Pengalaman baru merupakan sebuah hal yang selalu menyenangkan karena akan ada banyak sekali pelajaran berharga yang bisa dijadikan sebuah pelajaran hidup untuk di masa yang akan datang. Hal ini lah yang terjadi dengan kisah yang aku alami pada Hari pertamaku di sekolah. Ketika aku masih berumur 6 tahun, aku merasakan suatu perubahan yang sangat berbeda pada hari – hariku. Aku dipaksa oleh ibuku untuk ke sekolah. Hari itu aku sangat takut karena aku tidak pernah mengetahui apa itu sekolah dan tidak tahu apa yang akan aku lakukan di sekolah.
Pada hari itu, angin subuh masih bertiup dengan sangat dingin hingga menusuk tulang. Karena tidak tahan dengan dingin yang masuk melalui jendela kamar, aku pun menarik kembali selimut hingga menutupi seluruh tubuhku, lalu di balik selimutku, aku mendengar pintu kamarku yang dibuka dan langkah kaki yang masuk menuju tempat tidurku. Dengan tangannya yang lembut dia menggoyang – goyangkan tubuhku sambil sesekali memanggil namaku.
"Ini masih terlalu pagi Mahhh!" Aku mengerang saat ibuku menarik selimut dari kepalaku sehingga cahaya matahari pagi masuk melalui jendela dan membanjiri mataku.Mataku berjuang untuk menyesuaikan perubahan cahaya yang terjadi mendadak. Warna-warna kabur yang bercampur dengan warna kamarku menyerang mataku sehingga membuat nuansa warna aneh yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Bayangan aneh itu semakin jelas dan membentuk sebuah tubuh yang ternyata adalah ibuku.
"Mengapa aku harus bangun sepagi ini Maah?" rengekku
"Karena ini sudah waktunya untuk ke sekolah," jawabnya, sambil mengangkatku keluar dari tempat tidur yang hangat menuju lantai keramik kamarku yang dingin.
"Mandi sana, dan pakai seragam barumu. Ibu akan mengeluarkan mobil di dalam garasi,” perintah ibuku.
Setelah menjalani rutinitas pagiku, seperti menyikat gigi dan berpakaian, aku menuju meja makan untuk menyatap sarapan pagi yang telah disediakan oleh ibu. Setelah itu, aku mengambil tas dan meletakkannya di punggung, tiba – tiba saja aku merasakan tas itu seperti terisi bebatuan yang sangat berat. Dengan susah payah aku menuju mobil yang telah disiapkan oleh ibuku.
Hari itu sangat tenang sekali, satu - satunya suara yang kudengar adalah suara gemeretak lembut mesin mobil yang sedang digas oleh ibuku, lalu ibuku pun mengendarai mobil tersebut menuju sekolah baruku.
Setelah sepuluh sampai lima belas menit berkendara suara mesin mobil tiba - tiba terhenti, saat itulah aku mengetahui bahwa kami telah tiba di sekolah. Pada awalnya saya tidak yakin dengan tempat ini, pagar sekolah yang memiliki dekorasi tampak seperti ujung tombak sedangkan gerbangnya memiliki sebuah gembok besar yang menggantung. ibu mengajakku masuk ke dalam koridor sekolah menuju ruang kepala sekolah. Aku masih belum begitu paham dengan sekolah. Yang aku tahu dari televisi yang aku tonton, sekolah adalah tempat yang sangat menyeramkan dengan banyak sekali orang – orang jahat dan kejam yang disebut dengan guru. Ketakutanku semakin menjadi saat melihat pagar dan gerbang sekolah tadi yang menyerupai kastil vampire yang menyeramkan. Saat itu aku membayangkan hari – hari ku yang akan menjadi sangat menyeramkan.
Setelah sampai di ruang kepala sekolah, ibuku membawaku masuk dan menemui seorang guru yang ternyata merupakan kepala sekolah. Ketika melihatku dia tersenyum hangat dan menyapaku dengan sangat ramah. Sontak hal tersebut membuat persepsi tentang sekolah yang ada di otakku sedikit runtuh. Aku duduk termenung di sebuah kursi, sementara batin dan otakku masih saja bertengkar mengenai apa itu sekolah. Otakku mengatakan sekolah itu menyeramkan, sementara batinku mengatakan sekolah itu sangat menyenagkan.
Ketika ibuku selesai berbincang dengan kepala sekolah, kami diantar menuju ruangan yang akan menjadi kelasku. Ruangan itu adalah kelas B7 yang berada di ujung dekat dengan kamar mandi. Ibuku kemudian bertanya "Apakah kamu suka sekolah mu?"
"Aku tidak yakin," jawabku
"Aku akan menjemputmu ketika pulang,"
Ternyata ibuku tidak ikut masuk ke kelas bersamaku. Dia pergi meninggalkanku sendiri dengan guru itu. Aku semakin khawatir dan takut. Namun, ketika aku dibawa masuk ke ruangan itu, aku melihat ruangan dengan dinding yang dipenuhi dengan lukisan warna – warni. Semua anak – anak di sana, memandangku dengan sangat ramah, lalu guru kelas yang ku kira mengerikan memberi salam dan mengantarku ke tempat duduk. Setelah itu runtuh sudah persepsiku tentang sekolah yang menyeramkan, ternyata sekolah itu menyenangkan karena aku bisa bertemu dengan guru – guru yang sangat baik, dan memiliki teman yang sangat banyak.
Sejak hari itu aku selalu bersemangat untuk pergi ke sekolah. Dari pengalamanku ini aku mempelajari satu hal bahwa jangan percaya dengan apa yang dikatakan di film sebelum kita melihat dan merasakannya sendiri, dan jangan mengangap sebagian sebagai keseluruhan karena belum tentu yang kita lihat itu merupakan gambaran umum hal tersebut.
Pengalaman baru merupakan sebuah hal yang selalu menyenangkan karena akan ada banyak sekali pelajaran berharga yang bisa dijadikan sebuah pelajaran hidup untuk di masa yang akan datang. Hal ini lah yang terjadi dengan kisah yang aku alami pada Hari pertamaku di sekolah. Ketika aku masih berumur 6 tahun, aku merasakan suatu perubahan yang sangat berbeda pada hari – hariku. Aku dipaksa oleh ibuku untuk ke sekolah. Hari itu aku sangat takut karena aku tidak pernah mengetahui apa itu sekolah dan tidak tahu apa yang akan aku lakukan di sekolah.
Pada hari itu, angin subuh masih bertiup dengan sangat dingin hingga menusuk tulang. Karena tidak tahan dengan dingin yang masuk melalui jendela kamar, aku pun menarik kembali selimut hingga menutupi seluruh tubuhku, lalu di balik selimutku, aku mendengar pintu kamarku yang dibuka dan langkah kaki yang masuk menuju tempat tidurku. Dengan tangannya yang lembut dia menggoyang – goyangkan tubuhku sambil sesekali memanggil namaku.
"Ini masih terlalu pagi Mahhh!" Aku mengerang saat ibuku menarik selimut dari kepalaku sehingga cahaya matahari pagi masuk melalui jendela dan membanjiri mataku.Mataku berjuang untuk menyesuaikan perubahan cahaya yang terjadi mendadak. Warna-warna kabur yang bercampur dengan warna kamarku menyerang mataku sehingga membuat nuansa warna aneh yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Bayangan aneh itu semakin jelas dan membentuk sebuah tubuh yang ternyata adalah ibuku.
"Mengapa aku harus bangun sepagi ini Maah?" rengekku
"Karena ini sudah waktunya untuk ke sekolah," jawabnya, sambil mengangkatku keluar dari tempat tidur yang hangat menuju lantai keramik kamarku yang dingin.
"Mandi sana, dan pakai seragam barumu. Ibu akan mengeluarkan mobil di dalam garasi,” perintah ibuku.
Setelah menjalani rutinitas pagiku, seperti menyikat gigi dan berpakaian, aku menuju meja makan untuk menyatap sarapan pagi yang telah disediakan oleh ibu. Setelah itu, aku mengambil tas dan meletakkannya di punggung, tiba – tiba saja aku merasakan tas itu seperti terisi bebatuan yang sangat berat. Dengan susah payah aku menuju mobil yang telah disiapkan oleh ibuku.
Hari itu sangat tenang sekali, satu - satunya suara yang kudengar adalah suara gemeretak lembut mesin mobil yang sedang digas oleh ibuku, lalu ibuku pun mengendarai mobil tersebut menuju sekolah baruku.
Setelah sepuluh sampai lima belas menit berkendara suara mesin mobil tiba - tiba terhenti, saat itulah aku mengetahui bahwa kami telah tiba di sekolah. Pada awalnya saya tidak yakin dengan tempat ini, pagar sekolah yang memiliki dekorasi tampak seperti ujung tombak sedangkan gerbangnya memiliki sebuah gembok besar yang menggantung. ibu mengajakku masuk ke dalam koridor sekolah menuju ruang kepala sekolah. Aku masih belum begitu paham dengan sekolah. Yang aku tahu dari televisi yang aku tonton, sekolah adalah tempat yang sangat menyeramkan dengan banyak sekali orang – orang jahat dan kejam yang disebut dengan guru. Ketakutanku semakin menjadi saat melihat pagar dan gerbang sekolah tadi yang menyerupai kastil vampire yang menyeramkan. Saat itu aku membayangkan hari – hari ku yang akan menjadi sangat menyeramkan.
Setelah sampai di ruang kepala sekolah, ibuku membawaku masuk dan menemui seorang guru yang ternyata merupakan kepala sekolah. Ketika melihatku dia tersenyum hangat dan menyapaku dengan sangat ramah. Sontak hal tersebut membuat persepsi tentang sekolah yang ada di otakku sedikit runtuh. Aku duduk termenung di sebuah kursi, sementara batin dan otakku masih saja bertengkar mengenai apa itu sekolah. Otakku mengatakan sekolah itu menyeramkan, sementara batinku mengatakan sekolah itu sangat menyenagkan.
Ketika ibuku selesai berbincang dengan kepala sekolah, kami diantar menuju ruangan yang akan menjadi kelasku. Ruangan itu adalah kelas B7 yang berada di ujung dekat dengan kamar mandi.
Ibuku kemudian bertanya "Apakah kamu suka sekolah mu?"
"Aku tidak yakin," jawabku
"Aku akan menjemputmu ketika pulang,"
Ternyata ibuku tidak ikut masuk ke kelas bersamaku. Dia pergi meninggalkanku sendiri dengan guru itu. Aku semakin khawatir dan takut. Namun, ketika aku dibawa masuk ke ruangan itu, aku melihat ruangan dengan dinding yang dipenuhi dengan lukisan warna – warni. Semua anak – anak di sana, memandangku dengan sangat ramah, lalu guru kelas yang ku kira mengerikan memberi salam dan mengantarku ke tempat duduk. Setelah itu runtuh sudah persepsiku tentang sekolah yang menyeramkan, ternyata sekolah itu menyenangkan karena aku bisa bertemu dengan guru – guru yang sangat baik, dan memiliki teman yang sangat banyak.
Sejak hari itu aku selalu bersemangat untuk pergi ke sekolah. Dari pengalamanku ini aku mempelajari satu hal bahwa jangan percaya dengan apa yang dikatakan di film sebelum kita melihat dan merasakannya sendiri, dan jangan mengangap sebagian sebagai keseluruhan karena belum tentu yang kita lihat itu merupakan gambaran umum hal tersebut.