lamtotasiahaan
Pada zaman dahulu, di Teluk Lampung ada sebuah pantai yang indah dan subur. Pemandangan alam laut yang indah, warna airnya biru disertai Ikan-ikan pesisir banyak terlihat berkejar-kejaran di sekitar bibir pantai. Di daerah sekitar sana tumbuh tanaman paku secara alami. Sehingga pantai dinamakan Pantai Paku.
Di dekat pantai Paku terdapat sebuah desa bernama Kelumbayun. Beberapa waktu kemudian datanglah seorang ulama yang berencana menetap di Pantai Paku Ulama Ali namanya. Ia adalah ulama yang pandai, alim, dan suka menolong sesama. Maksud Kedatangannya adalah untuk menyebarkan agama Islam. Setiap hari ia mengajari anak-anak maupun orang dewasa mengaji. Ia juga pandai dalam bidang pertanian dan perikanan.
Pada suatu malam, Ratu Ali bermimpi akan terjadi malapetaka di desa Kelumbayun. Maka dari itu dia pergi ke pantai paku dan mencari dearah yang tenang di sekitar sana untuk melakukan pertapaan. Akhirnya Ia menemukan sebuah gua sepi dengan ribuan kelelawar di dalamnya, dia sanalah Ratu Ali melakukan pertapaan.
Pada hari pertama, kedua, ketiga hingga hari kesepuluh, Ratu Ali masih tampak tenang dan khusyuk dalam pertapaannya. Ulama itu merasakan kekuatan di dalam tubuhnya berangnsur-angsur bertambah. Namun, begitu memasuki hari ketiga puluh delapan . Datanglah Raja Setan ke Pulau Teluk Paku dengan sebuah kapal besar. Dia mengganggu pertapaan Ratu Ali. Tetapi karena kekuatan Ratu Ali sudah semakin hebat, maka Dengan kesaktiannya, Ia mengubah kapal Raja Setan menjadi batu. Maka Raja setanpun pergi.
Hari - hari pertapaannya terus berlanjut hingga, Ratu Ali semakin hampir mencapai kesempurnaan kekuatannya. Namun, godaan semakin berat datang kepadanya. Gelombang laut dan Angin bergemuruh kencang berhembus, yang makin lama makin dasyat. Ratu Ali tetap berusaha berkonsentrasi dalam pertapaannya. Ia tidak perduli lagi dengan keadaan yang terjadi di sekelilingnya.
Tak lama setelah itu, para penduduk menjadi ribut karena sebuah benda yang diterbangkan angin di atas Pulau Teluk Paku. Benda itu berputar-putar di udara dan kemudian jatuh. Tetapi ketika di lihat dari dekat ternyata, benda itu adalah Ratu Ali yang telah memperoleh ilmu tinggi. Ratu Ali diterbangkan angin yang bergemuruh tadi.
Kini, Ratu Ali adalah seorang ulama yang berilmu tinggi dan berwibawa. Meski demikian, ia tidak pernah merasa sombong dan angkuh. Dan ia mengabdikan dirinya di desa Kelumbayun. Pada saat, ada dalam bahaya Ratu Ali selalu menolong mereka. Menurut cerita rakyat di daerah sekitar sana, desa Kelumbayun pernah di datangi dua ekor naga. Kedua binatang raksasa itu hendak mengganggu para penduduk yang sedang mencari ikan di pantai. Seorang penduduk segera melaporkan kejadian itu kepada Ratu Ali. Mendapat laporan tersebut, ulama yang sakti itu segera menuju ke pantai. Dengan ucapannya yang sakti, ia pun mengubah kedua naga itu menjadi batu.
Hingga akhir hidupnya, Ratu Ali senantiasa menjadi pelindung bagi masyarakat. Hingga kini, ia tetap dikenang oleh masyarakat setempat sebagai seorang ulama yang suka menolong sesama.
* * * Legenda Ratu Ali ***
Hikmah janganlah menjadi sombong jika kita memiliki ilmu yang tinggi. amalkan ilmu tersebut untuk melindungi masyarakat dan menolong sesama, sebagaimana yang dilakukan oleh Ratu Ali.
Di dekat pantai Paku terdapat sebuah desa bernama Kelumbayun. Beberapa waktu kemudian datanglah seorang ulama yang berencana menetap di Pantai Paku Ulama Ali namanya. Ia adalah ulama yang pandai, alim, dan suka menolong sesama. Maksud Kedatangannya adalah untuk menyebarkan agama Islam. Setiap hari ia mengajari anak-anak maupun orang dewasa mengaji. Ia juga pandai dalam bidang pertanian dan perikanan.
Pada suatu malam, Ratu Ali bermimpi akan terjadi malapetaka di desa Kelumbayun. Maka dari itu dia pergi ke pantai paku dan mencari dearah yang tenang di sekitar sana untuk melakukan pertapaan. Akhirnya Ia menemukan sebuah gua sepi dengan ribuan kelelawar di dalamnya, dia sanalah Ratu Ali melakukan pertapaan.
Pada hari pertama, kedua, ketiga hingga hari kesepuluh, Ratu Ali masih tampak tenang dan khusyuk dalam pertapaannya. Ulama itu merasakan kekuatan di dalam tubuhnya berangnsur-angsur bertambah. Namun, begitu memasuki hari ketiga puluh delapan . Datanglah Raja Setan ke Pulau Teluk Paku dengan sebuah kapal besar. Dia mengganggu pertapaan Ratu Ali. Tetapi karena kekuatan Ratu Ali sudah semakin hebat, maka Dengan kesaktiannya, Ia mengubah kapal Raja Setan menjadi batu. Maka Raja setanpun pergi.
Hari - hari pertapaannya terus berlanjut hingga, Ratu Ali semakin hampir mencapai kesempurnaan kekuatannya. Namun, godaan semakin berat datang kepadanya. Gelombang laut dan Angin bergemuruh kencang berhembus, yang makin lama makin dasyat. Ratu Ali tetap berusaha berkonsentrasi dalam pertapaannya. Ia tidak perduli lagi dengan keadaan yang terjadi di sekelilingnya.
Tak lama setelah itu, para penduduk menjadi ribut karena sebuah benda yang diterbangkan angin di atas Pulau Teluk Paku. Benda itu berputar-putar di udara dan kemudian jatuh. Tetapi ketika di lihat dari dekat ternyata, benda itu adalah Ratu Ali yang telah memperoleh ilmu tinggi. Ratu Ali diterbangkan angin yang bergemuruh tadi.
Kini, Ratu Ali adalah seorang ulama yang berilmu tinggi dan berwibawa. Meski demikian, ia tidak pernah merasa sombong dan angkuh. Dan ia mengabdikan dirinya di desa Kelumbayun. Pada saat, ada dalam bahaya Ratu Ali selalu menolong mereka. Menurut cerita rakyat di daerah sekitar sana, desa Kelumbayun pernah di datangi dua ekor naga. Kedua binatang raksasa itu hendak mengganggu para penduduk yang sedang mencari ikan di pantai. Seorang penduduk segera melaporkan kejadian itu kepada Ratu Ali. Mendapat laporan tersebut, ulama yang sakti itu segera menuju ke pantai. Dengan ucapannya yang sakti, ia pun mengubah kedua naga itu menjadi batu.
Hingga akhir hidupnya, Ratu Ali senantiasa menjadi pelindung bagi masyarakat. Hingga kini, ia tetap dikenang oleh masyarakat setempat sebagai seorang ulama yang suka menolong sesama.
* * * Legenda Ratu Ali ***
Hikmah janganlah menjadi sombong jika kita memiliki ilmu yang tinggi. amalkan ilmu tersebut untuk melindungi masyarakat dan menolong sesama, sebagaimana yang dilakukan oleh Ratu Ali.