August 2018 1 13 Report
Tuliskan masing-masing 5 contoh kata kerja aktif transitif dan kata kerja aktif intransitif
dalam ceritapak capung


Dahulu kala di tengah-tengah hutan yang
sangat lebat di atas bukit terdapat sebuah desa yang dihuni oleh beraneka ragam
serangga. Mereka hidup tenteram, rukun, dan damai. Ada keluarga kupu-kupu yang
tinggal di atas pohon. Pak Kumbang dan keluarganya tinggal di dalam sarang yang
tergantung di dahan pohon besar. Kakek Cacing selalu membuat rumah di lubang
tanah. Sekelompok semut hitam dan semut merah tinggal di sarangnya yang saling
berdekatan dengan Bapak Laba-laba yang mempunyai rumah jaring. Ibu Kecoa
menempati sebuah sepatu bot, sebuah sepatu bekas

milik manusia yang telang terbuang.

Hampir setiap malam mereka
berkumpul bersama, berpesta, menari, dan


bergembira. Mereka saling berbagi
makanan kecuali seekor belalang yang selalu


hidup menyendiri. Ia hanya
memandang keramaian dari depan rumahnya.


Tingkah belalang itu sangat aneh, ia
malu karena ia telah kehilangan sebuah

kakinya.
Kakek Cacing pernah bercerita, Paman Belalang setahun yang lalu

telah
kehilangan kakinya akibat ia berkelahi dengan seekor burung yang hendak

memangsanya.
Sehari-hari Paman Belalang hanya duduk termenung meratapi

kakinya
yang hilang. Paman Belalang merasa sudah tidak berguna lagi karena

telah
kehilangan kakinya yang sangat berharga.

Lodi si
anak semut merah dan Roro si anak semut hitam sangat prihatin melihat

hidup Paman
Belalang. Suatu hari ketika Lodi dan Roro sedang berjalan-jalan

di tepi
sungai, tiba-tiba mereka melihat Paman Belalang sedang asyik membuat sebuah
perahu kecil yang terbuat dari ranting pohon dan daun kering. “Wahhhh… perahu
buatan paman bagus sekali,” puji Roro”. Paman Belalang

tersenyum,
lalu tiba-tiba ia mengajak Lodi dan Roro naik ke dalam perahu

miliknya.
Lodi dan Roro saling bertatapan. Mereka tidak menyangka ternyata

Paman
Belalang sangat baik dan ramah. Paman Belalang mengeluarkan sebuah

gitar tua,
lalu ia mulai bernyanyi, sedangkan Lodi dan Roro menari-nari

mengikuti
irama gitar milik Paman Belalang.



“Ya ampun, jahat sekali kodok-kodok
itu!” Bisik Roro ketakutan.


Paman
Belalang, Lodi, dan Roro diam-diam mendengarkan percakapan kedua kodok itu dari
dalam perahu mereka dengan bersembunyi di balik bunga teratai. Benar saja, ternyata
kedua kodok itu mempunyai rencana jahat nanti malam. Mereka tahu jika hampir
setiap malam desa serangga selalu mengadakan pesta. Kodok itu pun berencana
akan merusak pesta dan memangsa anak-anak serangga yang berada di sana. Ketika
mendengar hal itu, Paman Belalang cepat-cepat memutar balik arah perahu
miliknya, lantas mereka bertiga kembali ke desa. “Ayo kita pulang dan beri tahu
serangga tentang rencana itu”, jelas paman. Perahu yang paman kemudikan itu
berlayar sangat cepat menuju desa. Setiba di sana Paman Belalang segera
menceritakan rencana jahat sang kodok yang mereka dengar tadi.



“Benarkah cerita itu?” tanya Kakek Cacing
yang dituakan oleh para serangga di


desa
mereka.

“Benar,
Kakek, kami berdua pun juga mendengar percakapan kodok jahat itu,”

jelas Lodi
dan Roro”.

Paman
Belalang kemudian memerintahkan kepada serangga bahwa pada

malam itu
sebaiknya tidak usah menggelar pesta. Anak-anak dan telur

mereka
harus dijaga baik-baik di dalam sarang oleh induknya, sedangkanpara pejantan
dewasa siap berjaga-jaga dan menyerang jika kedua kodok itu

datang.
Ternyata benar, ketika malam hari tiba, kedua ekor kodok hitam itu

muncul di
desa. Kodok itu pun bingung karena desa serangga yang hampir

setiap
malam mengadakan pesta, tiba-tiba saja menjadi sunyi senyap.



“Serang... !”, teriak Paman Belalang.
Dengan cepat Bapak Laba-laba


menjatuhkan
jaring besarnya tepat di atas kodok itu. Kedua kodok itu

terperangkap
oleh jaring laba-laba. Mereka pun tidak dapat bergerak. Para

pejantan
semut merah dan semut hitam mengelilingi serta menggigiti

keduanya.
Kodok-kodok itu berteriak kesakitan. Akhirnya, mereka menyerah

dan meminta
maaf kepada para serangga. Kakek Cacing memerintahkan

Bapak
Laba-laba untuk membuka jaring-jaringnya. Lalu, ia menyuruh kedua

kodok itu
pergi dari desa serangga.





“Hore!” Teriak para serangga ketika
melihat kodok-kodok itu pergi. Sambil


menari-nari
mereka mengangkat tubuh Paman Belalang dan melemparlemparnya

ke udara.
Kakek Cacing mengucapkan terima kasih kepada Paman

Belalang yang
sudah menyelamatkan desa. Semenjak itu, Paman Belalang tidak

menjadi
pemurung lagi. Ia menyadari dirinya masih berguna walaupun telah

kehilangan
kakinya. Setiap malam ia pun bergabung dengan para serangga

lainya
untuk berpesta. Paman Belalang selalu bermain gitar dan bernyanyi

riang. Para
serangga pun sangat menyukainya. Begitu juga dengan Lodi dan

Roro yang
sekarang menjadi sahabat paman. Mereka selalu ikut berpetualang

dengan
Paman Belalang dan perahunya.





hadiah poinnya karnah aku buh banget hadia ah poinya 70 lumanyan kan plis bantu


Life Enjoy

" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.