Tuliskan faktor pendorong terjadinya sirkulasi dan komutasi penduduk
RahmiYusram08
~Sirkulasi Selain komutasi, mobilitas penduduk sementara ada juga yang melakukannya dengan menginap di tempat tujuan selama satu atau beberapa hari. Istilah untuk jenis mobilitas seperti ini adalah sirkulasi. Sebagian penduduk tidak pulang pada hari yang sama tetapi harus menginap di tempat tujuan.
Hal ini dilakukan umumnya karena jauhnya jarak untuk pulang ke daerah asalnya dan atau untuk menghemat biaya perjalanan dan sejumlah alasan lainnya. Banyak penduduk desa yang bekerja di kota tidak kembali pada hari yang sama tetapi beberapa hari atau beberapa minggu kemudian. ~Komutasi adalah perpindahan penduduk yang sifatnya sementara pada hari yang sama. Bentuk mobilitas penduduk ini dikenal juga dengan istilah nglaju atau ulang-alik. Orang yang melakukan komutasi disebut komuter. Biasanya pada pagi hari banyak penduduk yang tinggal di daerah pinggiran kota melakukan mobilitas ke pusat kota untuk bekerja. Pada sore atau malam hari, penduduk tersebut pulang kembali ke rumahnya di pinggiran kota. Pemandangan seperti ini dapat kita temui di hampir semua kota, baik di Indonesia maupun negara lainnya. Sebagai contoh banyak penduduk dari daerah sekitar Jakarta tinggal di wilayah sekitar Jakarta seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok . Pada pagi hari penduduk dari wilayah sekitar Jakarta berangkat kerja ke Jakarta dan sore atau malam harinya mereka kembali.
semoga membantu
0 votes Thanks 0
amirahhaninsiah
Prof Sanggar membagi mobilitas penduduk menjadi dua, yaitu mobilitas permanen atau semi permanen yang disebut migrasi, serta mobilitas non-permanen yang meliputi sirkulasi (mobilitas secara geografis, repetitif dan siklikal dengan dimensi waktu antara 24 jam sampai satu tahun tanpa bermaksud untuk menetap di daerah tujuan) dan komutasi (mobilitas harian dengan dimensi waktu maksimal 24 jam, tanpa b ermaksud untuk bermalam di daerah tujuan). Menyoroti migrasi non-permanen, Prof Sanggar mengatakan, sarana transportasi yang menghubungkan antara desa dan kota yang semakin lancar yang menjadi faktor penyebabnya di samping pola mobilitas musiman yang biasanya dilakukan oleh petani ketika kegiatan pertanian sedang tidak sibuk untuk melakukan sirkulasi dan komutasi. Selain itu, ia juga menyinggung slogan masyarakat Jawa yaitu “Mangan Ora Mangan Waton Kumpul”. Menurutnya slogan ini berlawanan secara diametral dengan “kumpul ora kumpul waton mangan” sehingga menghasilkan slogan baru sebagai kompromi yaitu “yo mangan, yo kumpul” melalui pola sirkulasi dan komutasi. Secara umum, disebut Prof Sanggar, faktor ekonomi sangat dominan menyebabkan mobilitas penduduk baik faktor pendorong dari desa diantaranya terbatasnya kesempatan kerja, kegiatan pertanian yang bersifat musiman serta rendahnya tingkat upah maupun faktor penarik dari kota diantaranya peluang dan kesempatan kerja yang relatif besar.
Selain komutasi, mobilitas penduduk sementara ada juga yang melakukannya dengan menginap di tempat tujuan selama satu atau beberapa hari. Istilah untuk jenis mobilitas seperti ini adalah sirkulasi. Sebagian penduduk tidak pulang pada hari yang sama tetapi harus menginap di tempat tujuan.
Hal ini dilakukan umumnya karena jauhnya jarak untuk pulang ke daerah asalnya dan atau untuk menghemat biaya perjalanan dan sejumlah alasan lainnya. Banyak penduduk desa yang bekerja di kota tidak kembali pada hari yang sama tetapi beberapa hari atau beberapa minggu kemudian.
~Komutasi adalah perpindahan penduduk yang sifatnya sementara pada hari yang sama. Bentuk mobilitas penduduk ini dikenal juga dengan istilah nglaju atau ulang-alik. Orang yang melakukan komutasi disebut komuter. Biasanya pada pagi hari banyak penduduk yang tinggal di daerah pinggiran kota melakukan mobilitas ke pusat kota untuk bekerja. Pada sore atau malam hari, penduduk tersebut pulang kembali ke rumahnya di pinggiran kota. Pemandangan seperti ini dapat kita temui di hampir semua kota, baik di Indonesia maupun negara lainnya. Sebagai contoh banyak penduduk dari daerah sekitar Jakarta tinggal di wilayah sekitar Jakarta seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok . Pada pagi hari penduduk dari wilayah sekitar Jakarta berangkat kerja ke Jakarta dan sore atau malam harinya mereka kembali.
semoga membantu
ermaksud untuk bermalam di daerah tujuan). Menyoroti migrasi non-permanen, Prof Sanggar mengatakan, sarana transportasi yang menghubungkan antara desa dan kota yang semakin lancar yang menjadi faktor penyebabnya di samping pola mobilitas musiman yang biasanya dilakukan oleh petani ketika kegiatan pertanian sedang tidak sibuk untuk melakukan sirkulasi dan komutasi. Selain itu, ia juga menyinggung slogan masyarakat Jawa yaitu “Mangan Ora Mangan Waton Kumpul”. Menurutnya slogan ini berlawanan secara diametral dengan “kumpul ora kumpul waton mangan” sehingga menghasilkan slogan baru sebagai kompromi yaitu “yo mangan, yo kumpul” melalui pola sirkulasi dan komutasi. Secara umum, disebut Prof Sanggar, faktor ekonomi sangat dominan menyebabkan mobilitas penduduk baik faktor pendorong dari desa diantaranya terbatasnya kesempatan kerja, kegiatan pertanian yang bersifat musiman serta rendahnya tingkat upah maupun faktor penarik dari kota diantaranya peluang dan kesempatan kerja yang relatif besar.