October 2018 1 92 Report
Tolong Buatkan Teks Naratorx saja selain yg di awal . Mohon Bantuannya Besok Dikumpul !!

Naskah Drama dengan judul :"TUMBANG"

ADEGAN 2
(Beberapa saat lamanya panggung
sepi saja. Suasana lebih gelap. Kemudian
masuk seorang perempuan tua renta,
rambutnya putih. Pakaiannya bagus, dan
dipergunakannya tongkat untuk
berjalan. Nampak jarinya banyak
bercincin. Air mukanya sedih, sewaktu ia
berjalan pelan-pelan ke arah orang yang
tidur itu. Sampai ke situ, ia berhenti,
sebentar mengamati air muka orang
dibale-bale itu dengan iba hati, lalu
menggeleng-gelengkan kepala)
ORANG TUA: Ia tidur. Tidurlah nyenyak!
Kau yang banyak menderita, kau
yang banyak musuhnya. Kau
yang keras hati, anakku,
mengasolah. Tubuhmu lelah,
jiwamu sedih. Sebab keras
kepalamu (menggelengkan
kepala), ah, begitu keras hatinya!
Mengasolah, damai, damailah,
Nak! (mengusap air matanya)
LELAKI: (bercakap dalam tidurnya)
Ibu.... Ibu!
ORANG TUA: Mengasolah, Nak. Ibu pergi
dulu.
LELAKI: (membuka matanya, duduk
tegak, terkejut) Ibu!
ORANG TUA: Diamlah, dan tidurlah, Nak.
LELAKI: (menjingkapkan selimutnya,
turun dari tempat tidurnya
bertelut ke lantai, memegang
tangan ibunya serta menciumnya)
Ibu… di sini! Dari mana Ibu
datang?
ORANG TUA: Kau tak tahu dari mana
aku; berapa lamanya kita tidak
bertemu? Kau ingat?
LELAKI: Delapan tahun, Bu.
ORANG TUA: Ya, syukur kau masih ingat
pada ibumu. Nah, tempat
tinggalku jauh dari sini, tidak di
bumi, tidak di mana orang hidup
biasa. Aku datang dari tempat
Tuhan, anakku, tempat keramat.
LELAKI: Duh, Ibu! Maaflah, maafkan
daku! (menengadah, memandang
orang tua itu dengan mata
berlinang-linang)
ORANG TUA: Ya, kau tak tahu bahwa aku
sudah tak ada di dunia ini. Dari
itu aku datang untuk mengatakan
ini kepadamu. Kau anak
tunggalku. Tak ada orang lain
yang lebih kusayangi dari
padamu.
LELAKI: (memegang dadanya,
menundukkan kepalanya) Duh!
Aku mendurhaka besar terhadap
Ibu.
ORANG TUA: Ayahmu meninggal sebelum
aku, Nak.
LELAKI: Ayah!
ORANG TUA: Ya. Dan belum kau
berdamai dengan dia. Kau dan
ayahmu selalu bertengkar,
kedua-duanya sama keras
hatinya. Sama keras kepalanya.
Kata-katanya yang penghabisan
adalah untukmu, Nak. Ia
menanyakan kau. Dan kecewa ia
bahwa kau tak ada pada saatnya
yang terakhir di bumi. Mengapa,
mengapa kau tak mau datang,
waktu kami kabarkan bahwa
ayahmu sakit keras?
LELAKI: (tersedu) Maaf, maaf, Bu!
ORANG TUA: Terlambat sesalanmu itu.
Tak bisa diperbaiki lagi di dunia
ini. (sejurus hening, terdengar
sedu-sedan LELAKI)
ORANG TUA: Ya, ayahmu mau
memaafkan kau, tapi kau tak
ada. Restu yang hendak
diucapkan atas dirimu itu
terembus lenyap oleh napasnya
yang penghabisan! Sekarang kau
menyesal. Tapi apa gunanya? Ia
tak akan mendengarnya. Dan
bahkan kalau ia mendengar, ia
tak akan menjawab sehingga
jawabannya tak terdengar
olehmu. Terlambat, terlambat,
Nak! Ah, orang muda sering
terburu perbuatannya dan
lambat penyesalannya. Mengapa
kau dulu tak mau menundukkan
kepalamu yang keras itu?
Mengapa perkataan ibumu selalu
kauabaikan?
LELAKI: Bawalah aku, Bu, bersama Ibu.
(bernafsu) Ah, aku tak betah di
bumi ini! (memegang tangan
perempuan itu) Boleh aku ikut
Bu?
ORANG TUA: Bukan akulah yang dapat
memastikan itu. Yang Mahakuasa
jugalah yang memutuskannya,
bila waktumu sudah tiba.
LELAKI: Tapi ah, tak ada yang mengikat
aku lagi di sini.Ayah dan Ibu
tidak, dan istri pun telah
meninggalkan daku. Ibu,
kasihanilah anakmu!
ORANG TUA: Istrimu sudah kaucerai,
bukan? Aku tahu. Kuawasi kau
dari jauh. Tapi meskipun jauh
jaraknya, kulihat perbuatanmu
dengan jelas.
LELAKI: O, kuingat ibu selalu! Memang
kurasa ibu selalu didekatku.
Tidak jauh jarak kita, Bu. Aku
merasa, merasa itu sampai ke ­
dasar sanubariku. Aku dekat
tempat-tinggal Ibu; sudah kucium
baunya yang harum. Dan kadang
kurasa udara damai mengembus
dari situ. Bukankah tempat itu
damai dan harumraksi?
ORANG TUA: Betul, tapi tunggulah
saatnya. Kehendak Allah ta’ala
tak dapat diubah oleh manusia.
LELAKI: Dapatkah aku bertemu Ibu
kelak?
ORANG TUA: Itupun belum tentu.
Putusan tidak pada kita.
LELAKI: O, Ibu bukan mengatakan
bahwa aku mungkin ditempat
lainnya? Di tempat yang ngeri,
penuh api dan gelap, di mana
orang-orang durhaka mendapat
hukuman yang dahsyat? Tidak
begitu, o tidak, tidak! O, Ibu,
katakan aku tak akan tiba di
sana, bukan? Aku tak akan
disiksa di sana? Siksaanku telah
cukup di sini, Bu!
ORANG TUA: Itu tergantung padamu
sendiri, anakku! Pada amal
perbuatanmu sendiri. Dia yang
melindungi kita semua itu adil
dan bijaksana. Percayalah
kepada-Nya. Tawakallah, Nak....
Sekarang ibumu pergi, Nak. Jauh
perjalanan Ibu. Terimalah doa
restuku. (meletakkan tangannya
atas kepala si laki-laki)
LELAKI: (terkedjut) O, tunggu, tunggu
dulu! (dipegangnya tangan dan
tongkat orang tua itu dengan
tergopoh) Ah Ibu, Ibu! (panggung
gelap)


More Questions From This User See All

Life Enjoy

" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.