Penyelundup Ada kabar angin bahwa Mullah Nasrudin berprofesi juga sebagai penyelundup. Maka setiap melewati batas wilayah, penjaga gerbang menggeledah jubahnya yang berlapis-lapis dengan teliti. Tetapi tidak ada hal yang mencurigakan yang ditemukan. Untuk mengajar, Mullah Nasrudin memang sering harus melintasi batas wilayah. Suatu malam, salah seorang penjaga mendatangi rumahnya. “Aku tahu, Mullah, engkau penyelundup. Tapi aku menyerah, karena tidak pernah bisa menemukan barang selundupanmu. Sekarang, jawablah penasaranku: apa yang engkau selundupkan ?” “Jubah,” kata Nasrudin, serius.
mullah nasrudin menyusuri batas wilayah sorot matanya menyibak sinar dari cakrawala kakinya tegas, melangkah suaranya lugas, pandangnya mengarah
jubah berlapis digeledah penjaga mullah nasrudin tenang menetima bengis batas wilayah tak kenal rasa manis
ujung batas wilayah adalah lumbung rupiah lewat mengajar ia bersedekah sunyi bullan telanjang perak awan menggumpal berarak lelaki mullah nasrudin membawa wajah legam bertemu penjaga suatu malam
"apa yang kau sembunyikan, penyelundup?" kata penjaga sedikit gugup "aku yakin kau penyelundup, tapi tak pernah kutemui barang itu" "jubah" jawab lelaki kurus berpayung fitrah
mullah nasrudin menyusuri batas wilayah
sorot matanya menyibak
sinar dari cakrawala
kakinya tegas, melangkah
suaranya lugas,
pandangnya mengarah
jubah berlapis digeledah penjaga
mullah nasrudin tenang menetima
bengis
batas wilayah tak kenal rasa manis
ujung batas wilayah adalah lumbung rupiah
lewat mengajar ia bersedekah
sunyi
bullan telanjang perak
awan menggumpal berarak
lelaki mullah nasrudin membawa wajah legam
bertemu penjaga suatu malam
"apa yang kau sembunyikan, penyelundup?"
kata penjaga sedikit gugup
"aku yakin kau penyelundup, tapi tak pernah kutemui barang itu"
"jubah"
jawab lelaki kurus berpayung fitrah