Budaya buruk masyarakat Arab jahiliyah adalah akrab dengan mabuk dan perjudian. Dua kebiasaan buruk yang melahirkan keburukan lainnya. Allah ﷻ berfirman,
“Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 90).
Masyarakat Arab jahiliyah terbiasa meminum khamr. Bagi mereka, minuman memabukkan itu layaknya air putih sebagai penghilang dahaga bagi kita. Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, ia berkata,
“Aku mendengar ayahku di masa jahiliyah mengatakan, ‘Berilah kami minum dengan gelas-gelas penuh berisi minuman (khamr)’.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab Fadha-il ash-Shahabah, Bab Ayyamul Jahiliyah, No: 3627).
Yakni, Paman Nabi ﷺ, al-Abbas bin Abdul Muthalib, di masa jahiliyah meminta khamr sebagai minuman biasa.
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, ia berkata,
“Umar pernah berkhotbah di atas mimbar Rasulullah ﷺ. Ia memanjatkan puja-puji kepada Allah. Kemudian berkata, ‘Amma ba’du.. Ketauhilah sesungguhnya ayat yang mengharamkan khamr (minuman keras) telah diturunkan. Pada hari ayat itu turun, khamr terbuat dari lima hal: terbuat dari gandum halus, gandum kasar, kurma, anggur kering, dan madu’.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tafsir Suratul Maidah, No: 4343 dan Muslim dalam Kitab at-Tafsir, Bab fi Nuzuli Tahrimil Khamr, No: 3032).
Minuman kerasnya penduduk Madinah terbuat dari perasan kurma. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu mengatakan,
“Aku pernah menuangkan khamr pada sekelompok orang di rumah Abu Thalhah. Hari itu adalah hari khamr diharamkan. Mereka (penduduk Madinah) hanya minum fadhih (minuman keras yang terbuat dari perasan kurma), kurma muda dan kurma masak.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab al-Asyribah, Bab Nazala Tahrimi al-Khamr wa Hiya min al-Busri wa at-Tamri, No: 5261 dan Muslim dalam Kitab al-Asyribah, Bab Tahrimi al-Khamr wa Bayan Annaha Takunu min ‘Ashir al-‘Inab wa min at-Tamr wa al-Busr, No: 1980. Lafadz ini adalah lafadz riwayat Muslim).
Sedangkan khamrnya penduduk Yaman adalah al-Bit’u. Khamr yang terbuat dari madu. Abu Musa al-Asy’ari mengatakan,
Budaya buruk masyarakat Arab jahiliyah adalah akrab dengan mabuk dan perjudian. Dua kebiasaan buruk yang melahirkan keburukan lainnya. Allah ﷻ berfirman,
إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأَنْصابُ وَالأَزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 90).
Masyarakat Arab jahiliyah terbiasa meminum khamr. Bagi mereka, minuman memabukkan itu layaknya air putih sebagai penghilang dahaga bagi kita. Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, ia berkata,
سَمِعْتُ أَبِي يَقُولُ فِي الجَاهِلِيَّةِ: “اسْقِنَا كَأْسًا دِهَاقً
“Aku mendengar ayahku di masa jahiliyah mengatakan, ‘Berilah kami minum dengan gelas-gelas penuh berisi minuman (khamr)’.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab Fadha-il ash-Shahabah, Bab Ayyamul Jahiliyah, No: 3627).
Yakni, Paman Nabi ﷺ, al-Abbas bin Abdul Muthalib, di masa jahiliyah meminta khamr sebagai minuman biasa.
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, ia berkata,
خَطَبَ عُمَرُ عَلَى مِنْبَرِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: “أَمَّا بَعْدُ، أَلَا وَإِنَّ الْخَمْرَ نَزَلَ تَحْرِيمُهَا يَوْمَ نَزَلَ وَهِيَ مِنْ خَمْسَةِ أَشْيَاءَ مِنَ الْحِنْطَةِ، وَالشَّعِيرِ، وَالتَّمْرِ، وَالزَّبِيبِ، وَالْعَسَلِ
“Umar pernah berkhotbah di atas mimbar Rasulullah ﷺ. Ia memanjatkan puja-puji kepada Allah. Kemudian berkata, ‘Amma ba’du.. Ketauhilah sesungguhnya ayat yang mengharamkan khamr (minuman keras) telah diturunkan. Pada hari ayat itu turun, khamr terbuat dari lima hal: terbuat dari gandum halus, gandum kasar, kurma, anggur kering, dan madu’.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tafsir Suratul Maidah, No: 4343 dan Muslim dalam Kitab at-Tafsir, Bab fi Nuzuli Tahrimil Khamr, No: 3032).
Minuman kerasnya penduduk Madinah terbuat dari perasan kurma. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu mengatakan,
كُنْتُ سَاقِيَ الْقَوْمِ يَوْمَ حُرِّمَتِ الْخَمْرُ فِي بَيْتِ أَبِي طَلْحَةَ، وَمَا شَرَابُهُمْ إِلَّا الْفَضِيخُ: الْبُسْرُ وَالتَّمْر
“Aku pernah menuangkan khamr pada sekelompok orang di rumah Abu Thalhah. Hari itu adalah hari khamr diharamkan. Mereka (penduduk Madinah) hanya minum fadhih (minuman keras yang terbuat dari perasan kurma), kurma muda dan kurma masak.” (HR. al-Bukhari dalam Kitab al-Asyribah, Bab Nazala Tahrimi al-Khamr wa Hiya min al-Busri wa at-Tamri, No: 5261 dan Muslim dalam Kitab al-Asyribah, Bab Tahrimi al-Khamr wa Bayan Annaha Takunu min ‘Ashir al-‘Inab wa min at-Tamr wa al-Busr, No: 1980. Lafadz ini adalah lafadz riwayat Muslim).
Sedangkan khamrnya penduduk Yaman adalah al-Bit’u. Khamr yang terbuat dari madu. Abu Musa al-Asy’ari mengatakan,
بَعَثَنِي رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَمُعَاذًا إِلَى الْيَمَن، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَفْتِنَا فِي شَرَابَيْنِ كُنَّا نَصْنَعُهُمَا بِالْيَمَنِ الْبِتْعُ؛ وَهُوَ مِنَ الْعَسَلِ، يُنْبَذُ حَتَّى يَشْتَدَّ، وَالْمِزْرُ وَهُوَ مِنَ الذُّرَةِ وَالشَّعِيرِ، يُنْبَذُ حَتَّى يَشْتَدَّ. فَقَالَ: “أَنْهَى عَنْ كُلِّ مُسْكِرٍ أَسْكَرَ