qilajanah
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Buddha yang berdiri di Sumatera pada abad ke-7. Pendirinya adalah Dapunta Hyang. Kerajaan ini pernah menjadi kerajaan terbesar di Nusantara, bahkan mendapat sebutan Kerajaan Nasional I sebab pengaruh kekuasaannya mencakup hampir seluruh Nusantara dan negara- negara di sekitarnya. Letaknya sangat strategis. Wilayahnya meliputi tepian Sungai Musi di Sumatera Selatan sampai ke Selat Malaka (merupakan jalur perdagangan India – Cina pada saat itu), Selat Sunda, Selat Bangka, Jambi, dan Semenanjung Malaka.
2 votes Thanks 4
tika657
Mengisahkan kerajaan Sriwijaya secara kronologis memang tidak mudah dikarenakan minimnya catatan mengenai hal tersebut. Oleh karena itu para ahli masih mencari bukti peninggalan dan masih terjadi beberapa perdebatan mengenai beberapa hal yang ada. Namun dari beberapa literatur yang berkaitan dengan kerajaan Sriwijaya, sudah jelas bahwa kerajaan ini berkembang dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di selat Malaka, selat Sunda, laut Cina selatan, laut Jawa dan selat Karimata. Rantai-rantai perdagangan dikuasai oleh Sriwijaya sebagai sebuah kerajaan besar. Ekspansi Sriwijaya ke Jawa dan semenanjung Malaya telah menjadikan kerajaan ini pusat kontrol dari dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 792 hingga 835 masehi, penguasaan Sriwijaya di tanah Jawa diperkuat. Pada masa inilah candi Borobudur yang saat ini disebut sebagai warisan budaya dunia dibangun. Kerajaan Sriwijaya memang kerajaan Budha yang menjadi pusat pengajaran Budha Vajrayana. Banyak peziarah dan sarjana dari berbagai negara Asia berkunjung ke Sriwijaya, salah satunya pendeta I Tsing dari Tiongkok yang menulis bahwa Sriwijaya adalah rumah bagi sarjana Budha. Pada waktu itu ada sekitar 1000 orang pendeta belajar agama Budha pada seorang pendeta Sriwijaya yang terkenal bernama Sakyakirti. Kerajaan Pala di Benggala memiliki hubungan dekat dengan kerajaan Sriwijaya. Pada masa pemerintahan Balaputradewa pada tahun 856 hingga 861 masehi, kerajaan Sriwijaya mendedikasikan sebuah biara Budha kepada Universitas Nalanda. Seperti diketahui, Sriwijaya merupakan kerajaan maritim, dimana kerajaan mengandalkan hegemoni pada kekuatan armada laut dalam menguasai jalur pelayaran, perdaganan dan penguasaan berbagai kawasan strategis sebagai pangkalan armada laut untuk mengawasi dan melindungi kapal dagang. Ada beberapa periode yang masih menjadi misteri, terutama periode tahun 1089-1177 yang merupakan akhir kekuasaan Sriwijaya. Belum diketahui secara pasti penyebab meredupnya kerajaan Sriwijaya secara utuh. Hanya diperkirakan bahwa kerajaan Sriwijaya melemah dikarenakan banyaknya peperangan yang disebabkan pemberontakan raja-raja di bawah kekuasaannya. Pada tahun 1183, kerajaan ini berada dibawah kekuasaan kerajaan lain, yakni Dharmasraya dan setelah itu hilang. Keberadaan kerajaan ini baru diketahui lewat publikasi sejarawan Perancis George Cœdès dengan bukunya École française d’Extrême-Orient. (iwan)
merupakan kerajaan Buddha yang
berdiri di Sumatera pada abad ke-7.
Pendirinya adalah Dapunta Hyang.
Kerajaan ini pernah menjadi
kerajaan terbesar di Nusantara,
bahkan mendapat sebutan Kerajaan
Nasional I sebab pengaruh
kekuasaannya mencakup hampir
seluruh Nusantara dan negara-
negara di sekitarnya.
Letaknya sangat strategis.
Wilayahnya meliputi tepian Sungai
Musi di Sumatera Selatan sampai
ke Selat Malaka (merupakan jalur
perdagangan India – Cina pada saat
itu), Selat Sunda, Selat Bangka,
Jambi, dan Semenanjung Malaka.
Pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 792 hingga 835 masehi, penguasaan Sriwijaya di tanah Jawa diperkuat. Pada masa inilah candi Borobudur yang saat ini disebut sebagai warisan budaya dunia dibangun. Kerajaan Sriwijaya memang kerajaan Budha yang menjadi pusat pengajaran Budha Vajrayana. Banyak peziarah dan sarjana dari berbagai negara Asia berkunjung ke Sriwijaya, salah satunya pendeta I Tsing dari Tiongkok yang menulis bahwa Sriwijaya adalah rumah bagi sarjana Budha.
Pada waktu itu ada sekitar 1000 orang pendeta belajar agama Budha pada seorang pendeta Sriwijaya yang terkenal bernama Sakyakirti. Kerajaan Pala di Benggala memiliki hubungan dekat dengan kerajaan Sriwijaya. Pada masa pemerintahan Balaputradewa pada tahun 856 hingga 861 masehi, kerajaan Sriwijaya mendedikasikan sebuah biara Budha kepada Universitas Nalanda. Seperti diketahui, Sriwijaya merupakan kerajaan maritim, dimana kerajaan mengandalkan hegemoni pada kekuatan armada laut dalam menguasai jalur pelayaran, perdaganan dan penguasaan berbagai kawasan strategis sebagai pangkalan armada laut untuk mengawasi dan melindungi kapal dagang.
Ada beberapa periode yang masih menjadi misteri, terutama periode tahun 1089-1177 yang merupakan akhir kekuasaan Sriwijaya. Belum diketahui secara pasti penyebab meredupnya kerajaan Sriwijaya secara utuh. Hanya diperkirakan bahwa kerajaan Sriwijaya melemah dikarenakan banyaknya peperangan yang disebabkan pemberontakan raja-raja di bawah kekuasaannya. Pada tahun 1183, kerajaan ini berada dibawah kekuasaan kerajaan lain, yakni Dharmasraya dan setelah itu hilang. Keberadaan kerajaan ini baru diketahui lewat publikasi sejarawan Perancis George Cœdès dengan bukunya École française d’Extrême-Orient. (iwan)