Ardian Syaf (31), sosok komikus yang rendah hati ini memilih tinggal di kampung halamannya di Desa Tenggur, Kecamatan Rejotangan, Tulung Agung, bersama istri dan seorang anaknya. Dari kampung halamannya, karya Aan, sapaan akrabnya, mampu menembus dunia. Bahkan, ia disodori kontrak eksklusif sebagai penciller oleh penerbit raksasa Amerika, DC Comics. Artinya, ia tidak boleh membuat ilustrasi selain di DC Comics
PERISTIWA PENTING 1
Tentu, Aan tidak meraih semua itu dengan gampang. Lulus kuliah tahun 2004 dari jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Negeri Malang, ia sempat bekerja sebagai tukang layout dan ilustrator sebuah penerbitan.
PERISTIWA PENTING 2
“Sejak tahun 2005, saya mulai melamar untuk menjadi ilustrator penerbit dunia. Caranya, saya memasang lamaran pekerjaan untuk menjadi ilustrator di berbagai web, dengan dilengkapi ilustrasi terbaik karya saya. Namun, lama sekali tidak mendapat order. Paling hanya order untuk membuat komik tanpa imbalan. Meski begitu, tetap saya kerjakan, sambil mengasah kemampuan menggambar,” kata Ardian.
Pelan-pelan Ardian mulai mendapat order kecil-kecilan.
“Awalnya, per halaman dibayar 25 dolar. Itu pun komik pendek 8 halaman. Selama dua tahunan, saya hidup dari order-order kecil. Saya yang waktu itu sudah menikah, sempat putus asa. Sempat ingin bekerja di kota besar,” jelasnya.
PERISTIWA PENTING 3
Kemudian Aan mendapat informasi dari Ketty, seorang penulis Irlandia, bahwa sebuah penerbit di Amerika tengah mencari ilustrator komik untuk projek komik berjudul “Dresden Files”. Ia segera memasukkan lamaran dengan melampirkan karya terbaiknya.
“Esoknya saya langsung dapat jawaban. “Selamat Anda akan kami kontrak.,” Bahkan, saya dapat kontrak eksklusif dari penerbit Dabel Brother di AS dalam jangka waktu tertentu. Total saya mengerjakan sekitar 12 jilid, masing-masing setebal 22 halaman. Satu jilid, saya kerjakan selama sebulan. Hitungannya, satu hari satu halaman. Honor per halaman 100 dolar,” kata Aan, seraya mengatakan komiknya terbit tahun 2008.
Menjadi ilustrator untuk penerbit asing, menurut Aan, butuh sikap profesional.
“Mereka disiplin soal waktu,” tambah Aan.
Dalam sehari, Aan mesti menyelesaikan satu halaman. Aan mengaku menyelesaikan satu halaman per hari bukan pekerjaan berat karena naskah yang ditulis oleh Mark Powers, konsep gambar yang harus dibuatnya cukup rinci.
“Dari deskripsi yang ditulis sang penulis, saya memindahkannya ke dalam bahasa gambar. Ternyata, mereka suka dengan karakter gambar saya,” kata Aan.
PERISTIWA PENTING 4
Semakin lama, gambar Aan makin matang. Apalagi, ia sangat menikmati pekerjaannya. Projek pertama ini pun sanggup ia selesaikan dengan baik. Aan cukup berbangga ketika mendapat kabar, Dresden Files masuk peringkat keempat komik terlaris bahkan masuk nominasi penghargaan komik di AS. Otomatis nama Ardian ikut terangkat.
PERISTIWA PENTING 5
“Sayang, penerbit Dabel Brother, akhirnya bangkrut.”
Meski begitu, Ardian Syaf sudah menancapkan taring sebagai ilustrator mumpuni. Katanya, penerbit komik dunia itu tampaknya luas, tapi sesungguhnya sempit. Seorang ilustrator yang bagus di satu penerbit, akan, gampang dikenali penerbit lain. Itulah yang dialami Aan. Lepas dari Dabel Brother, Aan diajak bergabung oleh sebuah agency yang berkedudukan di Spanyol.
Agency tersebut menawarkan gambar Aan pada penerbit di Amerika. Hasilnya tak tanggung-tanggung, Aan mendapat kontrak dari Marvel. Ia mengerjakan komik superhero X-Men.
“Saya enggak menyangka bisa bekerja di sebuah penerbit besar.”
PERISTIWA PENTING 6
Selanjutnya, ia dapat tawaran dari DC Comics. Ia menggarap JLA danTitans. Ia juga menggarap komik Superman, Batman, Green Lantern, Aquaman, superhero legendaris dunia.
Honor yang ia terima berkisar antara 200-350 dolar AS, Ia juga mendapat kontrak kerja eksklusif selama dua tahun dengan bayaran 235 dolar per halaman. “Tahun ini kontrak berakhir. Saya harap sih, nanti akan dikontrak kembali.”
REORIENTASI
Sebenarnya Aan sering diminta penerbit untuk menghadiri event komik di AS. Di sana, acara komik memang diselenggarakan tahunan. Biasanya, menghadirkan para kreator untuk keperluan launching komik atau book signing. Tahun lalu, Aan sebenarnya juga diundang ke Afrika Selatan untuk acara komik internasional. Uniknya, Aan tak pernah memenuhi undangan. “Saya lebih suka tinggal di desa,” ujarnya tenang. Ketika kontrak eksklusifnya berakhir, ia membuat komik lokal.
Pembahasan:
Ardian Syaf (31), sosok komikus yang rendah hati ini memilih tinggal di kampung halamannya di Desa Tenggur, Kecamatan Rejotangan, Tulung Agung, bersama istri dan seorang anaknya. Dari kampung halamannya, karya Aan, sapaan akrabnya, mampu menembus dunia. Bahkan, ia disodori kontrak eksklusif sebagai penciller oleh penerbit raksasa Amerika, DC Comics. Artinya, ia tidak boleh membuat ilustrasi selain di DC Comics
PERISTIWA PENTING 1
Tentu, Aan tidak meraih semua itu dengan gampang. Lulus kuliah tahun 2004 dari jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Negeri Malang, ia sempat bekerja sebagai tukang layout dan ilustrator sebuah penerbitan.
PERISTIWA PENTING 2
“Sejak tahun 2005, saya mulai melamar untuk menjadi ilustrator penerbit dunia. Caranya, saya memasang lamaran pekerjaan untuk menjadi ilustrator di berbagai web, dengan dilengkapi ilustrasi terbaik karya saya. Namun, lama sekali tidak mendapat order. Paling hanya order untuk membuat komik tanpa imbalan. Meski begitu, tetap saya kerjakan, sambil mengasah kemampuan menggambar,” kata Ardian.
Pelan-pelan Ardian mulai mendapat order kecil-kecilan.
“Awalnya, per halaman dibayar 25 dolar. Itu pun komik pendek 8 halaman. Selama dua tahunan, saya hidup dari order-order kecil. Saya yang waktu itu sudah menikah, sempat putus asa. Sempat ingin bekerja di kota besar,” jelasnya.
PERISTIWA PENTING 3
Kemudian Aan mendapat informasi dari Ketty, seorang penulis Irlandia, bahwa sebuah penerbit di Amerika tengah mencari ilustrator komik untuk projek komik berjudul “Dresden Files”. Ia segera memasukkan lamaran dengan melampirkan karya terbaiknya.
“Esoknya saya langsung dapat jawaban. “Selamat Anda akan kami kontrak.,” Bahkan, saya dapat kontrak eksklusif dari penerbit Dabel Brother di AS dalam jangka waktu tertentu. Total saya mengerjakan sekitar 12 jilid, masing-masing setebal 22 halaman. Satu jilid, saya kerjakan selama sebulan. Hitungannya, satu hari satu halaman. Honor per halaman 100 dolar,” kata Aan, seraya mengatakan komiknya terbit tahun 2008.
Menjadi ilustrator untuk penerbit asing, menurut Aan, butuh sikap profesional.
“Mereka disiplin soal waktu,” tambah Aan.
Dalam sehari, Aan mesti menyelesaikan satu halaman. Aan mengaku menyelesaikan satu halaman per hari bukan pekerjaan berat karena naskah yang ditulis oleh Mark Powers, konsep gambar yang harus dibuatnya cukup rinci.
“Dari deskripsi yang ditulis sang penulis, saya memindahkannya ke dalam bahasa gambar. Ternyata, mereka suka dengan karakter gambar saya,” kata Aan.
PERISTIWA PENTING 4
Semakin lama, gambar Aan makin matang. Apalagi, ia sangat menikmati pekerjaannya. Projek pertama ini pun sanggup ia selesaikan dengan baik. Aan cukup berbangga ketika mendapat kabar, Dresden Files masuk peringkat keempat komik terlaris bahkan masuk nominasi penghargaan komik di AS. Otomatis nama Ardian ikut terangkat.
PERISTIWA PENTING 5
“Sayang, penerbit Dabel Brother, akhirnya bangkrut.”
Meski begitu, Ardian Syaf sudah menancapkan taring sebagai ilustrator mumpuni. Katanya, penerbit komik dunia itu tampaknya luas, tapi sesungguhnya sempit. Seorang ilustrator yang bagus di satu penerbit, akan, gampang dikenali penerbit lain. Itulah yang dialami Aan. Lepas dari Dabel Brother, Aan diajak bergabung oleh sebuah agency yang berkedudukan di Spanyol.
Agency tersebut menawarkan gambar Aan pada penerbit di Amerika. Hasilnya tak tanggung-tanggung, Aan mendapat kontrak dari Marvel. Ia mengerjakan komik superhero X-Men.
“Saya enggak menyangka bisa bekerja di sebuah penerbit besar.”
PERISTIWA PENTING 6
Selanjutnya, ia dapat tawaran dari DC Comics. Ia menggarap JLA danTitans. Ia juga menggarap komik Superman, Batman, Green Lantern, Aquaman, superhero legendaris dunia.
Honor yang ia terima berkisar antara 200-350 dolar AS, Ia juga mendapat kontrak kerja eksklusif selama dua tahun dengan bayaran 235 dolar per halaman. “Tahun ini kontrak berakhir. Saya harap sih, nanti akan dikontrak kembali.”
Sebenarnya Aan sering diminta penerbit untuk menghadiri event komik di AS. Di sana, acara komik memang diselenggarakan tahunan. Biasanya, menghadirkan para kreator untuk keperluan launching komik atau book signing. Tahun lalu, Aan sebenarnya juga diundang ke Afrika Selatan untuk acara komik internasional. Uniknya, Aan tak pernah memenuhi undangan. “Saya lebih suka tinggal di desa,” ujarnya tenang. Ketika kontrak eksklusifnya berakhir, ia membuat komik lokal.