Analisis pertambangan transportasi darat dan air sejak abad ke 18 dengan aktivitas perdagangan dan integrasi ekonomi di kepulauan indonesia
hhghgh
Pembukaan terusan Suez pada tahun 1869 telah memperlancar hubungan antara negeri Belanda dengan daerah Indonesia. Perdagangan antar kedua wilayah makin lancar dan volumenya makin meningkat. Sarana perhubungan pos (1862) dan telegraf (1856) telah diselenggarakan di Indonesia. Hal ini dengan sendirinya dapat menopang perkembangan ekonomi perdagangan dan industri jasa negeri Belanda.
Memasuki abad 19, sejalan dengan meningkatnya volume pengiriman barang ke Eropa, maka raja Belanda membentuk Perusahaan Dagang Belanda atau NHM (Nederlandsche Handel Maatschappij) pada 1824-1825. Peranan transportasi air ini akan meningkat pesat pada pelaksanaan sistem tanam paksa dan politik liberal. Adapun komoditas dagangnya meliputi: kopi, gula, kina, indigo, tembakau. Hal ini akan memberi penghasilan besar bagi keuangan negeri Belanda, bahkan dapat dipakai untuk membayar hutang negeri Belanda.
Transportasi darat juga dikembangkan seiring dengan makin meningkatnya jumlah komoditas dagang. Pemerintah kolonial membentuk jaringan rel kereta api, namun semuanya masih terbatas untuk kepentingan Belanda baik secara ekonomi maupun politik. Pada tahun 1867, jaringan rel sepanjang 25 km dan meningkat menjadi 260 km (1873). Namun demikian jaringan ini akan meningkat pesat dimana tahun 1930, mencapai 7.425 km (rel kereta api dan trem).
Pencapaian tujuan kebijakan kolonial Belanda yang begitu cepat, akan mendorong berkembangnya aktivitas perdagangan dan integrasi ekonomi di kepulauan Indonesia. Para pedagang akan makin sering bertemu dan bertransaksi dagang. Disamping itu antar penduduk Indonesia akan lebih sering berinteraksi dan saling berbagi pengalaman di daerahnya.
Pembangunan jalan raya dan jalan kereta api mempermudah pengawasan daerah pedalaman, disamping bermanfaat bagi perkebunan. Pada saat itu tarif angkutan (bus dan kereta api) sangat mahal. Kereta penumpang tidak pernah memberi keuntungan. Keuntungan diperoleh karena angkutan barang. Dengan demikian pengembangan sarana transportasi air dan darat tetap ditujukan bagi kepentingan kaum kolonial Belanda.
Memasuki abad 19, sejalan dengan meningkatnya volume pengiriman barang ke Eropa, maka raja Belanda membentuk Perusahaan Dagang Belanda atau NHM (Nederlandsche Handel Maatschappij) pada 1824-1825. Peranan transportasi air ini akan meningkat pesat pada pelaksanaan sistem tanam paksa dan politik liberal. Adapun komoditas dagangnya meliputi: kopi, gula, kina, indigo, tembakau. Hal ini akan memberi penghasilan besar bagi keuangan negeri Belanda, bahkan dapat dipakai untuk membayar hutang negeri Belanda.
Transportasi darat juga dikembangkan seiring dengan makin meningkatnya jumlah komoditas dagang. Pemerintah kolonial membentuk jaringan rel kereta api, namun semuanya masih terbatas untuk kepentingan Belanda baik secara ekonomi maupun politik. Pada tahun 1867, jaringan rel sepanjang 25 km dan meningkat menjadi 260 km (1873). Namun demikian jaringan ini akan meningkat pesat dimana tahun 1930, mencapai 7.425 km (rel kereta api dan trem).
Pencapaian tujuan kebijakan kolonial Belanda yang begitu cepat, akan mendorong berkembangnya aktivitas perdagangan dan integrasi ekonomi di kepulauan Indonesia. Para pedagang akan makin sering bertemu dan bertransaksi dagang. Disamping itu antar penduduk Indonesia akan lebih sering berinteraksi dan saling berbagi pengalaman di daerahnya.
Pembangunan jalan raya dan jalan kereta api mempermudah pengawasan daerah pedalaman, disamping bermanfaat bagi perkebunan. Pada saat itu tarif angkutan (bus dan kereta api) sangat mahal. Kereta penumpang tidak pernah memberi keuntungan. Keuntungan diperoleh karena angkutan barang. Dengan demikian pengembangan sarana transportasi air dan darat tetap ditujukan bagi kepentingan kaum kolonial Belanda.