Tari turuk uliat bilou dari daerah Sumatra barat, suku mantawai.
Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, memiliki budaya suku asli yang masih terjaga. Salah satunya tarian turuk uliat. Tarian tersebut ekspresi masyarakat Mentawai dalam menghargai dan penggambaran keselarasan manusia dengan alam sekitaranya. Tarian ini ditampilkan dalam acara Pekan Budaya Bentawai yang diselenggarakan di Tua Pejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, baru-baru ini.
----------------------------- SEJARAH TARI ULIAT BILOU
Sebuah kehormatan berada di antara warga asli Pulau Siberut yang merayakan upacara adat. Tentu saja ini pengalaman yang sangat berharga. Suku-suku Mentawai adalah yang salah satu komunitas tertua di Indonesia tercatat sejak 2000-500 tahun sebelum masehi sudah ada catatan mengenai keberadaan manusia di kepulauan yang terpisah dari daratan Sumatera itu. Banyak hal yang menarik tentang interaksi manusia-alam khususnya di Mentawai, hingga sekarang meskipun arus budaya modern tiada henti menggerus budaya asli Mentawai, namun adat istiadat masyarakat Mentawai sejak ribuan tahun silam masih dapat kita jumpai.
Salah satu acara adat yang minggu ini kita ikuti adalah Punen Panunggru, upacara untuk “mendamaikan” roh-roh orang yang telah meninggal dunia. Kepercayaan terhadap roh atau jiwa dalam setiap benda masih melekat erat di masyarakat Mentawai khususnya di Siberut. Kepercayaan akan tentang roh dapat di katakan bahwa nyaris setiap tempat, setiap hewan, setiap tumbuhan, dan setiap fenomena alam memiliki kesadaran dan perasaan, dan dapat berkomunikasi dengan manusia secara langsung. Sebenarnya hubungan yang relatif kompleks, namun dapat di mengerti dan ada yang dapat membantu komunikasi antar entitas-entitas non material ini yaitu para “Sikerei”. Mereka semua dapat berkomunikasi melalui perantara tarian, nyanyian, binatang yang di kurbankan, atau upacara.
Karena berangkat dari ketertarikan terhadap primata, dalam upacara adat punen panunggru, yang telah di selenggarakan selama beberapa hari ada kalanya para sikerei ini berkomunikasi dengan para roh ini dengan tarian.
Salah satu tarian yang di lakukan oleh para sikerei ini adalah tarian Bilou, Owa Mentawai (Hylobates klossii), ‘turuk uliat bilou’ yang menceritakan 3 individu yang sedang bergembira di hari yang cerah. Dengan iringan tetabuhan hentakan kaki sikerei juga menambah harmonisasi antara penabuh, penari dan pesan yang disampaikan.
Jawaban:
D. Tari Uliat Bilou
Penjelasan:
TARIAN ULIAT BILOU berasal dari Sumatra Barat , Suku Mantawai.
Jawaban:
d. tari Uliat Bilou
Pembahasan:
Tari turuk uliat bilou dari daerah Sumatra barat, suku mantawai.
Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, memiliki budaya suku asli yang masih terjaga. Salah satunya tarian turuk uliat. Tarian tersebut ekspresi masyarakat Mentawai dalam menghargai dan penggambaran keselarasan manusia dengan alam sekitaranya. Tarian ini ditampilkan dalam acara Pekan Budaya Bentawai yang diselenggarakan di Tua Pejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, baru-baru ini.
----------------------------- SEJARAH TARI ULIAT BILOU
Sebuah kehormatan berada di antara warga asli Pulau Siberut yang merayakan upacara adat. Tentu saja ini pengalaman yang sangat berharga. Suku-suku Mentawai adalah yang salah satu komunitas tertua di Indonesia tercatat sejak 2000-500 tahun sebelum masehi sudah ada catatan mengenai keberadaan manusia di kepulauan yang terpisah dari daratan Sumatera itu. Banyak hal yang menarik tentang interaksi manusia-alam khususnya di Mentawai, hingga sekarang meskipun arus budaya modern tiada henti menggerus budaya asli Mentawai, namun adat istiadat masyarakat Mentawai sejak ribuan tahun silam masih dapat kita jumpai.
Salah satu acara adat yang minggu ini kita ikuti adalah Punen Panunggru, upacara untuk “mendamaikan” roh-roh orang yang telah meninggal dunia. Kepercayaan terhadap roh atau jiwa dalam setiap benda masih melekat erat di masyarakat Mentawai khususnya di Siberut. Kepercayaan akan tentang roh dapat di katakan bahwa nyaris setiap tempat, setiap hewan, setiap tumbuhan, dan setiap fenomena alam memiliki kesadaran dan perasaan, dan dapat berkomunikasi dengan manusia secara langsung. Sebenarnya hubungan yang relatif kompleks, namun dapat di mengerti dan ada yang dapat membantu komunikasi antar entitas-entitas non material ini yaitu para “Sikerei”. Mereka semua dapat berkomunikasi melalui perantara tarian, nyanyian, binatang yang di kurbankan, atau upacara.
Karena berangkat dari ketertarikan terhadap primata, dalam upacara adat punen panunggru, yang telah di selenggarakan selama beberapa hari ada kalanya para sikerei ini berkomunikasi dengan para roh ini dengan tarian.
Salah satu tarian yang di lakukan oleh para sikerei ini adalah tarian Bilou, Owa Mentawai (Hylobates klossii), ‘turuk uliat bilou’ yang menceritakan 3 individu yang sedang bergembira di hari yang cerah. Dengan iringan tetabuhan hentakan kaki sikerei juga menambah harmonisasi antara penabuh, penari dan pesan yang disampaikan.
-------------------
Semoga Membantu ^^