(1) Lili : Shinta! Kau jangan bersikap tidak sopan kepada orang tua! (2) Shinta: Biarin aja, toh mereka tidak peduli. (3) Lili : Bukannya tidak peduli, tetapi mereka sibuk mencari uang buat kita anak-anaknya. (4) Shinta: Itu hanya alasan saja! (Mondar-mandir seperti orang kebingungan) (5) Lili: Shinta jika dinasihati itu, cobalah dituruti jangan menuruti kemauanmu saja!
PERTANYAAN 1. Bagaimana watak tokoh Shinta dalam kutipan drama tersebut? 2. Perbaiki petunjuk laku pada dialog nomor (4)! 3. Tuliskan kata tidak baku pada kutipan dialog tersebut! 4. Kalian betul-betul tak tahu diuntung. Makan, minum di sini sekenyangnya. Mobil tersedia! Mengapa melakukan pekerjaan sepele saja tidak becus? Bagaimana gestur yang tepat saat mengucapkan dialog drama tersebut? 5. Mengapa dalam drama selalu terdapat konflik? Jelaskan pendapat Anda!
1. Berdasarkan kutipan dialog, watak tokoh Shinta dapat dianggap sebagai sosok yang kurang sopan, tidak menghargai orang tua, dan cenderung mempertahankan pendiriannya sendiri tanpa memperhatikan nasihat orang lain.
2. Perbaikan petunjuk laku pada dialog nomor (4) bisa dilakukan dengan menggantinya menjadi "(Shinta mondar-mandir seperti orang kebingungan)"
3. Kata tidak baku dalam kutipan dialog tersebut adalah "biarin". Bentuk yang baku adalah "biarkan" atau "biarlah".
4. Gestur yang tepat saat mengucapkan dialog drama tersebut bisa mencerminkan ketidaksabaran dan kemarahan. Misalnya, tokoh yang mengucapkan dialog tersebut bisa menunjukkan ekspresi wajah yang frustasi, menggerak-gerakkan tangan atau jari-jari sebagai tanda ketidakpuasan, atau mengejek dengan gerakan kepala atau mata yang mengisyaratkan ketidakpercayaan.
5. Konflik dalam drama sering kali dihadirkan untuk menciptakan ketegangan, meningkatkan ketertarikan penonton, dan memperkaya cerita. Konflik memunculkan tantangan, perbedaan pendapat, atau konfrontasi antara karakter-karakter dalam drama, sehingga menambah kompleksitas plot dan memungkinkan pengembangan karakter yang lebih dalam. Konflik juga dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan moral, menggambarkan dinamika hubungan sosial, atau memunculkan pertanyaan etis. Dengan adanya konflik, drama menjadi lebih menarik dan menantang, dan memungkinkan penonton untuk terlibat secara emosional dengan cerita yang sedang dipertunjukkan.
Jawaban:ayo follow ig kaka @jagad_walker45
Jawaban:
1. Berdasarkan kutipan dialog, watak tokoh Shinta dapat dianggap sebagai sosok yang kurang sopan, tidak menghargai orang tua, dan cenderung mempertahankan pendiriannya sendiri tanpa memperhatikan nasihat orang lain.
2. Perbaikan petunjuk laku pada dialog nomor (4) bisa dilakukan dengan menggantinya menjadi "(Shinta mondar-mandir seperti orang kebingungan)"
3. Kata tidak baku dalam kutipan dialog tersebut adalah "biarin". Bentuk yang baku adalah "biarkan" atau "biarlah".
4. Gestur yang tepat saat mengucapkan dialog drama tersebut bisa mencerminkan ketidaksabaran dan kemarahan. Misalnya, tokoh yang mengucapkan dialog tersebut bisa menunjukkan ekspresi wajah yang frustasi, menggerak-gerakkan tangan atau jari-jari sebagai tanda ketidakpuasan, atau mengejek dengan gerakan kepala atau mata yang mengisyaratkan ketidakpercayaan.
5. Konflik dalam drama sering kali dihadirkan untuk menciptakan ketegangan, meningkatkan ketertarikan penonton, dan memperkaya cerita. Konflik memunculkan tantangan, perbedaan pendapat, atau konfrontasi antara karakter-karakter dalam drama, sehingga menambah kompleksitas plot dan memungkinkan pengembangan karakter yang lebih dalam. Konflik juga dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan moral, menggambarkan dinamika hubungan sosial, atau memunculkan pertanyaan etis. Dengan adanya konflik, drama menjadi lebih menarik dan menantang, dan memungkinkan penonton untuk terlibat secara emosional dengan cerita yang sedang dipertunjukkan.