Dalam hikayat "Raja Marong Mahawangsa", terdapat penggunaan konjungsi urutan waktu atau kronologis yang digunakan untuk menjelaskan urutan kejadian dalam cerita. Contohnya adalah ketika menceritakan tentang kelahiran Raja Marong, di mana diceritakan bahwa "pada suatu malam yang gelap gulita, terdengarlah suara tangisan bayi yang baru lahir". Penggunaan konjungsi kronologis tersebut membantu pembaca untuk memahami urutan kejadian dalam cerita secara lebih jelas.
Selain itu, terdapat beberapa majas yang digunakan dalam hikayat "Raja Marong Mahawangsa". Salah satunya adalah majas personifikasi, di mana objek atau benda mati diberikan sifat-sifat manusia. Contohnya adalah ketika diceritakan tentang keadaan istana kerajaan yang sunyi dan sepi, di mana diceritakan bahwa "istana itu terdiam sunyi seakan-akan menunggu kedatangan seseorang yang akan menghidupkannya kembali". Penggunaan majas personifikasi tersebut memberikan kesan bahwa istana kerajaan memiliki kehidupan dan perasaan seperti manusia.
Selain itu, terdapat juga penggunaan majas metafora, di mana suatu hal atau objek digambarkan dengan kata-kata lain yang memiliki makna yang sama atau mirip. Contohnya adalah ketika diceritakan tentang kekuatan Raja Marong yang luar biasa, di mana diceritakan bahwa "tubuhnya kuat bagai baja dan tangannya berotot besar seperti ular sawa". Penggunaan majas metafora tersebut membantu pembaca untuk lebih memahami dan membayangkan kekuatan Raja Marong secara lebih jelas.
Jawaban:
Maaf kalau salah
Penjelasan:
Dalam hikayat "Raja Marong Mahawangsa", terdapat penggunaan konjungsi urutan waktu atau kronologis yang digunakan untuk menjelaskan urutan kejadian dalam cerita. Contohnya adalah ketika menceritakan tentang kelahiran Raja Marong, di mana diceritakan bahwa "pada suatu malam yang gelap gulita, terdengarlah suara tangisan bayi yang baru lahir". Penggunaan konjungsi kronologis tersebut membantu pembaca untuk memahami urutan kejadian dalam cerita secara lebih jelas.
Selain itu, terdapat beberapa majas yang digunakan dalam hikayat "Raja Marong Mahawangsa". Salah satunya adalah majas personifikasi, di mana objek atau benda mati diberikan sifat-sifat manusia. Contohnya adalah ketika diceritakan tentang keadaan istana kerajaan yang sunyi dan sepi, di mana diceritakan bahwa "istana itu terdiam sunyi seakan-akan menunggu kedatangan seseorang yang akan menghidupkannya kembali". Penggunaan majas personifikasi tersebut memberikan kesan bahwa istana kerajaan memiliki kehidupan dan perasaan seperti manusia.
Selain itu, terdapat juga penggunaan majas metafora, di mana suatu hal atau objek digambarkan dengan kata-kata lain yang memiliki makna yang sama atau mirip. Contohnya adalah ketika diceritakan tentang kekuatan Raja Marong yang luar biasa, di mana diceritakan bahwa "tubuhnya kuat bagai baja dan tangannya berotot besar seperti ular sawa". Penggunaan majas metafora tersebut membantu pembaca untuk lebih memahami dan membayangkan kekuatan Raja Marong secara lebih jelas.