Di atas sana matahari sedang terik-teriknya, wajar mengingat saat ini sudah menunjukkan Pukul 1 Siang. Dalam cuaca seperti ini, Kelas XI IPA 1 di Sekolah Menengah tampak tegang ketika sang guru mengatakan akan membagikan hasil ulangan Fisika.
“Seperti biasa, Arga dan Raka mendapatkan nilai tertinggi. Pertahankan ya!” ucap guru itu memuji, membuat para murid riuh, sementara yang disebut hanya tersenyum.
Tidak lama kemudian bel pulang berbunyi, baik guru maupun para murid segera berhamburan keluar kelas untuk pulang ke rumah masing-masing. Termasuk dengan seorang siswa yang sebelumnya dipuji sang guru, Raka namanya. Dia nampak menenteng tas dan berjalan keluar kelas, sebelum suara seseorang menghentikan langkahnya.
“Raka! Selamat ya, kau memang yang terbaik!” suara itu adalah milik seorang siswa lain yang juga dipuji oleh guru. Dia bernama Arga, siswa yang selalu meraih peringkat pertama sekaligus ketua kelas disana. Arga nampak menyodorkan tangannya kearah Raka, dengan maksud untuk berjabat tangan.
Namun Raka tampak bergeming dan hanya menatap datar tangan Arga, lalu melangkah pergi begitu saja bersamaan dengan tangan Arga yang perlahan turun. Jika sudah seperti ini, tak ada lagi yang bisa Arga lakukan selain menatap punggung Raka yang perlahan menjauh hingga akhirnya menghilangkan dibalik tikungan koridor.
Raka sedang berjalan pulang dari supermarket melewati sebuah gang kecil. Namun langkahnya terhenti saat sesuatu menyentuh pundaknya. Dia berbalik dan melihat ada 3 orang pria bertubuh besar yang sepertinya adalah pereman. Ini membuat Raka menghela nafas lelah.
"Hei nak, serahkan uangmu kalau ingin selamat!"
Tentu saja Raka menolak, lagipula dia tidak membawa banyak uang hari ini mengingat jarak rumah dan supermarket cukup dekat. Alhasil penolakannya membuat tiga pereman itu marah dan hendak memukulnya.
Mereka beradu pukulan beberapa saat, kalah jumlah tentu membuat Raka sangat kewalahan. Dia limbung ke belakang ketika salah satu dari tiga pereman itu mengayunkan pukulan tepat di pelipisnya hingga berdarah.
wiuwiuwiuwiu
Tiba-tiba terdengar suara dari sirine polisi yang membuat tiga pereman itu lari, Tidak ingin mengambil risiko jika ketahuan polisi. Ini membuat Raka berdecih, dia melirik ke samping dimana seseorang keluar dari persembunyiannya.
"Raka, kau baik-baik saja? Astaga kau terluka!" Itu Arga, dia dengan cepat menghampiri Raka dan membantu pemuda yang lebih tinggi itu untuk berdiri.
"Kenapa kau membantuku?" tanya Raka menatap Arga dengan wajah serius.
"Kita teman bukan?"
Saat itulah Raka mengerti, dia memang tidak bisa hidup sendiri. Dia butuh seseorang untuk membantunya, dan dia ingin memulainya dengan Arga. Memulai untuk menjalin hubungan persahabatan.
Judul: Makhluk Sosial
Karya: Lira Nur
Di atas sana matahari sedang terik-teriknya, wajar mengingat saat ini sudah menunjukkan Pukul 1 Siang. Dalam cuaca seperti ini, Kelas XI IPA 1 di Sekolah Menengah tampak tegang ketika sang guru mengatakan akan membagikan hasil ulangan Fisika.
“Seperti biasa, Arga dan Raka mendapatkan nilai tertinggi. Pertahankan ya!” ucap guru itu memuji, membuat para murid riuh, sementara yang disebut hanya tersenyum.
Tidak lama kemudian bel pulang berbunyi, baik guru maupun para murid segera berhamburan keluar kelas untuk pulang ke rumah masing-masing. Termasuk dengan seorang siswa yang sebelumnya dipuji sang guru, Raka namanya. Dia nampak menenteng tas dan berjalan keluar kelas, sebelum suara seseorang menghentikan langkahnya.
“Raka! Selamat ya, kau memang yang terbaik!” suara itu adalah milik seorang siswa lain yang juga dipuji oleh guru. Dia bernama Arga, siswa yang selalu meraih peringkat pertama sekaligus ketua kelas disana. Arga nampak menyodorkan tangannya kearah Raka, dengan maksud untuk berjabat tangan.
Namun Raka tampak bergeming dan hanya menatap datar tangan Arga, lalu melangkah pergi begitu saja bersamaan dengan tangan Arga yang perlahan turun. Jika sudah seperti ini, tak ada lagi yang bisa Arga lakukan selain menatap punggung Raka yang perlahan menjauh hingga akhirnya menghilangkan dibalik tikungan koridor.
Raka sedang berjalan pulang dari supermarket melewati sebuah gang kecil. Namun langkahnya terhenti saat sesuatu menyentuh pundaknya. Dia berbalik dan melihat ada 3 orang pria bertubuh besar yang sepertinya adalah pereman. Ini membuat Raka menghela nafas lelah.
"Hei nak, serahkan uangmu kalau ingin selamat!"
Tentu saja Raka menolak, lagipula dia tidak membawa banyak uang hari ini mengingat jarak rumah dan supermarket cukup dekat. Alhasil penolakannya membuat tiga pereman itu marah dan hendak memukulnya.
Mereka beradu pukulan beberapa saat, kalah jumlah tentu membuat Raka sangat kewalahan. Dia limbung ke belakang ketika salah satu dari tiga pereman itu mengayunkan pukulan tepat di pelipisnya hingga berdarah.
wiuwiuwiuwiu
Tiba-tiba terdengar suara dari sirine polisi yang membuat tiga pereman itu lari, Tidak ingin mengambil risiko jika ketahuan polisi. Ini membuat Raka berdecih, dia melirik ke samping dimana seseorang keluar dari persembunyiannya.
"Raka, kau baik-baik saja? Astaga kau terluka!" Itu Arga, dia dengan cepat menghampiri Raka dan membantu pemuda yang lebih tinggi itu untuk berdiri.
"Kenapa kau membantuku?" tanya Raka menatap Arga dengan wajah serius.
"Kita teman bukan?"
Saat itulah Raka mengerti, dia memang tidak bisa hidup sendiri. Dia butuh seseorang untuk membantunya, dan dia ingin memulainya dengan Arga. Memulai untuk menjalin hubungan persahabatan.
TAMAT
Terimakasih.