Dahulu di Dusun Lisawa , Halmaheru Utara. Terdapat sepasang kekasih ,sebut saja Majojaru dan Magohiduru. Ketika itu Magohiduru hendak merantau. Sebelumnya mereka berjanji untuk tetap setia sehidup semati. Enam bulan telah berlalu Majomaru tetap setia menunggu Magohiduru. Namun, badai dan angin topan yang dahsyat tersebut menenggelamkan kapal Magohiduru . Magohiduru pun tewas. kabar tersebut terdengar oleh Majojaru di Dusun Lisawa. Majojaru teringat pada janjinya untuk sehidup semati .
Dengan hati yang sangat sedih . Ia berjalan untuk menenangkan hatinya , lalu , ia duduk di bawah pohon beringin sambil menangis . Air matanya mengalir deras hingga menenggelamkan semua yang ada di bawah pohon beringin itu termasuk dirinya sendiri.
Genangan air mata telah membentuk Telaga Kecil . Airnya sebening air mata dan warnanya sebiru pupil mata . sehingga telaga itu diberi nama Telaga Biru. Hingga saat ini penduduk akan selamanya menjaga dan memelihara Telaga Biru itu .
Dahulu di Dusun Lisawa , Halmaheru Utara. Terdapat sepasang kekasih ,sebut saja Majojaru dan Magohiduru. Ketika itu Magohiduru hendak merantau. Sebelumnya mereka berjanji untuk tetap setia sehidup semati. Enam bulan telah berlalu Majomaru tetap setia menunggu Magohiduru. Namun, badai dan angin topan yang dahsyat tersebut menenggelamkan kapal Magohiduru . Magohiduru pun tewas. kabar tersebut terdengar oleh Majojaru di Dusun Lisawa. Majojaru teringat pada janjinya untuk sehidup semati .
Dengan hati yang sangat sedih . Ia berjalan untuk menenangkan hatinya , lalu , ia duduk di bawah pohon beringin sambil menangis . Air matanya mengalir deras hingga menenggelamkan semua yang ada di bawah pohon beringin itu termasuk dirinya sendiri.
Genangan air mata telah membentuk Telaga Kecil . Airnya sebening air mata dan warnanya sebiru pupil mata . sehingga telaga itu diberi nama Telaga Biru. Hingga saat ini penduduk akan selamanya menjaga dan memelihara Telaga Biru itu .