GamersArul
Penelitian ini bertujuan mencari makna muatan kata tiga belas puisi Sutardji Calzoum Bachri dalam kumpulan puisinya yang berjudul O Amuk Kapak. Ketiga belas puisi tersebut adalah “Ah”, “Batu”, “Mari”, “Pot”, “Tragedi Winka & Sihka”, “Q”, “Amuk”, “Kucing”, “Hemat”, “Hujam”, “Perjalanna Kubur”, “Warisan”, dan “Walau”. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural-semiotik. Pendekatan struktural dilakukan untuk mendapatkan makna muatan kata secara menyeluruh. Pendekatan semiotik digunakan dengan harapan segala gejala yang terdapat dalam struktur yang membangun puisi dapat ditandai sehingga dapat dicari makna muatan kata-katanya yang lebih tepat.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa puisi “Ah”, “Amuk”, dan “Kucing” membicarakan hakikat Tuhan, sedangkan puisi “Batu, “Mari”, dan “Q” membicarakan hakikat kehidupan di dunia ini. Puisi yang berjudul “Pot” membicarakan jasmani, yang merupakan bagian penting hidup manusia, sedangkan puisi “Tragedi Winka & Sihka” membicarakan salah satu sisi kehidupan. Puisi yang berjudul “Hemat” dan “Perjalanan Kubur” melukiskan hakikat kelahiran yang diikuti dengan kematian, sedangkan puisi “Walau” dilukiskan bagaimanapun usaha manusia untuk mengetahui hakikat Tuhan, semuanya berakhir dengan kesia-siaan. Tipografi puisi Sutardji turut menunjang makna muatan kata-kata yang digunakan membangun keutuhan puisinya. Dari bentuk yang digunakan, Sutardji menggunakan juga bentuk dan konvensi lama dalam usaha menciptakan konvensi baru. Dalam membandingkan kata-kata sebagai unsur puisi, Sutardji banyak memanfaatkan kata yang sama dalam kreativitas penulisan puisinya dengan memanfaatkan makna yang sama pada puisi yang berbeda atau memanfaatkan makna yang berbeda pada sebuah puisi yang berbeda.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa puisi “Ah”, “Amuk”, dan “Kucing” membicarakan hakikat Tuhan, sedangkan puisi “Batu, “Mari”, dan “Q” membicarakan hakikat kehidupan di dunia ini. Puisi yang berjudul “Pot” membicarakan jasmani, yang merupakan bagian penting hidup manusia, sedangkan puisi “Tragedi Winka & Sihka” membicarakan salah satu sisi kehidupan. Puisi yang berjudul “Hemat” dan “Perjalanan Kubur” melukiskan hakikat kelahiran yang diikuti dengan kematian, sedangkan puisi “Walau” dilukiskan bagaimanapun usaha manusia untuk mengetahui hakikat Tuhan, semuanya berakhir dengan kesia-siaan. Tipografi puisi Sutardji turut menunjang makna muatan kata-kata yang digunakan membangun keutuhan puisinya. Dari bentuk yang digunakan, Sutardji menggunakan juga bentuk dan konvensi lama dalam usaha menciptakan konvensi baru. Dalam membandingkan kata-kata sebagai unsur puisi, Sutardji banyak memanfaatkan kata yang sama dalam kreativitas penulisan puisinya dengan memanfaatkan makna yang sama pada puisi yang berbeda atau memanfaatkan makna yang berbeda pada sebuah puisi yang berbeda.