Ibu pernah terluka. Di dahi. Anjani takut sekali melihatnya. Waktu itu dahi Ibu kena batu yang dilempar oleh Aldo yang suka mencuri mangga. Batu itu lancip. Kena dahi Ibu. Tapi Ibu tidak menangis. Ibu hanya tersenyum dan terus tersenyum ketika Aldo datang bersama ibunya sambil menangis untuk minta maaf. “Kecil dulu Ibu juga suka terluka…,” ujar Ibu pada Anjani. Luka itu lalu Ibu beri obat dan Ibu tutup pakai plester. “Aldo kan sudah minta maaf.” Anjani tahu luka itu sakit. Tapi Ibu hebat. Itu yang membuat Anjani belajar tidak menangis ketika kakinya berdarah kena batu.
Lain waktu, Anjani juga pernah melihat luka di tangan Ibu. Luka itu parah. Luka yang terjadi ketika Ibu jatuh dari motor karena terserempet angkutan umum yang lari kencang. Luka itu membuat Anjani ngeri. Luka itu juga membuat Ayah membawa Ibu ke dokter dan dokter memberikan obat untuk Ibu yang cukup banyak. Tapi Ibu tidak menangis. Ibu hanya tersenyum sambil berusaha terus untuk memasak dan mengerjakan pekerjaan di rumah. Bahkan Ibu juga masih mendampingi Anjani untuk mengerjakan PR dari sekolah. Itu yang membuat Anjani heran.
Itu yang membuat Anjani suka menangis di dalam kamar ketika ada tangan atau kakinya yang terluka lalu tersenyum ke luar kamar setelah lukanya tidak terasa lagi. Anjani hanya ingin bisa sehebat Ibu. ** “Luka di tangan, kaki juga tubuh bisa cepat sembuh, Nak,” kata Ibu sambil tersenyum. “Yang susah itu luka di hati…” Anjani tidak mengerti. “Untuk Ibu, luka di hati akan sembuh dengan pelukan dan kata maaf.” Anjani juga tidak banyak bertanya karena jemputan sekolah sudah datang.
Luka di hati itu yang Anjani pikirkan terus menerus. Luka di hati itu juga membuat Anjani memegang dadanya untuk tahu seperti apa luka di dalam hati itu. Tapi Anjani masih juga tidak mengerti. Anjani ingin sekali mengerti. ** Luka di hati itu membuat Anjani terus berpikir. Sampai pagi tiba dan di depan rumah terdengar suara ribut-ribut. Itu suara Bu Ito.
Anjani bergegas bangun menuju halaman. Kalau Bu Ito sudah bersuara itu artinya berbahaya. Banyak tetangga yang tidak suka. Bu Ito suka marah dengan siapa saja. Bu Ito bisa marah pada orang yang memelihara ayam karena ayamnya buang kotoran di luar pagar Bu Ito. Bu Ito juga bisa marah dengan orang yang punya pohon dan daunnya masuk ke halaman rumah Bu Ito. Di halaman depan Anjani melihat semuanya. Keranjang berisi daun mangga kering yang dilemparkan Bu Ito ke rumahnya.
“Ini pasti sampah dari rumah Bu Tari, kan? Cuma Bu Tari yang punya pohon mangga. Dan daun mangga Bu Tari dilarikan angin sampai ke rumah saya,” kata Bu Ito sebelum pergi. Sampah-sampah itu berserakan di halaman. Sampah yang diterbangkan angin terlalu jauh. Dari rumah Anjani di ujung kiri ke rumah Bu Ito di ujung kanan. Anjani melihat Ibu membersihkan. Anjani melihat ada air mata di pipi Ibu dan Ibu usap cepat. “Ibu tidak apa-apa?”
Ibu tersenyum. “Ibu terluka, Nak. Dan luka hati itu membuat Ibu sedih dan menangis. Lebih sakit dari luka di dahi juga di tangan.” Anjani mengerti sekarang. Ia juga merasakan sedih karena melihat Ibu kena marah Ibu Ito. Rasanya ada rasa sakit di hati. Anjani memeluk Ibu. Agar luka di hati Ibu cepat sembuh.
APA AMANAT YANG TERKANDUNG DALAM CERPEN TERSEBUT ??? TOLONG DIJAWAB SECEPATNYA YA..... ^^
wira02
Sebaiknya kita jangan membuat sakit dihati seseorang .. sakit dihati seseorang seperti paku yang menancap dikayu .. ketika paku itu sudah dicabut pasti masih menimbulkan bekas ..
Semoga membantu^^
klik jawaban terbaik + terimakasih ya :)
Maaf jika salah