Dhangdhanggula diambil dari nama kata raja Kediri, Prabu Dhandhanggendis yang terkenal sesudah prabu Jayabaya. Dalam Serat Purwaukara, Dhandhanggula diberi arti ngajeng-ajeng kasaean, bermakna menanti-nanti kebaikan.
Sanepane, wong urip puniki
aneng donya iku umpamanya
mung mampir ngombe
umpama manuk mabur
lepas saking kurunganeki
pundi mencoke mbenjang, aja nganti kleru
umpama wong jan sinanjan
ora wurung mesthi bali mulih
mring asal kamulanya
artinya :
Orang hidup senyatanya/ di dunia itu diumpamakan/ hanya seperti orang yang singgah minum/ semisal burung terbang/ lepas dari sangkarnya/ ke mana hinggapnya kelak/ jangan sampai keliru/ seumpama orang saling kunjung-mengunjungi/ akhirnya pasti kembali pulang/ ketempat asal mulanya.
Hanya dengan mengetahui kepada kodratnya itu, manusia akan sampai kepada pemahaman jatining tunggal (kesejatian satu-satunya) yakni sangkan paraning dumadi (arah tujuan kehidupan yang hakiki). Artinya, orang yang bisa menjaga kesucian penglihatannya, kesucian pikirannya dan kesucian hatinya atau hidup dengan bersih dari dosa jasmaniah dan rohaniahnya (lahir batinnya), berarti memiliki kepribadian yang baik, memiliki jati diri yang kukuh, kokoh, keket (pekat), bisa menjaga martabat jatining tunggal (kesejatian satu-satunya). Martabat bukan dalam arti duniawiah, tetapi martabat dirinya dihadapan Allah SWT. Dilahirkan kedunia dalam keadaan suci dan kembali kepada-Nya pun dalam keadaan suci pula. Itulah makna sangkan paraning dumadi atau paham akan arah tujuan kehidupan yang hakiki secara rohaniah (spiritual).
Jawaban:
TEMBANG DHANDHANGGULA
Dhangdhanggula diambil dari nama kata raja Kediri, Prabu Dhandhanggendis yang terkenal sesudah prabu Jayabaya. Dalam Serat Purwaukara, Dhandhanggula diberi arti ngajeng-ajeng kasaean, bermakna menanti-nanti kebaikan.
Sanepane, wong urip puniki
aneng donya iku umpamanya
mung mampir ngombe
umpama manuk mabur
lepas saking kurunganeki
pundi mencoke mbenjang, aja nganti kleru
umpama wong jan sinanjan
ora wurung mesthi bali mulih
mring asal kamulanya
artinya :
Orang hidup senyatanya/ di dunia itu diumpamakan/ hanya seperti orang yang singgah minum/ semisal burung terbang/ lepas dari sangkarnya/ ke mana hinggapnya kelak/ jangan sampai keliru/ seumpama orang saling kunjung-mengunjungi/ akhirnya pasti kembali pulang/ ketempat asal mulanya.
Hanya dengan mengetahui kepada kodratnya itu, manusia akan sampai kepada pemahaman jatining tunggal (kesejatian satu-satunya) yakni sangkan paraning dumadi (arah tujuan kehidupan yang hakiki). Artinya, orang yang bisa menjaga kesucian penglihatannya, kesucian pikirannya dan kesucian hatinya atau hidup dengan bersih dari dosa jasmaniah dan rohaniahnya (lahir batinnya), berarti memiliki kepribadian yang baik, memiliki jati diri yang kukuh, kokoh, keket (pekat), bisa menjaga martabat jatining tunggal (kesejatian satu-satunya). Martabat bukan dalam arti duniawiah, tetapi martabat dirinya dihadapan Allah SWT. Dilahirkan kedunia dalam keadaan suci dan kembali kepada-Nya pun dalam keadaan suci pula. Itulah makna sangkan paraning dumadi atau paham akan arah tujuan kehidupan yang hakiki secara rohaniah (spiritual).
Semoga membantu
Penjelasan: