Peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 september 1965, dan tuliskan 3 perwira TNI AD yang berhasil diculik pada peristiwa tersebut!
Anyh15
PERISTIWA G 30 S/PKI . Sebenarnya Partai Komunis Indonesia (PKI) sudah lama meniupkan hawa perlawanan dan pemberontakan terhadap Indonesia. Kelompok ini bersikeras untuk mengganti dasar negara Republik Indonesia, yakni Pancasila menjadi negara yang berdasar asas komunis. Perlawanan PKI yang tidak diterima oleh setiap kalangan ini, menjadikan kelompok ini merencanakan sebuah rencana yang besar. KRONOLOGIS PENUMPASAN PKI 1. Tanggal 1 Oktober 1965 Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai sejak tanggal 1 Oktober 1965 sore hari. Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat Telekomunikasi dapat direbut kembali tanpa pertumpahan darah oleh satuan RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328 Siliwangi, dan dibantu pasukan kavaleri. Setelah diketahui bahwa basis G 30 S/ PKI berada di sekitar Halim Perdana Kusuma, sasaran diarahkan ke sana. 2. Tanggal 2 Oktober 1965 Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana Kusuma diserang oleh satuan RPKAD di bawah komando Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah Mayjen Soeharto. Pada pikul 12.00 siang, seluruh tempat itu telah berhasil dikuasai oleh TNI – AD. 3. Tanggal 3 Oktober 1965 Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober 1965, pasukan RPKAD yang dipimpin oleh Mayor C.I Santoso berhasil menguasai daerah Lubang Buaya. Setelah usaha pencarian perwira TNI – AD dipergiat dan atas petunjuk Kopral Satu Polisi Sukirman yang menjadi tawanan G 30 S/PKI, tetapi berhasil melarikan diri didapat keterangan bahwa para perwira TNI – AD tersebut dibawah ke Lubang Buaya. Karena daerah terebut diselidiki secara intensif, akhirnya pada tanggal 3 Oktober 1965 titemukan tempat para perwira yang diculik dan dibunuh tersebut.. Mayat para perwira itu dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang bergaris tengah ¾ meter dengan kedalaman kira – kira 12 meter, yang kemudian dikenal dengan nama Sumur Lubang Buaya. 4. Tanggal 4 Oktober 1965 Pada tanggal 4 Oktober, penggalian Sumur Lubang Buaya dilanjutkan kembali (karena ditunda pada tanggal 13 Oktober pukul 17.00 WIB hingga keesokan hari) yang diteruskan oleh pasukan Para Amfibi KKO – AL dengan disaksikan pimpinan sementara TNI – AD Mayjen Soeharto. Jenazah para perwira setelah dapat diangkat dari sumur tua tersebut terlihat adanya kerusakan fisik yang sedemikian rupa. Hal inilah yang menjadi saksi bisu bagi bangsa Indonesia betapa kejamnya siksaan yang mereka alami sebelum wafat. 5. Tanggal 5 Oktober 1965 Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para perwira TNI – AD tersebut dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata yang sebelumnya disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat. 6. Tanggal 6 Oktober 1965 Pada tanggal 6 Oktober, dengan surat keputusan pemerintah yang diambil dalam Sidang Kabinet Dwikora, para perwira TNI – AD tersebut ditetapakan sebagai Pahlawan Revolusi. Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI adalah sebuah kejadian yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 di mana enam pejabat tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha pemberontakan yang disebut sebagai usaha kudeta yang dituduhkan kepada anggota Partai
Sebenarnya Partai Komunis Indonesia
(PKI) sudah lama meniupkan hawa
perlawanan dan pemberontakan
terhadap Indonesia. Kelompok ini
bersikeras untuk mengganti dasar
negara Republik Indonesia, yakni
Pancasila menjadi negara yang
berdasar asas komunis. Perlawanan PKI
yang tidak diterima oleh setiap kalangan
ini, menjadikan kelompok ini
merencanakan sebuah rencana yang
besar.
KRONOLOGIS PENUMPASAN PKI
1. Tanggal 1 Oktober 1965
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dimulai
sejak tanggal 1 Oktober 1965 sore hari.
Gedung RRI pusat dan Kantor Pusat
Telekomunikasi dapat direbut kembali
tanpa pertumpahan darah oleh satuan
RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo
Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328
Siliwangi, dan dibantu pasukan kavaleri.
Setelah diketahui bahwa basis G 30 S/
PKI berada di sekitar Halim Perdana
Kusuma, sasaran diarahkan ke sana.
2. Tanggal 2 Oktober 1965
Pada tanggal 2 Oktober, Halim Perdana
Kusuma diserang oleh satuan RPKAD di
bawah komando Kolonel Sarwo Edhi
Wibowo atas perintah Mayjen Soeharto.
Pada pikul 12.00 siang, seluruh tempat itu
telah berhasil dikuasai oleh TNI – AD.
3. Tanggal 3 Oktober 1965
Pada hari Minggu tanggal 3 Oktober
1965, pasukan RPKAD yang dipimpin oleh
Mayor C.I Santoso berhasil menguasai
daerah Lubang Buaya. Setelah usaha
pencarian perwira TNI – AD dipergiat
dan atas petunjuk Kopral Satu Polisi
Sukirman yang menjadi tawanan G 30
S/PKI, tetapi berhasil melarikan diri
didapat keterangan bahwa para perwira
TNI – AD tersebut dibawah ke Lubang
Buaya. Karena daerah terebut diselidiki
secara intensif, akhirnya pada tanggal
3 Oktober 1965 titemukan tempat para
perwira yang diculik dan dibunuh
tersebut.. Mayat para perwira itu
dimasukkan ke dalam sebuah sumur yang
bergaris tengah ¾ meter dengan
kedalaman kira – kira 12 meter, yang
kemudian dikenal dengan nama Sumur
Lubang Buaya.
4. Tanggal 4 Oktober 1965
Pada tanggal 4 Oktober, penggalian
Sumur Lubang Buaya dilanjutkan
kembali (karena ditunda pada tanggal
13 Oktober pukul 17.00 WIB hingga
keesokan hari) yang diteruskan oleh
pasukan Para Amfibi KKO – AL dengan
disaksikan pimpinan sementara TNI – AD
Mayjen Soeharto. Jenazah para perwira
setelah dapat diangkat dari sumur tua
tersebut terlihat adanya kerusakan fisik
yang sedemikian rupa. Hal inilah yang
menjadi saksi bisu bagi bangsa Indonesia
betapa kejamnya siksaan yang mereka
alami sebelum wafat.
5. Tanggal 5 Oktober 1965
Pada tanggal 5 Oktober, jenazah para
perwira TNI – AD tersebut dimakamkan
di Taman Makam Pahlawan Kalibata
yang sebelumnya disemayamkan di
Markas Besar Angkatan Darat.
6. Tanggal 6 Oktober 1965
Pada tanggal 6 Oktober, dengan surat
keputusan pemerintah yang diambil
dalam Sidang Kabinet Dwikora, para
perwira TNI – AD tersebut ditetapakan
sebagai Pahlawan Revolusi.
Gerakan 30 September atau yang sering
disingkat G 30 S PKI adalah sebuah
kejadian yang terjadi pada tanggal 30
September 1965 di mana enam pejabat
tinggi militer Indonesia beserta
beberapa orang lainnya dibunuh dalam
suatu usaha pemberontakan yang
disebut sebagai usaha kudeta yang
dituduhkan kepada anggota Partai