5. Salah satu bahaya globalisasi adalah menguatnya kecenderungan politik identitas. Bertentangan dengan sila ke berapakah kecenderungan politik identitas ini? Berikan contoh politik identitas yang pernah terjadi di NKRI!
Politik identitas seringkali didasarkan pada kepercayaan dan suku bangsa. Contohnya yaitu ujaran kebencian yang bersifat SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) yang digunakan sebagai alat untuk menjegal pihak lawan politik.
Selain itu, di Indonesia, politik identitas juga digunakan sebagai salah satu strategi kampanye yang dilakukan oleh para kandidat dalam Pemilu, sekaligus menjadi alasan beberapa orang untuk memilih.
Misalnya seseorang memilih kandidat bukan didasarkan pada kualitas politisi dari kandidat (misalnya dengan mempertimbangka visi dan misinya), tapi didasarkan pada identitas dari kandidat tersebut misalnya karena kesamaan agama atau suku bangsa.
Kecenderungan politik identitas bertentangan dengan Sila ke-2 "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab". Sila ke-2 mengajarkan bahwa dalam bermasyarakat, kita harus menghormati setiap individu sebagai manusia yang sama, tanpa memandang suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Contoh-contoh politik identitas yang pernah terjadi di Indonesia antara lain:
1. Konflik Etnis di Kalimantan Barat: Konflik antara suku Dayak dan suku Madura di Kalimantan Barat yang terjadi pada tahun 1999 adalah contoh politik identitas yang mengedepankan perbedaan suku. Konflik ini dipicu oleh ketegangan dan perselisihan antar suku yang memiliki sejarah panjang di kawasan tersebut.
2. Gerakan Kebangkitan Islam: Gerakan politik identitas yang bernuansa agama juga pernah terjadi di Indonesia. Sebagai contoh adalah Gerakan Kebangkitan Islam yang muncul pada awal abad ke-20, yang menekankan pentingnya pemahaman Islam yang lebih konservatif dan penegakan syariah dalam konteks politik dan sosial.
3. Konflik Agama di Poso: Konflik yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah pada tahun 2000-an juga memiliki aspek politik identitas yang bertentangan. Konflik ini melibatkan kelompok agama yang berbeda, yaitu umat Islam dan umat Kristen, yang saling berhadapan dalam perjuangan identitas dan kepentingan politik masing-masing.
4. Sentimen Separatis di Aceh: Sentimen politik identitas juga pernah muncul di Aceh, di mana terdapat gerakan separatis yang menuntut kemerdekaan atau otonomi yang lebih luas bagi Aceh. Gerakan ini didorong oleh perbedaan politik, budaya, dan sejarah Aceh yang membuat mereka merasa berbeda dengan wilayah lain di Indonesia.
Dalam setiap situasi politik identitas, penting untuk diingat nila-nilai Pancasila, khususnya Sila ke-2 "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab". Menghormati hak asasi manusia dan memperlakukan setiap individu dengan adil tanpa diskriminasi adalah penting untuk menjaga persatuan dan keberagaman di Indonesia.
Jawaban:
Pemilu di Indonesia
Politik identitas seringkali didasarkan pada kepercayaan dan suku bangsa. Contohnya yaitu ujaran kebencian yang bersifat SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) yang digunakan sebagai alat untuk menjegal pihak lawan politik.
Selain itu, di Indonesia, politik identitas juga digunakan sebagai salah satu strategi kampanye yang dilakukan oleh para kandidat dalam Pemilu, sekaligus menjadi alasan beberapa orang untuk memilih.
Misalnya seseorang memilih kandidat bukan didasarkan pada kualitas politisi dari kandidat (misalnya dengan mempertimbangka visi dan misinya), tapi didasarkan pada identitas dari kandidat tersebut misalnya karena kesamaan agama atau suku bangsa.
Kecenderungan politik identitas bertentangan dengan Sila ke-2 "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab". Sila ke-2 mengajarkan bahwa dalam bermasyarakat, kita harus menghormati setiap individu sebagai manusia yang sama, tanpa memandang suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Contoh-contoh politik identitas yang pernah terjadi di Indonesia antara lain:
1. Konflik Etnis di Kalimantan Barat: Konflik antara suku Dayak dan suku Madura di Kalimantan Barat yang terjadi pada tahun 1999 adalah contoh politik identitas yang mengedepankan perbedaan suku. Konflik ini dipicu oleh ketegangan dan perselisihan antar suku yang memiliki sejarah panjang di kawasan tersebut.
2. Gerakan Kebangkitan Islam: Gerakan politik identitas yang bernuansa agama juga pernah terjadi di Indonesia. Sebagai contoh adalah Gerakan Kebangkitan Islam yang muncul pada awal abad ke-20, yang menekankan pentingnya pemahaman Islam yang lebih konservatif dan penegakan syariah dalam konteks politik dan sosial.
3. Konflik Agama di Poso: Konflik yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah pada tahun 2000-an juga memiliki aspek politik identitas yang bertentangan. Konflik ini melibatkan kelompok agama yang berbeda, yaitu umat Islam dan umat Kristen, yang saling berhadapan dalam perjuangan identitas dan kepentingan politik masing-masing.
4. Sentimen Separatis di Aceh: Sentimen politik identitas juga pernah muncul di Aceh, di mana terdapat gerakan separatis yang menuntut kemerdekaan atau otonomi yang lebih luas bagi Aceh. Gerakan ini didorong oleh perbedaan politik, budaya, dan sejarah Aceh yang membuat mereka merasa berbeda dengan wilayah lain di Indonesia.
Dalam setiap situasi politik identitas, penting untuk diingat nila-nilai Pancasila, khususnya Sila ke-2 "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab". Menghormati hak asasi manusia dan memperlakukan setiap individu dengan adil tanpa diskriminasi adalah penting untuk menjaga persatuan dan keberagaman di Indonesia.