Ada sepasang suami istri yang berumur sekitar 60 tahunan. ia merupakan seorang petani yang memiliki perkebunan murbei dengan berkecukupan yang sederhana. ketika sore hari pak tani pergi ke ladang murbei, ketika di jalan pak tani menemukan seekor ulat yang tergeletak di tanah, yang sedang menggeliat kepanasan. pak tani pun merasa kasian pada ulat itu dan membawa ulat itu ke perkebunan murbeinya. pak tani pun merasa senang karena ia merasa memiliki teman baru di perkebunannya, pak tani pun mengizinkan ulat sutra itu tinggal di ladang murbeinya. tapi dengan satu syarat kata pak tani. kau boleh mengajak teman-teman mu asal jangan merusak perkebunan murbeiku, karena itu adalah harta yang membantu kami makan dan itu pun sangat berkecukupan sekali. (pak tani tersenyum kecil) Sang ulat pun menyetujuinya dan mengajak teman-temannya ke ladang murbei itu.Pada keesokan harinya pak tani kembali ke kebun untuk melihat perkembangan kebunnya dan sekali ingin memanen buah murbei. ketika sampai di kebun pak tani melihat ladang perkebunannya habis tak tersisa. sehingga membuat pak tani marah pada ulat dan teman-temannya. Pak tani pun berkat “kenapa engkau memakan semuanya, bukankah engkau janji akan menjaganya, pergi kau, aku tak ingin melihat kalian lagi”. pak tani pun sangat kkecewa pada ulat itu. (sambil pergi ke rumah)Sang ulat pun merasa bersalah dan sedih karena telah mengecewakan pak tani, lalu sang ulat pun berdoa pada tuhan agar mengubah dirinya menjadi kepompong, doa sang ulat pun terkabulkan. keesokan harinya pak tani kembali lagi ke ladang perkebunannya, ia merasa kaget pada saat melihat perkebunan murbeinya ia pun berkata dalam hatinya (Apa ini?)Dan pak tani pun menghampiri perkebunannya, ternyata yang ia lihat adalah kepompong ulat sutra. pak tani membawa satu persatu kepompong itu ke rumahnya, dan menceritakannya pada istrinya. Bu tani pun mendapat ide cemerlang dan pak tani segera mengambil jarum yang akan dipakainya. bu tani merajut baju dari benang kepompong itu dan memulai berjualan baju di pasaran.Pak tani senang karena mendapat uang yang lebih dari cukup. Pak tani dan bu tani tak lupa berterimakasih pada si ulat sutra dan teman-temannya itu, terutama kepada tuhan.
Harimau Makan Durian
Dahulu kala, di daerah jambi terdapat kerajaan kerajaan kecil. Mereka hidup damai berdampingan.Suatu hari, seekor harimau kelaparan yang sangat buas, mengacau desa tersebut. Harimau memakan ternak dan menyerang warga desa. Puluhan warga mengalami luka luka serius. Situasi yang sangat darurat memaksa raja turun tangan. Raja memerintahkan seorang prajurit pilihan untuk mengatasi hal tersebut. “Wahai prajuritku, kau kuberi mandat untuk menangani harimau yang mengganggu wargaku!” perintah raja kepada Roman, sang prajurit pilihan.Di tengah hutan, Roman berkelahi dengan sang harimau. Roman terluka parah. Roman berlari dan terus berlari hingga sampai di desa kemingking yang terkenal karena duriannya. Roman memasuki desa kemingking dan harimau terus mengejarnya. Roman melawan harimau itu dengan sekuat tenaga. Melihat banyak durian yang jatuh, Roman pun menggunakan durian itu sebagai senjata. Ia melemparkan durian durian itu ke arah harimau.“Ampuni aku wahai prajurit. Aku tidak lagi mengganggu warga. Tetapi, izinkan aku untuk bisa menikmati durian durian yang wangi dan manis ini pada setiap akhir musim!” seru harimau mengiba kepada Roman. Roman pun mengangguk tanda setuju.Roman lalu melaporkan hal kejadian itu kepada raja. Raja pun memerintahkan rakyatnya untuk menghormati dan mematuhi sumpah harimau tersebut. Sejak saat itu, harimau tak pernah mengganggu warga dan hanya keluar pada waktu musim durian. Kebiasaan tersebut hingga saat ini tetap dijalankan desa kemingking.
Dahulu kala, di daerah jambi terdapat kerajaan kerajaan kecil. Mereka hidup damai berdampingan.
Suatu hari, seekor harimau kelaparan yang sangat buas, mengacau desa tersebut. Harimau memakan ternak dan menyerang warga desa. Puluhan warga mengalami luka luka serius. Situasi yang sangat darurat memaksa raja turun tangan. Raja memerintahkan seorang prajurit pilihan untuk mengatasi hal tersebut. “Wahai prajuritku, kau kuberi mandat untuk menangani harimau yang mengganggu wargaku!” perintah raja kepada Roman, sang prajurit pilihan.
Di tengah hutan, Roman berkelahi dengan sang harimau. Roman terluka parah. Roman berlari dan terus berlari hingga sampai di desa kemingking yang terkenal karena duriannya. Roman memasuki desa kemingking dan harimau terus mengejarnya. Roman melawan harimau itu dengan sekuat tenaga. Melihat banyak durian yang jatuh, Roman pun menggunakan durian itu sebagai senjata. Ia melemparkan durian durian itu ke arah harimau.
“Ampuni aku wahai prajurit. Aku tidak lagi mengganggu warga. Tetapi, izinkan aku untuk bisa menikmati durian durian yang wangi dan manis ini pada setiap akhir musim!” seru harimau mengiba kepada Roman. Roman pun mengangguk tanda setuju.
Roman lalu melaporkan hal kejadian itu kepada raja. Raja pun memerintahkan rakyatnya untuk menghormati dan mematuhi sumpah harimau tersebut. Sejak saat itu, harimau tak pernah mengganggu warga dan hanya keluar pada waktu musim durian. Kebiasaan tersebut hingga saat ini tetap dijalankan desa kemingking.
Ada sepasang suami istri yang berumur sekitar 60 tahunan. ia merupakan seorang petani yang memiliki perkebunan murbei dengan berkecukupan yang sederhana. ketika sore hari pak tani pergi ke ladang murbei, ketika di jalan pak tani menemukan seekor ulat yang tergeletak di tanah, yang sedang menggeliat kepanasan. pak tani pun merasa kasian pada ulat itu dan membawa ulat itu ke perkebunan murbeinya. pak tani pun merasa senang karena ia merasa memiliki teman baru di perkebunannya, pak tani pun mengizinkan ulat sutra itu tinggal di ladang murbeinya. tapi dengan satu syarat kata pak tani. kau boleh mengajak teman-teman mu asal jangan merusak perkebunan murbeiku, karena itu adalah harta yang membantu kami makan dan itu pun sangat berkecukupan sekali. (pak tani tersenyum kecil) Sang ulat pun menyetujuinya dan mengajak teman-temannya ke ladang murbei itu.Pada keesokan harinya pak tani kembali ke kebun untuk melihat perkembangan kebunnya dan sekali ingin memanen buah murbei. ketika sampai di kebun pak tani melihat ladang perkebunannya habis tak tersisa. sehingga membuat pak tani marah pada ulat dan teman-temannya.
Pak tani pun berkat “kenapa engkau memakan semuanya, bukankah engkau janji akan menjaganya, pergi kau, aku tak ingin melihat kalian lagi”. pak tani pun sangat kkecewa pada ulat itu. (sambil pergi ke rumah)Sang ulat pun merasa bersalah dan sedih karena telah mengecewakan pak tani, lalu sang ulat pun berdoa pada tuhan agar mengubah dirinya menjadi kepompong, doa sang ulat pun terkabulkan. keesokan harinya pak tani kembali lagi ke ladang perkebunannya, ia merasa kaget pada saat melihat perkebunan murbeinya ia pun berkata dalam hatinya (Apa ini?)Dan pak tani pun menghampiri perkebunannya, ternyata yang ia lihat adalah kepompong ulat sutra. pak tani membawa satu persatu kepompong itu ke rumahnya, dan menceritakannya pada istrinya. Bu tani pun mendapat ide cemerlang dan pak tani segera mengambil jarum yang akan dipakainya. bu tani merajut baju dari benang kepompong itu dan memulai berjualan baju di pasaran.Pak tani senang karena mendapat uang yang lebih dari cukup. Pak tani dan bu tani tak lupa berterimakasih pada si ulat sutra dan teman-temannya itu, terutama kepada tuhan.
Harimau Makan Durian
Dahulu kala, di daerah jambi terdapat kerajaan kerajaan kecil. Mereka hidup damai berdampingan.Suatu hari, seekor harimau kelaparan yang sangat buas, mengacau desa tersebut. Harimau memakan ternak dan menyerang warga desa. Puluhan warga mengalami luka luka serius. Situasi yang sangat darurat memaksa raja turun tangan. Raja memerintahkan seorang prajurit pilihan untuk mengatasi hal tersebut.
“Wahai prajuritku, kau kuberi mandat untuk menangani harimau yang mengganggu wargaku!” perintah raja kepada Roman, sang prajurit pilihan.Di tengah hutan, Roman berkelahi dengan sang harimau. Roman terluka parah. Roman berlari dan terus berlari hingga sampai di desa kemingking yang terkenal karena duriannya. Roman memasuki desa kemingking dan harimau terus mengejarnya. Roman melawan harimau itu dengan sekuat tenaga. Melihat banyak durian yang jatuh, Roman pun menggunakan durian itu sebagai senjata. Ia melemparkan durian durian itu ke arah harimau.“Ampuni aku wahai prajurit. Aku tidak lagi mengganggu warga. Tetapi, izinkan aku untuk bisa menikmati durian durian yang wangi dan manis ini pada setiap akhir musim!” seru harimau mengiba kepada Roman.
Roman pun mengangguk tanda setuju.Roman lalu melaporkan hal kejadian itu kepada raja. Raja pun memerintahkan rakyatnya untuk menghormati dan mematuhi sumpah harimau tersebut. Sejak saat itu, harimau tak pernah mengganggu warga dan hanya keluar pada waktu musim durian. Kebiasaan tersebut hingga saat ini tetap dijalankan desa kemingking.
Dahulu kala, di daerah jambi terdapat kerajaan kerajaan kecil. Mereka hidup damai berdampingan.
Suatu hari, seekor harimau kelaparan yang sangat buas, mengacau desa tersebut. Harimau memakan ternak dan menyerang warga desa. Puluhan warga mengalami luka luka serius. Situasi yang sangat darurat memaksa raja turun tangan. Raja memerintahkan seorang prajurit pilihan untuk mengatasi hal tersebut.
“Wahai prajuritku, kau kuberi mandat untuk menangani harimau yang mengganggu wargaku!” perintah raja kepada Roman, sang prajurit pilihan.
Di tengah hutan, Roman berkelahi dengan sang harimau. Roman terluka parah. Roman berlari dan terus berlari hingga sampai di desa kemingking yang terkenal karena duriannya. Roman memasuki desa kemingking dan harimau terus mengejarnya. Roman melawan harimau itu dengan sekuat tenaga. Melihat banyak durian yang jatuh, Roman pun menggunakan durian itu sebagai senjata. Ia melemparkan durian durian itu ke arah harimau.
“Ampuni aku wahai prajurit. Aku tidak lagi mengganggu warga. Tetapi, izinkan aku untuk bisa menikmati durian durian yang wangi dan manis ini pada setiap akhir musim!” seru harimau mengiba kepada Roman.
Roman pun mengangguk tanda setuju.
Roman lalu melaporkan hal kejadian itu kepada raja. Raja pun memerintahkan rakyatnya untuk menghormati dan mematuhi sumpah harimau tersebut. Sejak saat itu, harimau tak pernah mengganggu warga dan hanya keluar pada waktu musim durian. Kebiasaan tersebut hingga saat ini tetap dijalankan desa kemingking.