Mengapa cairan yang digunakan dalam injeksi intravena harus mempunyai tekanan osmotik yang kira kira sama dengan tekanan osmotik dalam sel darah
vievie07
Injeksi intravena adalah metode pemberian obat yang langsung disuntikkan ke dalam pembuluh vena. injeksi intravena dapat dilakukan dengan dua cara yaitu disuntikkan langsung atau melalui infus.
Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan. Membrane semipermiabel adalah suatu selaput yang dapat dilalui molekul-molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut.
Dinding sel darah merah berfungsi sebagai membrane semipermiabel terhadap pelarut sel darah merah.
Cairan yang digunakan dalam injeksi intravena harus mempunyai tekanan osmotik yang kira kira sama dengan tekanan osmotik dalam sel darah karena jika konsentrasi cairan tidak sesuai dapat mengakibatkan krenasi (pengerutan sel) dan hemolisis (sel darah merah pecah).
Larutan untuk injeksi intravena dikategorikan menjadi 3 yaitu : 1. larutan hipertonik Jika tekanan dalam sel darah merah lebih besar daripada tekanan cairan infus (hipertonik), maka air dalam sel darah merah akan keluar, sehingga sel akan mengkerut. Cairan hipertonik adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel-sel ke dalam pembuluh darah yang mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi oedema (bengkak).
2. larutan hipotonik Jika sebaliknya tekanan dalam sel darah merah lebih kecil daripada tekanan cairan infus, maka sel darah merah akan menyerap air sehingga dinding sel akan mengembang dan pecah. Cairan hipotonik adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi Na lebih rendah dibandingkan serum),sehingga larut dalam serum dan menurunkan osmolaritas serum itu sendiri. Maka menyebabkan cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. caira infus yang hipotonik digunakan pada keadaan sel yang mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
3. larutan isotonik Cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
sumber materi larutan : Kimia UIN Maulana Malik Ibrahim
Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan. Membrane semipermiabel adalah suatu selaput yang dapat dilalui molekul-molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut.
Dinding sel darah merah berfungsi sebagai membrane semipermiabel terhadap pelarut sel darah merah.
Cairan yang digunakan dalam injeksi intravena harus mempunyai tekanan osmotik yang kira kira sama dengan tekanan osmotik dalam sel darah karena jika konsentrasi cairan tidak sesuai dapat mengakibatkan krenasi (pengerutan sel) dan hemolisis (sel darah merah pecah).
Larutan untuk injeksi intravena dikategorikan menjadi 3 yaitu :
1. larutan hipertonik
Jika tekanan dalam sel darah merah lebih besar daripada tekanan cairan infus (hipertonik), maka air dalam sel darah merah akan keluar, sehingga sel akan mengkerut. Cairan hipertonik adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel-sel ke dalam pembuluh darah yang mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi oedema (bengkak).
2. larutan hipotonik
Jika sebaliknya tekanan dalam sel darah merah lebih kecil daripada tekanan cairan infus, maka sel darah merah akan menyerap air sehingga dinding sel akan mengembang dan pecah. Cairan hipotonik adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi Na lebih rendah dibandingkan serum),sehingga larut dalam serum dan menurunkan osmolaritas serum itu sendiri. Maka menyebabkan cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. caira infus yang hipotonik digunakan pada keadaan sel yang mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
3. larutan isotonik
Cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
sumber materi larutan : Kimia UIN Maulana Malik Ibrahim