ramadhani890
Masalah utamanya adalah hak tawan karang yang dimiliki oleh para raja-raja bali,hak ini dilimpahkan kepada kepala desa untuk menawan perahu dan isinya yang terdampar di perairan wilayah kerajaan tersebut Antara Belanda dengan pihak kerajaan Buleleng yaitu Raja I Gusti Ngurah Made Karang Asem besarta Patih I Gusti Ketut Jelantik telah ada perjanjian pada tahun 1843 isinya pihak kerajaan akan membantu Belanda jika kapalnya terdampar di wilayah Buleleng namun perjanjian itu tidak dapat berjalan dengan semestinya.
99 votes Thanks 240
FitriNurlailaPerang Bali berlangsung pada tahun 1846-1849.Penyebab Perang Bali :Belanda menolak hukum Tawan Karang.Kerajaan Bali tidak mau memenuhi tuntutan Belanda untuk menghapuskan hukum Tawan Karang.Belanda menuntut agar kerajaan bali mengakui kekuasaan pemerintah Hindia-Belanda.Belanda minta agar kerajaan Bali melindungi perdagangannya.Kerajaan Bali menolak untuk tunduk pada pemerintag Hindia-Belanda. Perang Bali disebut juga perang Jagaraga, karena pusat pertahanannya berada di Jagaraga. Desa Jagaraga sangat strategis untuk pertahanan dan benteng “supit urang”. Benteng ini dikelilingi parit dengan ranjau yang dibuat dari bambu untuk menghambat gerakan musuh. Latar BelakangTahun 1843 I Gusti Ngurah Made dan I Gusti Ketut Jelantik Gungsir memerintah kerajaan Buleleng dengan mencanangkan hak Tawan Karang. Yang berisi merampas perahu asing beserta isinya yang terdampar di wilayah kerajaan. Pada tahun 1844 kapal Belanda terdampar di pantai Sangsit di wilayah Buleleng bagian timur. Dan kapal itu dikenakan Hak Tawan Karang. Asisten residen Banyuwangi, yaitu Ravia de Lignij, datang ke Bali untuk membuat perjanjian penghapusan hak Tawan Karang dan menuntut agar kerajaan-kerajaan di Bali tunduk pada kekuasaan Belanda. Tetapi raja Buleleng dan patihnya menolak kedua tuntutan itu. Karena tuntutannya tidak diindahkan oleh Raja Buleleng,kemudian Belanda menggunakan dalih kejadian ini dan menyerang kerajaan Buleleng.pantai Buleleng diblokadekanan,istana Raja ditembaki dengan meriam dari pantai. Dan Belanda mendaratkan pasukannya di Buleleng. Disamping itu,Buleleng tidak dapat menghambat majunya laskar Belanda. Akhirnya Belanda pada tanggal 24 Juni 1846 menyampaikan ultimatum kepada Raja Buleleng. Yakni dalam 3x24 jam Raja Buleleng harus mengakui kekuasaan dan melindungi perdagangan Belanda. Korbanpun berjatuhan,dan akhirnya Belanda dapat menduduki satu per satu daerah-daerah disekitar istana. I GUSTI MADE KARANGASEM menghadapi situasi ini kemudian mengambil siasat pura-pura menyerah dan tunduk kepada Belanda. Pada tanggal 27 Juni 1846, Belanda mendatangkan pasukan dan mendarat di pantai kerajaan Buleleng. Karena kalah dalam persenjataan, Belanda berhasil merebut benteng dan menduduki istana Buleleng. Raja Buleleng dan patih Jelantik mundur ke Benteng Jagaraga. Mereka mengadakan perjanjian perdamaian. Perjanjian itu hanya untuk mengatur siasat guna mempersiapkan pasukan yang lebihbesar dan kuat. Kemudian mereka menyerbu pos-pos Belanda dan menyebut senjata mereka. Pada bulan Maret 1848, Belanda mengirimkan kembali pasukan yang kedua dibawah pimpinan Mayor Jenderal Van der Wijk.Mereka menuntut agar Raja-raja Bali menyerahkan serdadu Belanda dan para tahanan yang melarikan diri, serta minta maaf. Merasa tuntutan diabaikan, jadilah pertempuran hebat. Pertempuran ini berhasil mendesak pasukan Bali, sehingga pasukan Bali mundur ke benteng jagaraga.Pasukan Bali memusatkan pertahanannya di benteng ini. Di Jagaraga ini tentara Bali berhasil menahan serangan tentara Belanda, bahkan tentara Belanda mundur kembali ke Pantai. Pada tahun 1849 ekspedisi yang ke 3 dikirimkan kembali dengankeuatan kurang lebih 5000 pasukan, baik dari darat maupun laut. Tentara ini kembali mendarat di Buleleng. Dari buleleng kemudian menuju Singaraja untuk mengadakan perundingan – perundingan dengan kerajaan buleleng/karang asem. Perundingan mengalami kegagalan karna Belanda selalu menuntut agar Bali tunduk pada Belanda. Akibatnya, pertempuran meletus kembali dengan diserbunya Benteng Jagaraga oleh Belanda. Tentara Bali berusaha mempertahankan benteng Jagaraga, dengan semangat Perang Puputan, yakni perang habis-habisan sampai semua pasukan gugur. Akhirnya pasukan Belanda dibawah pimpinan Jendral Michaels berhasil merebut benteng Jagaraga.Setelah itu, perlawanan sebenarnya masih tetap berlangsung, tetapi sudah tidak begitu berarti bagi Belanda. Sejak tahun 1849, Kerajaan-kerajaan Bali menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Hindia-Belanda.
Perang Bali disebut juga perang Jagaraga, karena pusat pertahanannya berada di Jagaraga. Desa Jagaraga sangat strategis untuk pertahanan dan benteng “supit urang”. Benteng ini dikelilingi parit dengan ranjau yang dibuat dari bambu untuk menghambat gerakan musuh.
Latar BelakangTahun 1843 I Gusti Ngurah Made dan I Gusti Ketut Jelantik Gungsir memerintah kerajaan Buleleng dengan mencanangkan hak Tawan Karang. Yang berisi merampas perahu asing beserta isinya yang terdampar di wilayah kerajaan.
Pada tahun 1844 kapal Belanda terdampar di pantai Sangsit di wilayah Buleleng bagian timur. Dan kapal itu dikenakan Hak Tawan Karang. Asisten residen Banyuwangi, yaitu Ravia de Lignij, datang ke Bali untuk membuat perjanjian penghapusan hak Tawan Karang dan menuntut agar kerajaan-kerajaan di Bali tunduk pada kekuasaan Belanda. Tetapi raja Buleleng dan patihnya menolak kedua tuntutan itu.
Karena tuntutannya tidak diindahkan oleh Raja Buleleng,kemudian Belanda menggunakan dalih kejadian ini dan menyerang kerajaan Buleleng.pantai Buleleng diblokadekanan,istana Raja ditembaki dengan meriam dari pantai. Dan Belanda mendaratkan pasukannya di Buleleng. Disamping itu,Buleleng tidak dapat menghambat majunya laskar Belanda.
Akhirnya Belanda pada tanggal 24 Juni 1846 menyampaikan ultimatum kepada Raja Buleleng. Yakni dalam 3x24 jam Raja Buleleng harus mengakui kekuasaan dan melindungi perdagangan Belanda. Korbanpun berjatuhan,dan akhirnya Belanda dapat menduduki satu per satu daerah-daerah disekitar istana. I GUSTI MADE KARANGASEM menghadapi situasi ini kemudian mengambil siasat pura-pura menyerah dan tunduk kepada Belanda.
Pada tanggal 27 Juni 1846, Belanda mendatangkan pasukan dan mendarat di pantai kerajaan Buleleng. Karena kalah dalam persenjataan, Belanda berhasil merebut benteng dan menduduki istana Buleleng. Raja Buleleng dan patih Jelantik mundur ke Benteng Jagaraga. Mereka mengadakan perjanjian perdamaian. Perjanjian itu hanya untuk mengatur siasat guna mempersiapkan pasukan yang lebihbesar dan kuat. Kemudian mereka menyerbu pos-pos Belanda dan menyebut senjata mereka.
Pada bulan Maret 1848, Belanda mengirimkan kembali pasukan yang kedua dibawah pimpinan Mayor Jenderal Van der Wijk.Mereka menuntut agar Raja-raja Bali menyerahkan serdadu Belanda dan para tahanan yang melarikan diri, serta minta maaf. Merasa tuntutan diabaikan, jadilah pertempuran hebat. Pertempuran ini berhasil mendesak pasukan Bali, sehingga pasukan Bali mundur ke benteng jagaraga.Pasukan Bali memusatkan pertahanannya di benteng ini. Di Jagaraga ini tentara Bali berhasil menahan serangan tentara Belanda, bahkan tentara Belanda mundur kembali ke Pantai.
Pada tahun 1849 ekspedisi yang ke 3 dikirimkan kembali dengankeuatan kurang lebih 5000 pasukan, baik dari darat maupun laut. Tentara ini kembali mendarat di Buleleng. Dari buleleng kemudian menuju Singaraja untuk mengadakan perundingan – perundingan dengan kerajaan buleleng/karang asem. Perundingan mengalami kegagalan karna Belanda selalu menuntut agar Bali tunduk pada Belanda. Akibatnya, pertempuran meletus kembali dengan diserbunya Benteng Jagaraga oleh Belanda. Tentara Bali berusaha mempertahankan benteng Jagaraga, dengan semangat Perang Puputan, yakni perang habis-habisan sampai semua pasukan gugur. Akhirnya pasukan Belanda dibawah pimpinan Jendral Michaels berhasil merebut benteng Jagaraga.Setelah itu, perlawanan sebenarnya masih tetap berlangsung, tetapi sudah tidak begitu berarti bagi Belanda. Sejak tahun 1849, Kerajaan-kerajaan Bali menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Hindia-Belanda.