Tradisi baru apa yang dilakukan pada masa pemerintahan Mamluk dinasti Al-Ayyubiyah?
goldenbird11. Pendiri Dinasti Al-AyyubiyahDinasti Al-Ayyubiyah (569 H/650 H s.d 1174 M/1252 M) merupakan dinasti-dinasti yang pernah berkuasa di Mesir, dinasti ini di,mulai dengan berkuasanya Sultan Salahuddin Yusuf Al- Salah Ad-Din Al-Ayyubi. Di Eropa lebih dikenal dengan sebutan Saladin. Dinasti Al-Ayyubiah berdiri di atas puing-puing Dinasti Fatimiyah di Mesir.Setelah meninggal, Syirkuh di ganti oleh Salahuddin Al-Ayyubi.Kematian Khalifah Al-Adid dari Fatimiyah pada tahun 567 H/ 1171 M Al-Ayyubi. –Ayyubi di akui oleh khalifah Mesir oleh al-Muhtadi, Dinasti Bani Abbas pada tahun 1175 M. untuk mengantisifasi pemberontakan dari pengikut Fatimiyah dan serangan dari tentara Salib. Al-Ayyubi membangun benteng bukit di Mukattam.Tempat ini menjadi pusat pemerintahan dalam kemiliteran. Salahuddin Al-Ayyubi merupakan panglima perang dan pejuang Muslim Kurdi dariTikrit (bagian utara irak sekarang).Daerah kekuasaannya meliputi Yaman, Irak, Mekkah Hejaz, Diyar Bakr, selain itu, melebur menguasai Aleppo dan Mosul. Salahuddin tidak hanya terkenal di kalangan umat Muslim, tetapi juga dikalangan Kristen karena sifatnya yang ksatria dan pengampun, lebih-lebih pada saat ia berperang melawan tentara salib. Sultan Salahuddin Al-Ayyubi juga adalah seorang Ulama. Beliau memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadis Abu Dawud. Salahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa kurdi, ayahnya bernama Najmuddin Ayyub dan pamannya bernama Asadudin Syirkuh,meninggalkan kampong halamannya dekat Danau Fan dan pindah kedaerahTikrit (Irak). Ia dilahirkan dibenteng Tikrit Irak tahun 532 H/1138 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu baik ayah maupun pamannya mengabdi pada Imaduddin Zangi, Gubernur Seljuk untuk kota Mousul Irak. Ketika Imaduddin Ayyub (ayah salahuddin) diangkat menjadi Gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat raja suriah, bernama Nuruddin Mahmud.Selama di Balbek inilah Salahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni tekhnik perang, strategi, dan politik.Setelah itu, Salahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Suni selama 10 tahun.Pada tahun 1169 Salahuddin Al-Ayyubi diangkat menjadi wajir (konselor). Dengan meninggalnya Nuruddin (1174 M), Salahuddin Al-Ayyubi menerima gelar Sultan di Mesir.Disana dia memproklamasikan kemerdekaan dari kaum Seljuk dan mendirikan Dinasti Al-Ayyubi serta mengembalikan ajaran sunni ke Mesir. Selanjutnya, Salahuddin Al-Ayyubi memperlebar wilayah kesebelah barat magreb, dan ketika pamannya pergi ke Nil untuk mendamaikan beberapa pemberontakan dari bekas pendudkung Fatimiyah, kemudian dia melanjutkan ke Laut Merah untuk menaklukkan Yaman. Selama beberapa tahun, salahuddin selalu bersama ayahnya di medan pertempuran melawan tentara perang Salib atau menumpas para pemberontakan terhadap pemimpinnya Sultan Nuruddin Mahmud. Ketika Nuruddin berhasil merebut Kota Damaskus pada tahun 549 H/1154 M maka keduanya ayah dan anak telah menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada pemimpinnya. Dalam tiga pertempuran di Mesir bersama-sama pamannya, Asaduddin melawan tentara perang Salib dan berhasil mengusirnya dari mesir pada tahun 559-564 H / 1164-1168 M. sejak saat itu, Asaduddin diangkat menjadi Perdana Menteri (PM) khilafah fatimiyah. Salahuddin Al-Ayyubi berhasil mematahkan serangan Tentara Salib dan pasukan Romawi Bizantium yang melancarkan perang Salib ke II terhadap Mesir. Sultan Nuruddin memerintahkan Salahuddin mengambil kekuasaan dari tangan Khalifah Fatimiyah dan mengembalikan kepada Khalifah Al-“Adid, Khalifah Fatimiyah terakhir meninggal maka kekuasaan sepenuhnya di tangan Salahuddin al-ayyubi. Sultan Nuruddin meninggal tahun 659 H/1174 M, kemudian Damaskus diserahkan kepada putranya yang masih kecil bernama Sultan Salih Ismail didampingi seorang wali. Di bawah seorang wali terjadi perebutan kekuasaan di antara putra-putra Nuruddin dan wilayah kekuasaan Nuruddin menjadi terpecah-pecah. Salahuddin al-ayyubi pergi ke damaskus untuk membereskan keadaan, tetapi ia mendapat perlawanan dari pengikut Nuruddin yang tidak ingin menginginkan persatuan. Akhirnya salahuddin al-ayyubi melawannya dan menyatakan diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176 M dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mousul Irak bagian utara.
Dinasti Al-Ayyubiah berdiri di atas puing-puing Dinasti Fatimiyah di Mesir.Setelah meninggal, Syirkuh di ganti oleh Salahuddin Al-Ayyubi.Kematian Khalifah Al-Adid dari Fatimiyah pada tahun 567 H/ 1171 M Al-Ayyubi. –Ayyubi di akui oleh khalifah Mesir oleh al-Muhtadi, Dinasti Bani Abbas pada tahun 1175 M. untuk mengantisifasi pemberontakan dari pengikut Fatimiyah dan serangan dari tentara Salib. Al-Ayyubi membangun benteng bukit di Mukattam.Tempat ini menjadi pusat pemerintahan dalam kemiliteran.
Salahuddin Al-Ayyubi merupakan panglima perang dan pejuang Muslim Kurdi dariTikrit (bagian utara irak sekarang).Daerah kekuasaannya meliputi Yaman, Irak, Mekkah Hejaz, Diyar Bakr, selain itu, melebur menguasai Aleppo dan Mosul.
Salahuddin tidak hanya terkenal di kalangan umat Muslim, tetapi juga dikalangan Kristen karena sifatnya yang ksatria dan pengampun, lebih-lebih pada saat ia berperang melawan tentara salib. Sultan Salahuddin Al-Ayyubi juga adalah seorang Ulama. Beliau memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadis Abu Dawud.
Salahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa kurdi, ayahnya bernama Najmuddin Ayyub dan pamannya bernama Asadudin Syirkuh,meninggalkan kampong halamannya dekat Danau Fan dan pindah kedaerahTikrit (Irak). Ia dilahirkan dibenteng Tikrit Irak tahun 532 H/1138 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu baik ayah maupun pamannya mengabdi pada Imaduddin Zangi, Gubernur Seljuk untuk kota Mousul Irak. Ketika Imaduddin Ayyub (ayah salahuddin) diangkat menjadi Gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat raja suriah, bernama Nuruddin Mahmud.Selama di Balbek inilah Salahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni tekhnik perang, strategi, dan politik.Setelah itu, Salahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Suni selama 10 tahun.Pada tahun 1169 Salahuddin Al-Ayyubi diangkat menjadi wajir (konselor).
Dengan meninggalnya Nuruddin (1174 M), Salahuddin Al-Ayyubi menerima gelar Sultan di Mesir.Disana dia memproklamasikan kemerdekaan dari kaum Seljuk dan mendirikan Dinasti Al-Ayyubi serta mengembalikan ajaran sunni ke Mesir. Selanjutnya, Salahuddin Al-Ayyubi memperlebar wilayah kesebelah barat magreb, dan ketika pamannya pergi ke Nil untuk mendamaikan beberapa pemberontakan dari bekas pendudkung Fatimiyah, kemudian dia melanjutkan ke Laut Merah untuk menaklukkan Yaman.
Selama beberapa tahun, salahuddin selalu bersama ayahnya di medan pertempuran melawan tentara perang Salib atau menumpas para pemberontakan terhadap pemimpinnya Sultan Nuruddin Mahmud. Ketika Nuruddin berhasil merebut Kota Damaskus pada tahun 549 H/1154 M maka keduanya ayah dan anak telah menunjukkan loyalitas yang tinggi kepada pemimpinnya.
Dalam tiga pertempuran di Mesir bersama-sama pamannya, Asaduddin melawan tentara perang Salib dan berhasil mengusirnya dari mesir pada tahun 559-564 H / 1164-1168 M. sejak saat itu, Asaduddin diangkat menjadi Perdana Menteri (PM) khilafah fatimiyah.
Salahuddin Al-Ayyubi berhasil mematahkan serangan Tentara Salib dan pasukan Romawi Bizantium yang melancarkan perang Salib ke II terhadap Mesir. Sultan Nuruddin memerintahkan Salahuddin mengambil kekuasaan dari tangan Khalifah Fatimiyah dan mengembalikan kepada Khalifah Al-“Adid, Khalifah Fatimiyah terakhir meninggal maka kekuasaan sepenuhnya di tangan Salahuddin al-ayyubi.
Sultan Nuruddin meninggal tahun 659 H/1174 M, kemudian Damaskus diserahkan kepada putranya yang masih kecil bernama Sultan Salih Ismail didampingi seorang wali. Di bawah seorang wali terjadi perebutan kekuasaan di antara putra-putra Nuruddin dan wilayah kekuasaan Nuruddin menjadi terpecah-pecah. Salahuddin al-ayyubi pergi ke damaskus untuk membereskan keadaan, tetapi ia mendapat perlawanan dari pengikut Nuruddin yang tidak ingin menginginkan persatuan. Akhirnya salahuddin al-ayyubi melawannya dan menyatakan diri sebagai raja untuk wilayah Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176 M dan berhasil memperluas wilayahnya hingga Mousul Irak bagian utara.