Pada suatu hari, Kancil merasa sangat lapar. Dia berjalan kesana-kemari, tetapi tidak mendapatkan makanan. Ketika hari sudah sore, Kancil melihat Kera sedang asyik makan pisang di atas pohon. Nikmat betul kelihatannya.
Kancil ingin sekali menikmati pisang itu. Akan tetapi, bagaimana caranya mengambil pisang itu? Memanjat pohon, ia tidak bisa. “Meminta pada Kera, pasti ia tidak memberi. Kera itu kan pelit.” Kancil mencari akal. Kancil pun menemukan akal.
Ia melempari Kera dengan batu-batu kecil. Mula-mula Kera tidak peduli. Kancil tidak berputus asa. Kancil terus melempari Kera. Ia berusaha agar Kera marah. Lama-kelamaan Kera menjadi kesal dan marah. Ia balik melempari Kancil. Mula-mula Kera melempar dengan kulit pisang. Setelah kulit pisang habis, Kera melempari Kancil dengan buah pisang.
Kancil pura-pura kesakitan. Kera semakin bersemangat melempar hingga semua pisang dilempari ke arah Kancil. Kera merasa puas kemudian meninggalkan pohon itu. Akal Kancil berhasil. Setelah Kera pergi, Kancil mulai mengumpulkan pisang yang berserakan. Dimakannya pisang-pisang itu dengan santai.
Pada zaman dahulu, hiduplah seekor gagak dan bangau di sebuah hutan. Gagak memiliki bulu putih cantik dan memiliki watak yang baik, tidak sombong, dan setia kawan. Dan temannya bangau memiliki bulu yang gelap dan wataknya bertolak belakang dengan gagak.
Suatu hari mereka bertemu sekelompok binatang yang sedang bermain di hutan. Salah satu dari binatang itu ada yang bermain bola, lompat tali, dan lain-lain. Pada saat gajah terlempar bola, ternyata bolai yang ia lempar terlalu jauh sehingga tidak terlihat itu. Hingga akhirnya datanglah seekor burung gagak dari langit dengan membawa bola. Tak hanya itu, gagak datang dengan seorang temannya yaitu si bangau
Saat sang gagak dan si bangau datang menemui pemilik bola ysng tak lain adalah gajah, teman-teman gajah berterima kasih kepada gagak dan bangau. Tak hanya itu, gagak dipuji oleh gajah dan kawan-kawannya. Walaupun gagak dipuji, tetapi ia tetap merendah.
Di sisi lain, si bangau merasa tidak suka dan iri kepada sang gagak. Lalu, si bangau menyusun rencana agar ia juga memiliki bulu putih seperti gagak dan ia juga ingin dipuji karena kecantikannya akan mengalahkan gagak.
Hingga suatu hari, si bangau menemui gagak dan bertanya rahasia bulu putih sang gagak. Kemudian, sang gagak memberi suatu ramuan turun-temurunnya kepada si bangau. Dengan cepat si bangau mengambil ramuan tersebut. Dan sebelum si bangau menggunakan ramuan tersebut, sang gagak berpesan agar tidak mencampurkan ramuan itu ke dalam air. Si bangau seperti tidak menghiraukan omongan sang gagak dan langsung pergi secepat kilat.
Setelah tiba di rumah, si bangau langsung mencampurkan salah satu ramuan tersebut ke dalam air. Lalu air tersebut digunakan untuk mandi. Dan hasilnya sangat mengejutkan. Bulu gelap bangau tergantikan oleh bulu yang putih bersih.
Si bangau kemudian ke luar rumah untuk memerkan bulunya yang sangat putih itu. Hingga ia bertemu dengan seekor monyet. Sang bangau dengan sombongnya memamerkan bulunya yang putih itu kepada monyet. Tetapi, monyet berkata bahwa bulu putih yang dimiliki sang gagak lebih cantik daripada bulu yang dimiliki si bangau. Si bangau marah dan langsung kembali ke rumah.
Keesokan harinya, sang gagak pergi ke rumah si bangau untuk menemuinya. Dan sesampai di rumah si bangau, sang gagak terkejut dan terlihat senang karena bulu gelap yang menempat di tubuh sahabatnya kini tergantikan oleh yang putih.
Dan si bangau pergi menemui sang gagak dengan membawa sepanci berisi semua ramuan yang dicampurkan menjadi satu. Panci tersebut lalu disiramkan ke tubuh sang gagak. Dan seketika bulu putih yang dulunya berwarna putih, kini menjadi gelap. Sang gagak sangat marah akibat perlakuan sahabatnya tersebut. Tak hanya marah, sang gagak juga menangis karena bulunya menjadi hitam.
Kancil yang melihat kejadian tersebut lalu berkata bahwa warna apapun bulu yang dimiliki sang gagak teteap akan terlihat cantik bila memiliki hati yang baik.
Akhirnya sang gagak berhenti menangis dan ceria kembali.
Pada suatu hari, Kancil merasa sangat lapar. Dia berjalan kesana-kemari, tetapi tidak mendapatkan makanan. Ketika hari sudah sore, Kancil melihat Kera sedang asyik makan pisang di atas pohon. Nikmat betul kelihatannya.
Kancil ingin sekali menikmati pisang itu. Akan tetapi, bagaimana caranya mengambil pisang itu? Memanjat pohon, ia tidak bisa. “Meminta pada Kera, pasti ia tidak memberi. Kera itu kan pelit.” Kancil mencari akal. Kancil pun menemukan akal.
Ia melempari Kera dengan batu-batu kecil. Mula-mula Kera tidak peduli. Kancil tidak berputus asa. Kancil terus melempari Kera. Ia berusaha agar Kera marah. Lama-kelamaan Kera menjadi kesal dan marah. Ia balik melempari Kancil. Mula-mula Kera melempar dengan kulit pisang. Setelah kulit pisang habis, Kera melempari Kancil dengan buah pisang.
Kancil pura-pura kesakitan. Kera semakin bersemangat melempar hingga semua pisang dilempari ke arah Kancil. Kera merasa puas kemudian meninggalkan pohon itu.
Akal Kancil berhasil. Setelah Kera pergi, Kancil mulai mengumpulkan pisang yang berserakan. Dimakannya pisang-pisang itu dengan santai.
“Hmmm… enak sekali”
Pada zaman dahulu, hiduplah seekor gagak dan bangau di sebuah hutan. Gagak memiliki bulu putih cantik dan memiliki watak yang baik, tidak sombong, dan setia kawan. Dan temannya bangau memiliki bulu yang gelap dan wataknya bertolak belakang dengan gagak.
Suatu hari mereka bertemu sekelompok binatang yang sedang bermain di hutan. Salah satu dari binatang itu ada yang bermain bola, lompat tali, dan lain-lain. Pada saat gajah terlempar bola, ternyata bolai yang ia lempar terlalu jauh sehingga tidak terlihat itu. Hingga akhirnya datanglah seekor burung gagak dari langit dengan membawa bola. Tak hanya itu, gagak datang dengan seorang temannya yaitu si bangau
Saat sang gagak dan si bangau datang menemui pemilik bola ysng tak lain adalah gajah, teman-teman gajah berterima kasih kepada gagak dan bangau. Tak hanya itu, gagak dipuji oleh gajah dan kawan-kawannya. Walaupun gagak dipuji, tetapi ia tetap merendah.
Di sisi lain, si bangau merasa tidak suka dan iri kepada sang gagak. Lalu, si bangau menyusun rencana agar ia juga memiliki bulu putih seperti gagak dan ia juga ingin dipuji karena kecantikannya akan mengalahkan gagak.
Hingga suatu hari, si bangau menemui gagak dan bertanya rahasia bulu putih sang gagak. Kemudian, sang gagak memberi suatu ramuan turun-temurunnya kepada si bangau. Dengan cepat si bangau mengambil ramuan tersebut. Dan sebelum si bangau menggunakan ramuan tersebut, sang gagak berpesan agar tidak mencampurkan ramuan itu ke dalam air. Si bangau seperti tidak menghiraukan omongan sang gagak dan langsung pergi secepat kilat.
Setelah tiba di rumah, si bangau langsung mencampurkan salah satu ramuan tersebut ke dalam air. Lalu air tersebut digunakan untuk mandi. Dan hasilnya sangat mengejutkan. Bulu gelap bangau tergantikan oleh bulu yang putih bersih.
Si bangau kemudian ke luar rumah untuk memerkan bulunya yang sangat putih itu. Hingga ia bertemu dengan seekor monyet. Sang bangau dengan sombongnya memamerkan bulunya yang putih itu kepada monyet. Tetapi, monyet berkata bahwa bulu putih yang dimiliki sang gagak lebih cantik daripada bulu yang dimiliki si bangau. Si bangau marah dan langsung kembali ke rumah.
Keesokan harinya, sang gagak pergi ke rumah si bangau untuk menemuinya. Dan sesampai di rumah si bangau, sang gagak terkejut dan terlihat senang karena bulu gelap yang menempat di tubuh sahabatnya kini tergantikan oleh yang putih.
Dan si bangau pergi menemui sang gagak dengan membawa sepanci berisi semua ramuan yang dicampurkan menjadi satu. Panci tersebut lalu disiramkan ke tubuh sang gagak. Dan seketika bulu putih yang dulunya berwarna putih, kini menjadi gelap. Sang gagak sangat marah akibat perlakuan sahabatnya tersebut. Tak hanya marah, sang gagak juga menangis karena bulunya menjadi hitam.
Kancil yang melihat kejadian tersebut lalu berkata bahwa warna apapun bulu yang dimiliki sang gagak teteap akan terlihat cantik bila memiliki hati yang baik.
Akhirnya sang gagak berhenti menangis dan ceria kembali.