Perempuan kebangsaan Skotlandia ini dikenal juga dengan nama K’tut Tantri. Ia adalalah penyiar Radio Barisan Pemberontakan Indonesia yang statsiunnya bertitik di Surabaya. Stasiun radio ini dipimpin oleh Bung Tomo.
2. Dmitry Manuilsky
Sejak 4 Desember 1945, Sutan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia, selalu menyatakan bahwa campur tangan PBB adalah jalan terbaik untuk memecahkan soal Indonesia dan Belanda. Maka dari itu, Sjahrir selalu mengirim surat ke PBB agar masalah Indonesia dibicarakan oleh Dewan Keamanan PBB.
3. Warner dan Losche
Kedua tokoh asing ini adalah prajurit Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) dari Kapal Selam U- 219. Mereka memutuskan bergabung dengan gerilyawan Indonesia saat Perang Dunia II berakhir.
Keduanya menjadi pelatih militer pada sebuah kesatuan tentara Indonesia di Pulau Jawa, tepatnya di perkebunan kopi Ambarawa. Losche meninggal ketika melatih gerilyawan Indonesia saat merakit sejenis pelontar api.
4. Bob Earl Freeberg
Dalam otobiografinya berjudul Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Soekarno menirukan perkataan Bob Earl Freeberg padanya, “Namaku Bob Freeberg. Aku orang Amerika. Aku seorang pilot dan menaruh simpati pada perjuangan Anda. Bantuan apa yang dapat kuberikan?”
5. Joseph Benedict Chifley
Chifley adalah Perdana Menteri Australia periode 1945 – 1949, yang berasal dari Partai Buruh. Berbeda dengan Tony Abbot, yang selalu memnunjukan sikap bermusuhan dengan Indonesia, Chifley cenderung mendukung Kemerdekaan Indonesia pada masa revolusi. Dukungannya ditunjukan dengan membiarkan aksi boikut yang dilakukan para buruh pelabuhan Australia yang membawa persenjataan Belanda ke Indonesia.
Tadashi Maeda
Namanya sering disebut dalam buku sejarah Indonesia. Ia adalah satu-satunya tokoh Jepang yang berani mengambil resiko mendukung kemerdekaan Indonesia meski penguasa di Jawa mematuhi peraturan Sekutu menjaga status quo. Ia adalah tokoh asing yang tiap tahunnya turut gembira menyambut peringatan Kemerdekaan Indonesia.
7. Ichiko Tatsuo (Abdul Rachman)
Nama Abdul Rachman diberikan oleh Haji Agus Salim ketika Tatsuo menjadi penasihat Divisi Pendidikan PETA, sebagai bentuk penghargaan kepadanya. Tatsuo memimpin Pasukan Gerilya Istimewa di Semeru, Jawa Timur.
8. Tomegoro Yoshizumi
Selain Ichiko Tatsuo, Soekarno juga menaruh hormat yang tinggi pada perwira intel Jepang, Tomegoro Yoshizumi. Bagaimana tidak? Di saat Jepang mengirimkan tentara untuk menduduki Indonesia, Yoshizumi malah membantu kemerdekaan Indonesia dan mempersembahkan hidupnya untuk Indonesia.
9. Shigeru Ono
Jika dua tokoh Jepang berkontribusi dalam lingkup militer, Shigeru Ono bergerak dengan menerjemahkan buku rangkuman taktik perang dan trik perang gerilya untuk tentara Indonesia. Ono juga ikut bergerilya dengan menyerang markas KNIL di Mojokerto pada Juni 1947.
10. Yan Chill Sung
Ketika Jepang menjajah Korea, ia juga mengkooptasi tentara Korea untuk dikirim ke Indonesia sebagai ilbon gunnin (tentara regular) dalam Perang Asia Timur Raya. Namun, Yan Chill Sung, sebagai atasan para tentara tambahan, memilih bergabung dengan gerakan pembebasan Indonesia dan memilih mati di ujung bedil serdadu Belanda.
Jawaban
1. Muriel Stuart Walker (K’tut Tantri)
Perempuan kebangsaan Skotlandia ini dikenal juga dengan nama K’tut Tantri. Ia adalalah penyiar Radio Barisan Pemberontakan Indonesia yang statsiunnya bertitik di Surabaya. Stasiun radio ini dipimpin oleh Bung Tomo.
2. Dmitry Manuilsky
Sejak 4 Desember 1945, Sutan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia, selalu menyatakan bahwa campur tangan PBB adalah jalan terbaik untuk memecahkan soal Indonesia dan Belanda. Maka dari itu, Sjahrir selalu mengirim surat ke PBB agar masalah Indonesia dibicarakan oleh Dewan Keamanan PBB.
3. Warner dan Losche
Kedua tokoh asing ini adalah prajurit Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) dari Kapal Selam U- 219. Mereka memutuskan bergabung dengan gerilyawan Indonesia saat Perang Dunia II berakhir.
Keduanya menjadi pelatih militer pada sebuah kesatuan tentara Indonesia di Pulau Jawa, tepatnya di perkebunan kopi Ambarawa. Losche meninggal ketika melatih gerilyawan Indonesia saat merakit sejenis pelontar api.
4. Bob Earl Freeberg
Dalam otobiografinya berjudul Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Soekarno menirukan perkataan Bob Earl Freeberg padanya, “Namaku Bob Freeberg. Aku orang Amerika. Aku seorang pilot dan menaruh simpati pada perjuangan Anda. Bantuan apa yang dapat kuberikan?”
5. Joseph Benedict Chifley
Chifley adalah Perdana Menteri Australia periode 1945 – 1949, yang berasal dari Partai Buruh. Berbeda dengan Tony Abbot, yang selalu memnunjukan sikap bermusuhan dengan Indonesia, Chifley cenderung mendukung Kemerdekaan Indonesia pada masa revolusi. Dukungannya ditunjukan dengan membiarkan aksi boikut yang dilakukan para buruh pelabuhan Australia yang membawa persenjataan Belanda ke Indonesia.
Tadashi Maeda
Namanya sering disebut dalam buku sejarah Indonesia. Ia adalah satu-satunya tokoh Jepang yang berani mengambil resiko mendukung kemerdekaan Indonesia meski penguasa di Jawa mematuhi peraturan Sekutu menjaga status quo. Ia adalah tokoh asing yang tiap tahunnya turut gembira menyambut peringatan Kemerdekaan Indonesia.
7. Ichiko Tatsuo (Abdul Rachman)
Nama Abdul Rachman diberikan oleh Haji Agus Salim ketika Tatsuo menjadi penasihat Divisi Pendidikan PETA, sebagai bentuk penghargaan kepadanya. Tatsuo memimpin Pasukan Gerilya Istimewa di Semeru, Jawa Timur.
8. Tomegoro Yoshizumi
Selain Ichiko Tatsuo, Soekarno juga menaruh hormat yang tinggi pada perwira intel Jepang, Tomegoro Yoshizumi. Bagaimana tidak? Di saat Jepang mengirimkan tentara untuk menduduki Indonesia, Yoshizumi malah membantu kemerdekaan Indonesia dan mempersembahkan hidupnya untuk Indonesia.
9. Shigeru Ono
Jika dua tokoh Jepang berkontribusi dalam lingkup militer, Shigeru Ono bergerak dengan menerjemahkan buku rangkuman taktik perang dan trik perang gerilya untuk tentara Indonesia. Ono juga ikut bergerilya dengan menyerang markas KNIL di Mojokerto pada Juni 1947.
10. Yan Chill Sung
Ketika Jepang menjajah Korea, ia juga mengkooptasi tentara Korea untuk dikirim ke Indonesia sebagai ilbon gunnin (tentara regular) dalam Perang Asia Timur Raya. Namun, Yan Chill Sung, sebagai atasan para tentara tambahan, memilih bergabung dengan gerakan pembebasan Indonesia dan memilih mati di ujung bedil serdadu Belanda.