agnesmelinda
Iman, lebih-lebih kalau telah berkembang menjadi pengharapan dan kasih, merupakan suatu sikap “penyerahan diri seutuhnya kepada Allah” (DV 5). Dalam hidup manusia sikap batin itu harus dinyatakan keluar, pertama-tama dalam kasih kepada sesama. Tetapi tidak hanya itu. Ketika Musa berhadapan dengan Tuhan dalam nyala api yang keluar dari semak berduri, didengarnya suara yang berkata, “Jangan datang dekat-dekat, tanggalkanlah kasut dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri adalah tanah yang kudus” (Kel 3:5). Tuhan adalah kudus, dan tempat Tuhan berkenan bertemu dengan manusia, itu pun kudus. Bahkan segala sesuatu yang dikhususkan bagi Tuhan, disebut kudus, Maka ada tempat yang kudus, juga waktu yang kudus, bahasa yang kudus, pakaian kudus, alat kudus, bahkan orang yang kudus, yakni orang yang secara khusus diperuntukkan bagi pelayanan Tuhan. Perjanjian Lama mengenal peraturan rinci mengenai barang dan orang, yang dikhususkan bagi Tuhan dan oleh karenanya disebut kudus (lih. Kel 25-31; Im 17-26). Ini bukan sesuatu yang hanya terdapat pada Israel. Semua bangsa dan kebudayaan mempunyai bidang kudus ini, yang biasanya disebut bidang agama atau juga bidang sakral.