (1630-1800)
Keinginan untuk menguasai Indonesia timur oleh VOC pada abad XVI sangat kuat. Tujuannya adalah menguasaAi rempah-rempah yang ada di Maluku. Namun keinginan tersebut baru mencapai keberhasilan yang sangat kecil. Kegagalannya tersebut karena ditentang oleh persekutuan lokal, yang terdiri dari kaum Muslim itu (Ambon bagian utara) dan pasukan-pasukan Ternate yang ada di Hoamoal (Semenanjung Seram bagian barat) dengan dukungan bangsa Makasar, Gowa.
Perlawanan dari dua wilayah tersebut terhadap monopoli VOC berlangsung sampai dengan meninggalnya Kakiali (tokoh penggerak perlawanan terhadap VOC di Hitu) tahun 1643. Walapun sebenarnya kerajaan Ternater (Maluku) sejak tahun 1938 sudah menjadi sekutu dari VOC Setelah menguasai Ternate, VOC dengan bantuan tentara Ternate melancarkan serangan ke Makasar (Gowa) di Sulawesi Selatan. Karena Makasarlah yang selama ini dianggap sebagai penghalang VOC menguasai daerah Hitu dan Hoamoal. Kasultanan ini menurut Ricklefs memiliki kekuatan militer yang besar yang harus diperhatikan VOC secara lebih serius daripada musuh-musuhnya di Maluku Selatan
Untuk menguasai Makasar, VOC terlebih dahulu bersekutu dengan pangeran Bugis dari Bone, La Tenritatta to Unru / Arung Palakka (1634-1696). Dukungan ini disebabkan karena, walaupun kekuasaan Gowa memberikan otonomi yang luas daerah-daerah yang menjadi wilayahnya, namun penguasa Gowa telah menimbulkan perasaan benci dikalangan daerah-daerah wilayahnya. Hal tersebutlah yang mendasari Bugis menerima ajakan VOC untuk menghancurkan Makasar (Gowa).
VOC pada abad XVII mempunyai dua pusar fokus perhatian. Pertama, Maluku, tempat kekuasaannya kini menjadi relatif kokoh, Kedua, Jawa dimana terjadi peristiwa-peristiwa yang juga akan membuka jalan bagi dijalankannya suatu politik intervensi oleh pihak Belanda.
Keinginan menguasai Indonesia ini ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan intervensi kepada raja-raja yang saat itu berkuasa di Indonesia. Mulai dari wilayah Barat sampai ke wilayah timur. Namun perlawanan demi perlawanan untuk melawan penindasan dan intervensi VOC tersebut sangat besar di Indonesia. Mulai dari tokoh-tokoh yang ada diwilayah Timur Indonesia (Hasanudin di Makasar), sampai dengan perlawanan Trunajaya (Madura Barat / Surabaya).
Namun karena kekuatan dan kebesaran Belanda (VOC), maka perlawanan demi perlawanan bisa disingkirkan. Ini juga karena kedekatan VOC dengan raja-raja yang menguasai pada saat itu.
1. Intervensi di Indonesia Bagian Timur (Maluku & Makasar) (1630-1800)
Keinginan untuk menguasai Indonesia timur oleh VOC pada abad XVI sangat kuat. Tujuannya adalah menguasaAi rempah-rempah yang ada di Maluku. Namun keinginan tersebut baru mencapai keberhasilan yang sangat kecil. Kegagalannya tersebut karena ditentang oleh persekutuan lokal, yang terdiri dari kaum Muslim itu (Ambon bagian utara) dan pasukan-pasukan Ternate yang ada di Hoamoal (Semenanjung Seram bagian barat) dengan dukungan bangsa Makasar, Gowa.
Perlawanan dari dua wilayah tersebut terhadap monopoli VOC berlangsung sampai dengan meninggalnya Kakiali (tokoh penggerak perlawanan terhadap VOC di Hitu) tahun 1643. Walapun sebenarnya kerajaan Ternater (Maluku) sejak tahun 1938 sudah menjadi sekutu dari VOC Setelah menguasai Ternate, VOC dengan bantuan tentara Ternate melancarkan serangan ke Makasar (Gowa) di Sulawesi Selatan. Karena Makasarlah yang selama ini dianggap sebagai penghalang VOC menguasai daerah Hitu dan Hoamoal. Kasultanan ini menurut Ricklefs memiliki kekuatan militer yang besar yang harus diperhatikan VOC secara lebih serius daripada musuh-musuhnya di Maluku Selatan
Untuk menguasai Makasar, VOC terlebih dahulu bersekutu dengan pangeran Bugis dari Bone, La Tenritatta to Unru / Arung Palakka (1634-1696). Dukungan ini disebabkan karena, walaupun kekuasaan Gowa memberikan otonomi yang luas daerah-daerah yang menjadi wilayahnya, namun penguasa Gowa telah menimbulkan perasaan benci dikalangan daerah-daerah wilayahnya. Hal tersebutlah yang mendasari Bugis menerima ajakan VOC untuk menghancurkan Makasar (Gowa).