Kesultanan Palembang adalah kerajaan bercorak maritim yang berkuasa di wilayah Sumatera Selatan dengan pusat pemerintahan di kota Palembang pada awal abad ke-19. Raja pertama adalah Ki Gedeng Suro, seorang Jawa yang mengungsi ke Palembang akibat kemelut tahta di Demak. Kota Palembang sebagai pusat pemerintahan kesultanan, terletak agak ke pedalaman dari bibir pantai. Namun adanya aliran sungai Musi yang membelah kota itu menjadi bagian hulu dan hilir menyebabkan berkembangnya kebudayaan maritim sungai. Bahkan kapal-kapal besar pun bisa memasuki aliran sungai Musi dan berlayar lebih jauh ke daerah pedalaman. Tidak heran kota ini kemudian dijuluki sebagai "Venice from the East" oleh orang-orang Eropa. Bangsa asing pertama yang terlibat konflik dengan kesultanan adalah Inggris, yang memegang mandat sementara atas koloni Belanda di Nusantara sampai perang melawan Napoleon di Eropa selesai. Sebuah peristiwa pembunuhan orang-orang Eropa di Palembang yang dikenal dengan "Palembang Massacre" membuat Raffles geram kepada pemimpin kesultanan saat itu, Sultan Mahmud Badaruddin II (1803-1821). Raffles kemudian memerintahkan Mayor Jendral Robert Gillispie untuk menggempur Palembang, namun mendapat perlawanan sengit dari Sultan Mahmud Badaruddin II. Setelah takluk di tangan Inggris, wilayah kesultanan terbagi menjadi dua, wilayah pedalaman menjadi kekuasaan Badaruddin II sedangkan ibukota dikuasai oleh Sultan Ahmad Najmuddin II, sepupu Badaruddin II yang berkhianat.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Jum'at, 14 Agustus 2015 - 05:00 WIB oleh Nanang Sobirin dengan judul "Perang Palembang, Pertempuran Sengit Pasukan Badaruddin II Melawan Belanda". Untuk selengkapnya kunjungi:/perang-palembang-pertempuran-sengit-pasukan-badaruddin-ii-melawan-belandaKeadaan mulai berubah ketika Konvensi London 1814 diresmikan. Inti dari konvensi ini menyatakan Inggris harus menyerahkan kembali koloni VOC yang dikuasainya kepada Kerajaan Belanda. Pemerintah Kolonial Hindia Belanda berkuasa di Nusantara, tetapi pemerintahan yang masih muda itu juga mewariskan kekacauan yang terjadi di Sumatra akibat ulah Raffles yang membagi Kesultanan Palembang. Karena itulah pada tahun 1818, kedua kesultanan dipersatukan kembali dengan Badaruddin II sebagai sultannya.
Jawaban:
Kesultanan Palembang adalah kerajaan bercorak maritim yang berkuasa di wilayah Sumatera Selatan dengan pusat pemerintahan di kota Palembang pada awal abad ke-19. Raja pertama adalah Ki Gedeng Suro, seorang Jawa yang mengungsi ke Palembang akibat kemelut tahta di Demak. Kota Palembang sebagai pusat pemerintahan kesultanan, terletak agak ke pedalaman dari bibir pantai. Namun adanya aliran sungai Musi yang membelah kota itu menjadi bagian hulu dan hilir menyebabkan berkembangnya kebudayaan maritim sungai. Bahkan kapal-kapal besar pun bisa memasuki aliran sungai Musi dan berlayar lebih jauh ke daerah pedalaman. Tidak heran kota ini kemudian dijuluki sebagai "Venice from the East" oleh orang-orang Eropa. Bangsa asing pertama yang terlibat konflik dengan kesultanan adalah Inggris, yang memegang mandat sementara atas koloni Belanda di Nusantara sampai perang melawan Napoleon di Eropa selesai. Sebuah peristiwa pembunuhan orang-orang Eropa di Palembang yang dikenal dengan "Palembang Massacre" membuat Raffles geram kepada pemimpin kesultanan saat itu, Sultan Mahmud Badaruddin II (1803-1821). Raffles kemudian memerintahkan Mayor Jendral Robert Gillispie untuk menggempur Palembang, namun mendapat perlawanan sengit dari Sultan Mahmud Badaruddin II. Setelah takluk di tangan Inggris, wilayah kesultanan terbagi menjadi dua, wilayah pedalaman menjadi kekuasaan Badaruddin II sedangkan ibukota dikuasai oleh Sultan Ahmad Najmuddin II, sepupu Badaruddin II yang berkhianat.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Jum'at, 14 Agustus 2015 - 05:00 WIB oleh Nanang Sobirin dengan judul "Perang Palembang, Pertempuran Sengit Pasukan Badaruddin II Melawan Belanda". Untuk selengkapnya kunjungi:/perang-palembang-pertempuran-sengit-pasukan-badaruddin-ii-melawan-belandaKeadaan mulai berubah ketika Konvensi London 1814 diresmikan. Inti dari konvensi ini menyatakan Inggris harus menyerahkan kembali koloni VOC yang dikuasainya kepada Kerajaan Belanda. Pemerintah Kolonial Hindia Belanda berkuasa di Nusantara, tetapi pemerintahan yang masih muda itu juga mewariskan kekacauan yang terjadi di Sumatra akibat ulah Raffles yang membagi Kesultanan Palembang. Karena itulah pada tahun 1818, kedua kesultanan dipersatukan kembali dengan Badaruddin II sebagai sultannya.
Penjelasan:
maaf aku hanya tahu segitu