Pada peristiwa apa jibril diberi nama Ar Ruh Al amin ?
andienidelia
Al-Qur'an tidak menyebutkan Jibril secara eksplisit sebagai pembawa wahyu kepada Nabi Muhammad s.a.w. melainkan secara implisit (tersirat) melalui (2:97-98). Implisit karena Jibril sebagai pembawa wahyu hanya bisa ditelusuri dari sebab-musabab turunnya ayat2 ini (latar belakang ceritanya).
Yang eksplisit di dalam Al-Qur'an adalah julukannya dimana salah satunya adalah ar Ruuhu al amin.
Menyambung keterangan Lamkari, Ruuh=roh dan Riih=angin. Keduanya satu akar kata. Satu akar kata berarti sekurang2nya mengandung suatu bagian kecil makna yang sama. Karena untuk Ruuh kita hanya diberi pengetahuan sedikit, sedangkan angin lebih kongkret bagi kita. Maka mengerti sifat angin akan memberikan tambahan pengetahuan bagi kita mengenai Roh. Mis: Roh itu ibarat angin tidak terlihat tapi bisa dirasa. Kalau angin dirasakan kulit kalau roh dirasa oleh apa? Yang seperti begitulah. Bagus dicoba sebagai latihan untuk merasakan kedalaman bahasa al Qur'an.
Bentuk definit (memakai kata sandang 'al' dalam kasus ini ar Ruuh) mengisyaratkan bahwa person yang ditunjuk itu (si pembawa wahyu) sudah kita ketahui siapa orangnya (Jibril misalnya) melalui konteks namun penutur (Allah) menekankan pada kita preferensi apa atas yang ditunjuk itu yang Ia inginkan kita untuk memberikan perhatian. Disini preferensinya adalah 'Ruh yang bersifat Amiin (ar Ruuh al Amiin)'.
Diatas sudah di bahas mengenai roh. Sekarang al amiin.
Ditempat lain didalam al Qur'an hanya 2 kali kata al amiin muncul, yakni : 1. (28:26) menyifati Nabi Musa a.s. sebagai orang yang kuat lagi TERPERCAYA (al Qawiyy al amiin) 2. (95:3) Menyifati Mekkah sebagai negeri yang AMAN (al balad al amiin).. Sebagai latihan: mendalami cerita mengenai yang dua yang diatas (MUSA dan Mekkah) akan menejamkan pengertian kata al-Amin.
Tanpa keterangan bertele2 (coba ikuti latihan di atas) maka arti ar Ruuh al amiin adalah: Ruh terpercaya yang dalam proses penyampaian wahyunya aman dari interupsi atau gangguan dari pihak luar. Dimana setiap gangguan muncul maka Allah akan mendatangkan bala bantuan yang sangat hebat (spt: kisah pasukan bergajah untuk Makkah) dan selamatnya Nabi Musa dilarung.
Yang eksplisit di dalam Al-Qur'an adalah julukannya dimana salah satunya adalah ar Ruuhu al amin.
Menyambung keterangan Lamkari, Ruuh=roh dan Riih=angin. Keduanya satu akar kata. Satu akar kata berarti sekurang2nya mengandung suatu bagian kecil makna yang sama. Karena untuk Ruuh kita hanya diberi pengetahuan sedikit, sedangkan angin lebih kongkret bagi kita. Maka mengerti sifat angin akan memberikan tambahan pengetahuan bagi kita mengenai Roh. Mis: Roh itu ibarat angin tidak terlihat tapi bisa dirasa. Kalau angin dirasakan kulit kalau roh dirasa oleh apa? Yang seperti begitulah. Bagus dicoba sebagai latihan untuk merasakan kedalaman bahasa al Qur'an.
Bentuk definit (memakai kata sandang 'al' dalam kasus ini ar Ruuh) mengisyaratkan bahwa person yang ditunjuk itu (si pembawa wahyu) sudah kita ketahui siapa orangnya (Jibril misalnya) melalui konteks namun penutur (Allah) menekankan pada kita preferensi apa atas yang ditunjuk itu yang Ia inginkan kita untuk memberikan perhatian. Disini preferensinya adalah 'Ruh yang bersifat Amiin (ar Ruuh al Amiin)'.
Diatas sudah di bahas mengenai roh. Sekarang al amiin.
Ditempat lain didalam al Qur'an hanya 2 kali kata al amiin muncul, yakni :
1. (28:26) menyifati Nabi Musa a.s. sebagai orang yang kuat lagi TERPERCAYA (al Qawiyy al amiin)
2. (95:3) Menyifati Mekkah sebagai negeri yang AMAN (al balad al amiin)..
Sebagai latihan: mendalami cerita mengenai yang dua yang diatas (MUSA dan Mekkah) akan menejamkan pengertian kata al-Amin.
Tanpa keterangan bertele2 (coba ikuti latihan di atas) maka arti ar Ruuh al amiin adalah: Ruh terpercaya yang dalam proses penyampaian wahyunya aman dari interupsi atau gangguan dari pihak luar. Dimana setiap gangguan muncul maka Allah akan mendatangkan bala bantuan yang sangat hebat (spt: kisah pasukan bergajah untuk Makkah) dan selamatnya Nabi Musa dilarung.