Ringkasan tentang kerajaan islam di Jambi dengan sangat singkat
Awal abad ke-8 raja Melayu Jambi (Sri Maharaja Srindrawarman) menganut agama Islam.
Setelah Samudra Pasai (1285-1522) menguasai Jambi maka Agama Islam mulai masuk ke Jambi. Ciri dari kebudayaan Melayu Jambi adalah pengaruh-pengaruh dari agama Islam.
Pembahasan:
Kesultanan Jambi adalah kerajaan Islam yang berkedudukan di provinsi Jambi sekarang. Kerajaan ini berbatasan dengan Kerajaan Indragiri dan kerajaan-kerajaan Minangkabau seperti Siguntur dan Lima Kota di utara. Di selatan kerajaan ini berbatasan dengan Kesultanan Palembang (kemudian Keresidenan Palembang). Jambi juga mengendalikan lembah Kerinci, Ibukota Kesultanan Jambi terletak di kota Jambi, yang terletak di pinggir sungai Batang Hari.
Berdasarkan temuan-temuan arkeologis tersebut dapat dibuat tafsiran bahwa kehadiran Islam di wilayah Jambi terjadi sejak abad ke-10 hingga ke-13 walau islamisasi yang terjadi masih bersifat secara perseorangan.
Sedangkan islamisasi besar-besaran di Jambi terjadi sejak awal abad ke-16, yang ditandai dengan pemerintahan Orang Kayo Hitam, anak Paduka Berhala.
Menurut Undang-undang Jambi, tokoh Datuk Paduka Berhala adalah seorang Turki yang terdampar di Pulau Berhala (kemudian disebut pula sebagai Ahmad Salim) dan menikah dengan Putri Salaro Pinang Masak, seorang putri pribumi Muslim, keturunan raja-raja Pagaruyung.
Pernikahan mereka melahirkan Orang Kayo Hitam, Sultan Jambi yang terkenal.
Penyebaran Islam sudah ada sejak abad ke-15, tepatnya tahun 1460 bila kita merujuk saat Datuk Paduka Berhala terdampar dan menikah dengan Putri Pinang Masak.
Datuk Paduka Berhala menikaki Putri Pinang Masak dan memiliki keturunan yaitu Orang Kayo Pingai, Orang Kayo Pedataran/Kedataran, Orang Kayo Gemuk (seorang putri), dan Orang Kayo Hitam.
Raja Jambi yang terkenal adalah Orang Kayo Hitam. Raja ini dikatakan melakukan hubungan dengan Majapahit. Orang Kayo Hitam diceritakan pergi ke Majapahit untuk mengambil keris bertuah yang kelak akan dijadikan sebagai keris pusaka Kesultanan Jambi.
Setelah Datuk Paduka Berhala wafat maka beliau diganti oleh Orang Kayo Pingai dan kemudian Orang Kayo Pedataran.
Orang Kayo Hitam kemudian diganti oleh Panembahan Hang di Aer yang setelah wafat dimakamkan di Rantau Kapas, sehingga terkenal dengan Panembahan Rantau Kapas.
Orang Parsi (Iran), Turki dan bangsa Arab datang untuk berdagang ke pantai timur Jambi (Bandar Muara sabak) sekitar abad 1 H (abad 7 M).
Berita I-Tsing menyebutkan I-Tsing datang ke Melayu dengan menggunakan kapal Persia (Iran). Saat itu Islam hanya berkembang di kalangan pedagang di sekitar kota pelabuhan dan bandar-bandar.
Dalam sejarah Jambi disebutkan bahwa Datuk Paduko Berhalo menikah dengan Tuan Puteri Selaro Pinang Masak yang merupakan seorang raja putri yang berkuasa di Ujung Jabung dan memiliki anak antara lain: a.Orang Kayo Pingai b.Orang Kayo Kedataran c.Orang Kayo Hitam d.Orang kayo Gemuk
Baik pada masa pemerintahan Putri Selaras Pinang Masak, maupun pemerintahan Orang Kayo Pinggai dan masa pemerintahan Orang Kayo Kedataran belum tampak pengaruh agama Islam dalam pemerintahan dan penduduk. Namun setelah Orang Kayo Hitam naik tahta tahun 1500 M ia melepaskan hubungan dengan Majapahit dan mengumumkan agar seluruh penduduk harus memeluk agama Islam.
Orang Kayo Hitam selama hidupnya melakukan banyak hal dan berjasa bagi Islam di Jambi. Salah satu di antaranya adalah mengislamkan penduduk Jambi seperti tertulis di dalam Pasal 36 Piagam Jambi. (Lt)
Mata pelajaran: IPS Sejarah
Kelas: XI SMA
Kategori: Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia
Kode Kategori berdasarkan kurikulum KTSP: 11.3.2
Kata kunci: kerajaan islam, JambiJawaban:
Ringkasan tentang kerajaan islam di Jambi dengan sangat singkatAwal abad ke-8 raja Melayu Jambi (Sri Maharaja Srindrawarman) menganut agama Islam.
Setelah Samudra Pasai (1285-1522) menguasai Jambi maka Agama Islam mulai masuk ke Jambi. Ciri dari kebudayaan Melayu Jambi adalah pengaruh-pengaruh dari agama Islam.
Pembahasan:
Kesultanan Jambi adalah kerajaan Islam yang berkedudukan di provinsi Jambi sekarang. Kerajaan ini berbatasan dengan Kerajaan Indragiri dan kerajaan-kerajaan Minangkabau seperti Siguntur dan Lima Kota di utara. Di selatan kerajaan ini berbatasan dengan Kesultanan Palembang (kemudian Keresidenan Palembang). Jambi juga mengendalikan lembah Kerinci,
Ibukota Kesultanan Jambi terletak di kota Jambi, yang terletak di pinggir sungai Batang Hari.
Berdasarkan temuan-temuan arkeologis tersebut dapat dibuat tafsiran bahwa kehadiran Islam di wilayah Jambi terjadi sejak abad ke-10 hingga ke-13 walau islamisasi yang terjadi masih bersifat secara perseorangan.
Sedangkan islamisasi besar-besaran di Jambi terjadi sejak awal abad ke-16, yang ditandai dengan pemerintahan Orang Kayo Hitam, anak Paduka Berhala.
Menurut Undang-undang Jambi, tokoh Datuk Paduka Berhala adalah seorang Turki yang terdampar di Pulau Berhala (kemudian disebut pula sebagai Ahmad Salim) dan menikah dengan Putri Salaro Pinang Masak, seorang putri pribumi Muslim, keturunan raja-raja Pagaruyung.
Pernikahan mereka melahirkan Orang Kayo Hitam, Sultan Jambi yang terkenal.
Penyebaran Islam sudah ada sejak abad ke-15, tepatnya tahun 1460 bila kita merujuk saat Datuk Paduka Berhala terdampar dan menikah dengan Putri Pinang Masak.
Datuk Paduka Berhala menikaki Putri Pinang Masak dan memiliki keturunan yaitu Orang Kayo Pingai, Orang Kayo Pedataran/Kedataran, Orang Kayo Gemuk (seorang putri), dan Orang Kayo Hitam.
Raja Jambi yang terkenal adalah Orang Kayo Hitam. Raja ini dikatakan melakukan hubungan dengan Majapahit. Orang Kayo Hitam diceritakan pergi ke Majapahit untuk mengambil keris bertuah yang kelak akan dijadikan sebagai keris pusaka Kesultanan Jambi.
Setelah Datuk Paduka Berhala wafat maka beliau diganti oleh Orang Kayo Pingai dan kemudian Orang Kayo Pedataran.
Orang Kayo Hitam kemudian diganti oleh Panembahan Hang di Aer yang setelah wafat dimakamkan di Rantau Kapas, sehingga terkenal dengan Panembahan Rantau Kapas.
Orang Parsi (Iran), Turki dan bangsa Arab datang untuk berdagang ke pantai timur Jambi (Bandar Muara sabak) sekitar abad 1 H (abad 7 M).
Berita I-Tsing menyebutkan I-Tsing datang ke Melayu dengan menggunakan kapal Persia (Iran). Saat itu Islam hanya berkembang di kalangan pedagang di sekitar kota pelabuhan dan bandar-bandar.
Dalam sejarah Jambi disebutkan bahwa Datuk Paduko Berhalo menikah dengan Tuan Puteri Selaro Pinang Masak yang merupakan seorang raja putri yang berkuasa di Ujung Jabung dan memiliki anak antara lain:
a.Orang Kayo Pingai
b.Orang Kayo Kedataran
c.Orang Kayo Hitam
d.Orang kayo Gemuk
Baik pada masa pemerintahan Putri Selaras Pinang Masak, maupun pemerintahan Orang Kayo Pinggai dan masa pemerintahan Orang Kayo Kedataran belum tampak pengaruh agama Islam dalam pemerintahan dan penduduk. Namun setelah Orang Kayo Hitam naik tahta tahun 1500 M ia melepaskan hubungan dengan Majapahit dan mengumumkan agar seluruh penduduk harus memeluk agama Islam.
Orang Kayo Hitam selama hidupnya melakukan banyak hal dan berjasa bagi Islam di Jambi. Salah satu di antaranya adalah mengislamkan penduduk Jambi seperti tertulis di dalam Pasal 36 Piagam Jambi. (Lt)