Apa dampak positif dan dampak negatif PAN bagi negara berkembang?
ymutyara
Gerakan reformasi Islam di Timur Tengah berkembang sebagai reaksi terhadap imperialisme Eropa. Tokoh terkemuka dari gerakan tersebut adalah Jamaluddin Al-Afgani (1839-1897) dan Syekh Muhammad Abduh (1849-1905) serta muridnya, Muhammad Rasyid Ridha.Pada permulaan abad ke-20, gerakan reformasi tersebut turut mempengaruhi bangkitnya pergerakan nasional Indonesia. Menurut Deliar Noer bahwa gerakan pembaharuan di Indonesia tidak pernah lepas dari perkembangan dunia pada umumnya. Inspirasi dari luar, terutama datang dari Timur Tengah. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Pieter Korver bahwa: “Pada tahun-tahun permulaan abad ini, suatu gerakan reformasi Islam yang berpengaruh mulai tumbuh di Indonesia, sebagai suatu bagian yang hakiki dari perjuangan pergerakan nasional kepulauan tersebut pada waktu itu. Diilhami oleh ahli fikir Islam yang berhaluan modern, seperti Muhammad Abduh (1849-1905) dan Jamaluddin Al-Afgani (1839-1897) di Timur Tengah.”Saifuddin Zuhri mengemukakan bahwa pergerakan yang terjadi di Mesir sangat diperhatikan oleh para pemimpin di Indonesia pada permulaan abad ke-20. Salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi kebangkitan nasional Indonesia adalah pengaruh gerakan Pan Islam yang dipelopori oleh Sayid Jamaluddin Al-Afgani dengan target politiknya menghilangkan sebab-sebab yang memecah belah umat muslim, serta mempersatukan kaum muslim untuk mempertahankan iman. Sementara Syekh Muhammad Abduh yang bergerak di bidang agama dengan tujuan menuntut pemurnian kepercayaan dan amal keagamaan, kenaikan taraf kecerdasan dan modernisasi pendidikan.Gerakan kedua tokoh tersebut membangkitkan pergerakan nasional Indonesia, terutama organisasi Al-Jam’iyat Al-Khairiyah (1906), Sarekat Islam (1911), Muhammadiyah (1912). Waktu itu Al-Jam’iyat Al-Khairiyah dan Muhammadiyah berorientasi pada pendidikan, sedangkan Sarekat Islam pada bidang politik.Aliran Muhammad Abduh yang gerakannya mengarah pada usaha pendidikan, membentuk generasi baru yang akan meneruskan perjuangan, telah mempengaruhi K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta dengan gerakan Muhammadiyah dan K.H. Hasyim Asy’ari di Jawa Timur dengan Nahdlatul Ulama.Sumber lain yang menjelaskan pengaruh Pan Islamisme ini, khususnya dalam bidang agama, menyatakan bahwa kitab tafsir “Al-Manar” karangan Muhammad Abduh yang diterbitkan oleh Muhammad Rasyid Ridha memperoleh tempat di hati para pemimpin masyarakat Islam di Indonesia sehingga gerakan pembaharu itu melahirkan Muhammadiyah pada tanggal 18 Nopember 1912.Tentang Al-Jam’iyat Al-Khairiyah sebagai organisasi berhaluan non politik (agama) banyak mendatangkan guru dari tanah Arab, seperti Syekh Muhammad Noer yang pernah belajar langsung pada Muhammad Abduh. Dalam mengembangkan pemikiran, murid-murid diberikan pengertian dalam daya kritik, bukan hafalan.Pengaruh Pan Islamisme terhadap organisasi Sarekat Islam nampak terutama ketika organisasi tersebut dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto yang mengikuti pemikiran politik Jamaluddin Al-Afgani dalam menentang kolonialisme dan imperialisme Barat. Dalam perkembangannya, Partai Sarekat Islam dan Muhammadiyah mendirikan All Islam Congress pada tahun 1924.Selain ketiga organisasi tersebut, Nahdlatul Ulama (1926) termasuk organisasi yang mendapat pengaruh atas perkembangan tersebut. Hal ini terlihat dalam reaksinya terhadap dihapuskannya kedudukan khalifah oleh Turki dan direbutnya kota Mekah. Pada bulan Pebruari 1926, NU mengirim suatu Komite (Komite Hijaz) ke Raja Ibnu Sa’ud, penguasa baru di Mekah beraliran Wahabi, agar memberikan keleluasaan pelaksanaan syariat atas dasar empat mazhab terhadap kegiatan ibadah di tanah suci, dan upaya Komite Hijaz ini berhasil.Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan, NU menyadari bahwa masalah yang sedang dihadapi adalah mewujudkan cita-cita kejayaan Islam, kesejahteraan umat manusia, persatuan bangsa dan martabatnya, serta membina masa depan yang baik.
“Pada tahun-tahun permulaan abad ini, suatu gerakan reformasi Islam yang berpengaruh mulai tumbuh di Indonesia, sebagai suatu bagian yang hakiki dari perjuangan pergerakan nasional kepulauan tersebut pada waktu itu. Diilhami oleh ahli fikir Islam yang berhaluan modern, seperti Muhammad Abduh (1849-1905) dan Jamaluddin Al-Afgani (1839-1897) di Timur Tengah.”Saifuddin Zuhri mengemukakan bahwa pergerakan yang terjadi di Mesir sangat diperhatikan oleh para pemimpin di Indonesia pada permulaan abad ke-20. Salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi kebangkitan nasional Indonesia adalah pengaruh gerakan Pan Islam yang dipelopori oleh Sayid Jamaluddin Al-Afgani dengan target politiknya menghilangkan sebab-sebab yang memecah belah umat muslim, serta mempersatukan kaum muslim untuk mempertahankan iman. Sementara Syekh Muhammad Abduh yang bergerak di bidang agama dengan tujuan menuntut pemurnian kepercayaan dan amal keagamaan, kenaikan taraf kecerdasan dan modernisasi pendidikan.Gerakan kedua tokoh tersebut membangkitkan pergerakan nasional Indonesia, terutama organisasi Al-Jam’iyat Al-Khairiyah (1906), Sarekat Islam (1911), Muhammadiyah (1912). Waktu itu Al-Jam’iyat Al-Khairiyah dan Muhammadiyah berorientasi pada pendidikan, sedangkan Sarekat Islam pada bidang politik.Aliran Muhammad Abduh yang gerakannya mengarah pada usaha pendidikan, membentuk generasi baru yang akan meneruskan perjuangan, telah mempengaruhi K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta dengan gerakan Muhammadiyah dan K.H. Hasyim Asy’ari di Jawa Timur dengan Nahdlatul Ulama.Sumber lain yang menjelaskan pengaruh Pan Islamisme ini, khususnya dalam bidang agama, menyatakan bahwa kitab tafsir “Al-Manar” karangan Muhammad Abduh yang diterbitkan oleh Muhammad Rasyid Ridha memperoleh tempat di hati para pemimpin masyarakat Islam di Indonesia sehingga gerakan pembaharu itu melahirkan Muhammadiyah pada tanggal 18 Nopember 1912.Tentang Al-Jam’iyat Al-Khairiyah sebagai organisasi berhaluan non politik (agama) banyak mendatangkan guru dari tanah Arab, seperti Syekh Muhammad Noer yang pernah belajar langsung pada Muhammad Abduh. Dalam mengembangkan pemikiran, murid-murid diberikan pengertian dalam daya kritik, bukan hafalan.Pengaruh Pan Islamisme terhadap organisasi Sarekat Islam nampak terutama ketika organisasi tersebut dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto yang mengikuti pemikiran politik Jamaluddin Al-Afgani dalam menentang kolonialisme dan imperialisme Barat. Dalam perkembangannya, Partai Sarekat Islam dan Muhammadiyah mendirikan All Islam Congress pada tahun 1924.Selain ketiga organisasi tersebut, Nahdlatul Ulama (1926) termasuk organisasi yang mendapat pengaruh atas perkembangan tersebut. Hal ini terlihat dalam reaksinya terhadap dihapuskannya kedudukan khalifah oleh Turki dan direbutnya kota Mekah. Pada bulan Pebruari 1926, NU mengirim suatu Komite (Komite Hijaz) ke Raja Ibnu Sa’ud, penguasa baru di Mekah beraliran Wahabi, agar memberikan keleluasaan pelaksanaan syariat atas dasar empat mazhab terhadap kegiatan ibadah di tanah suci, dan upaya Komite Hijaz ini berhasil.Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan, NU menyadari bahwa masalah yang sedang dihadapi adalah mewujudkan cita-cita kejayaan Islam, kesejahteraan umat manusia, persatuan bangsa dan martabatnya, serta membina masa depan yang baik.