1. Apa yang menjadi fokus deskripsi dari kedua teks tersebut? 2. Apakah kamu pernah mencicipi salah satu dari kedua satai tersebut? 3. Mengapa dinamakan satai kere? 4. Menurutmu, apa perbedaan satai lilit pada saat dulu dan sekarang? 5. Bagaimana perbedaan ciri satai lilit dan satai kere?
Sejarah dan Filosofi Sate Lilit Bali yang Jadi Simbol Kejantanan Pria menjadi fokus deskripsi dari kedua teks tersebut
Sate lilit dulunya hanya dihidangkan saat ada upacara keagamaan saja, namun kini dapat ditemukan di berbagai kesempatan dan di rumah makan atau pedagang pinggir jalan. Sate lilit memiliki filosofi yakni menyimbolkan tanda pemersatu masyarakat Bali dan menjadi simbol kejantanan pria. Sate lilit juga memiliki cita rasa yang gurih, manis, dan sedikit pedas. Cara menikmati sate lilit tidak perlu memakai bumbu kacang seperti sate pada umumnya. Sate lilit juga dapat terbuat dari daging ayam atau sapi sebagai pengganti untuk memenuhi permintaan wisatawan yang tidak bisa mencicipi sate lilit berbahan dasar daging babi
Sate lilit dinamakan demikian karena pada proses pembuatannya, daging yang sudah dihaluskan dan dicampur dengan rempah, kemudian dililitkan pada tusuk sate yang tebal dan lebar, berbeda dengan sate biasanya yang terbuat dari batang serai atau bambu
erbeaan satai lilit pada saat dulu dan sekarang terletak pada bahan dasar pembuatannya. Dulunya sate lilit hanya dibuat dari daging babi dan ikan, namun kini juga terbuat dari daging ayam atau sapi sebagai pengganti untuk memenuhi permintaan wisatawan yang tidak bisa mencicipi sate lilit berbahan dasar daging ba
Perbedaan ciri satai lilit dan satai kere terletak pada proses pembuatannya. Sate lilit memiliki filosofi yang kuat dalam kehidupan dan kejantanan pria, sehingga sejak dulu hanya boleh dikerjakan oleh para kaum pria. Mulai dari meracik adonan hingga proses membakar juga hanya boleh dilakukan kaum pria. Jika seorang pria tidak bisa membuat sate lilit, maka akan dipertanyakan kejantanannya. Sementara sate kere tidak memiliki filosofi yang s
Jawaban:
Sejarah dan Filosofi Sate Lilit Bali yang Jadi Simbol Kejantanan Pria menjadi fokus deskripsi dari kedua teks tersebut
Sate lilit dulunya hanya dihidangkan saat ada upacara keagamaan saja, namun kini dapat ditemukan di berbagai kesempatan dan di rumah makan atau pedagang pinggir jalan. Sate lilit memiliki filosofi yakni menyimbolkan tanda pemersatu masyarakat Bali dan menjadi simbol kejantanan pria. Sate lilit juga memiliki cita rasa yang gurih, manis, dan sedikit pedas. Cara menikmati sate lilit tidak perlu memakai bumbu kacang seperti sate pada umumnya. Sate lilit juga dapat terbuat dari daging ayam atau sapi sebagai pengganti untuk memenuhi permintaan wisatawan yang tidak bisa mencicipi sate lilit berbahan dasar daging babi
Sate lilit dinamakan demikian karena pada proses pembuatannya, daging yang sudah dihaluskan dan dicampur dengan rempah, kemudian dililitkan pada tusuk sate yang tebal dan lebar, berbeda dengan sate biasanya yang terbuat dari batang serai atau bambu
erbeaan satai lilit pada saat dulu dan sekarang terletak pada bahan dasar pembuatannya. Dulunya sate lilit hanya dibuat dari daging babi dan ikan, namun kini juga terbuat dari daging ayam atau sapi sebagai pengganti untuk memenuhi permintaan wisatawan yang tidak bisa mencicipi sate lilit berbahan dasar daging ba
Perbedaan ciri satai lilit dan satai kere terletak pada proses pembuatannya. Sate lilit memiliki filosofi yang kuat dalam kehidupan dan kejantanan pria, sehingga sejak dulu hanya boleh dikerjakan oleh para kaum pria. Mulai dari meracik adonan hingga proses membakar juga hanya boleh dilakukan kaum pria. Jika seorang pria tidak bisa membuat sate lilit, maka akan dipertanyakan kejantanannya. Sementara sate kere tidak memiliki filosofi yang s
Penjelasan: