Saya akan mencoba menjawab pertanyaan ini dengan dua jawaban:
Jawaban pendek:
Kedudukan VOC dipindahkan dari Ambon ke Jayakarta karena lokasi Jayakarta lebih strategis, dan terletak dekat jalur perdagangan dan pelayaran Belanda.
Jawaban panjang:
Markas besar VOC di Indonesia pertama kali berlokasi di Ambon, selama masa jabatan tiga gubernur pertama, yaitu Pieter Both (1610–1614), Gerard Reynst (1614–1615) dan Laurens Reael (1615–1619). Namun lokasi ini dianggap tidak cocok. Meskipun berada di pusat daerah produksi rempah-rempah, Ambon jauh dari rute perdagangan Asia dan wilayah aktivitas VOC lainnya mulai dari Afrika sampai India hingga Jepang.
Karena itu perlu dicari lokasi lain yang lebih strategis. Selat Malaka lokasinya sangat strategis, namun berbahaya karena adanya benteng Portugis di kota Malaka yang dikuasai Portugis sejak tahun 1511. Lokasi lain yang dipertimbangkan adalah Banten, namun lokasi ini dikendalikan oleh penguasa lokal yang kuat, yaitu Kesultanan Banten, dan terddapat persaingan ketat dari pedagang Cina dan Inggris.
Lokasi yang dipilih akhirnya adalah kota Jayakarta, pelabuhan milik Kesultanan Banten di Teluk Jakarta yang tak jauh dari Selat Sunda. Pada tanggal 30 Mei 1619, Gubernur VOC Jan Pieterszoon Coen, dengan memimpin sembilan belas kapal perang menyerang dan menaklukkan Jayakarta serta mengusir pasukan Banten. Dan dari reruntuhan kota Jayakarta ini Batavia didirikan dan menjadi markas besar VOC yang baru.
Lokasi Batavia lebih strategis karena dekat dengan jalur perdagangan di Asia Tenggara. Batavia juga memiliki suplai air melalui sungai Ciliwung, yang saat itu masih bersih, dan mudah mendapatkan bahan makanan dari lahan persawahan yang subur disekitarnya.
Terlebih lagi, navigator Belanda, Hendrik Brouwer (1581-1643), berhasil menemukan rute pelayaran dari Belanda yang lebih cepat dari rute sebelumnya pada tahun 1611. Rute ini disebut rute Brouwer, yang mengitari Afrika di ujung Tanjung Harapan, pada lintang 40 derajat, dan dengan memanfaatkan angin laut yang cepat di lintang ini langsung menuju ke timur di Samudera Hindia, lalu berbelok ke utara sebelum menuju Selat Sunda.
Rute ini dapat memangkas waktu perjalanan dari Belanda ke Batavia dari 1 tahun menjadi hanya 6 bulan. Batavia terletak sangat dekat dengan Selat Sunda, sehingga lokasinya sangat strategis dan dekat jalur pelayaran Belanda sebagai titik akhir rute Brouwer.
Kelas: XI
Mata Pelajaran: Sejarah
Materi: Penjajahan Belanda
Kata Kunci: VOC, Jan Pieterszoon Coen, Batavia
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan ini dengan dua jawaban:
Jawaban pendek:
Kedudukan VOC dipindahkan dari Ambon ke Jayakarta karena lokasi Jayakarta lebih strategis, dan terletak dekat jalur perdagangan dan pelayaran Belanda.
Jawaban panjang:
Markas besar VOC di Indonesia pertama kali berlokasi di Ambon, selama masa jabatan tiga gubernur pertama, yaitu Pieter Both (1610–1614), Gerard Reynst (1614–1615) dan Laurens Reael (1615–1619). Namun lokasi ini dianggap tidak cocok. Meskipun berada di pusat daerah produksi rempah-rempah, Ambon jauh dari rute perdagangan Asia dan wilayah aktivitas VOC lainnya mulai dari Afrika sampai India hingga Jepang.
Karena itu perlu dicari lokasi lain yang lebih strategis. Selat Malaka lokasinya sangat strategis, namun berbahaya karena adanya benteng Portugis di kota Malaka yang dikuasai Portugis sejak tahun 1511. Lokasi lain yang dipertimbangkan adalah Banten, namun lokasi ini dikendalikan oleh penguasa lokal yang kuat, yaitu Kesultanan Banten, dan terddapat persaingan ketat dari pedagang Cina dan Inggris.
Lokasi yang dipilih akhirnya adalah kota Jayakarta, pelabuhan milik Kesultanan Banten di Teluk Jakarta yang tak jauh dari Selat Sunda. Pada tanggal 30 Mei 1619, Gubernur VOC Jan Pieterszoon Coen, dengan memimpin sembilan belas kapal perang menyerang dan menaklukkan Jayakarta serta mengusir pasukan Banten. Dan dari reruntuhan kota Jayakarta ini Batavia didirikan dan menjadi markas besar VOC yang baru.
Lokasi Batavia lebih strategis karena dekat dengan jalur perdagangan di Asia Tenggara. Batavia juga memiliki suplai air melalui sungai Ciliwung, yang saat itu masih bersih, dan mudah mendapatkan bahan makanan dari lahan persawahan yang subur disekitarnya.
Terlebih lagi, navigator Belanda, Hendrik Brouwer (1581-1643), berhasil menemukan rute pelayaran dari Belanda yang lebih cepat dari rute sebelumnya pada tahun 1611. Rute ini disebut rute Brouwer, yang mengitari Afrika di ujung Tanjung Harapan, pada lintang 40 derajat, dan dengan memanfaatkan angin laut yang cepat di lintang ini langsung menuju ke timur di Samudera Hindia, lalu berbelok ke utara sebelum menuju Selat Sunda.
Rute ini dapat memangkas waktu perjalanan dari Belanda ke Batavia dari 1 tahun menjadi hanya 6 bulan. Batavia terletak sangat dekat dengan Selat Sunda, sehingga lokasinya sangat strategis dan dekat jalur pelayaran Belanda sebagai titik akhir rute Brouwer.