Gebang merupakan sejenis palma tinggi yang berada di daerah dataran rendah. Pohon ini juga dikenal dengan nama-nama lain seperti gabang (Dayak Ngaju), gawang (Timor), pucuk, lontar utan, (Btw.), pocok (Md.), ibus (Bat., Sas.), silar (Minh.), kuala (Mak.),[1] dan lain-lain. Nama ilmiahnya adalah Corypha utan.
Pohon gebang memiliki dua fase dalam hidup nya yaitu fase vegetatif dan generatif. Kedua fase tersebut memiliki perbedaan yang cukup jelas dan dapat diihat dari ada tidak nya bunga atau buah dalam pohon tersebut. pohon gebang merupakan fase vegetative dan hanya di akhir hidup nya saja pohon gebang memasuki fase generative. Fase generatif pada tanaman ini hanya berlangsung satu kali menjelang akhir hidup tanaman ini. Fase generatif pada tanaman gebang di tandai dengan munculnya bunga baru kemudian buah. Pohon gebang memiliki buah yang berbentuk bulat bewarna hijau ketika muda dan hitam ketika tua. Jumlah buah yang di hasilkan oleh tanaman ini ratusan bahkan mungkin ribuan buah dalam fase generative.
Gebang hanya berbunga dan berbuah sekali yaitu di akhir masa hidupnya. Karangan bunga berada di ujung batang (terminal), sesudah semua daunnya mati, berupa malai tinggi besar 3–5 m, dengan ratusan ribu kuntum bunga kuning kehijauan yang berbau harum. Buah bentuk bola bertangkai pendek, hijau, 2-3 cm diameternya.
Daun gebang( yang muda) dapat diolah menjadi berbagai bahan anyaman yang bagus; untuk bahan membuat tikar, topi, kantong, karung, tali, jala dan pakaian tradisional. Helai-helai pita dari olahan janur gebang ini pada masa lalu ramai diperdagangkan terutama di Sulawesi Selatan; dikenal beberapa macamnya seperti agel, papas, dan akan.
Sejenis serat tumbuhan yang cukup baik dapat pula dihasilkan dari tangkai daunnya, setelah dibelah-belah, direndam dan diolah lebih lanjut. Sagu yang diperoleh dari empulur batangnya, untuk makanan hewan dan baru dimakan orang pada masa paceklik. Di Ayotupas, sagu gebang dibuat menjadi semacam kue lempengan yang dibakar dan disebut putak; biasanya dimakan bersama pisang.
Batang gebang menghasilkan sagu kira-kira 90 kg untuk setiap pohon. Akar gebang digunakan untuk mengobati murus-murus. Buah gebang yang sudah tua itu beracun sehingga tidak boleh dimakan.
Batang gebang keras, terutama bagian luarnya yang mengayu, dan dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Potongan batang yang utuh dan dibuang bagian tengahnya (empulur) biasa digunakan untuk membuat bedug.
Akar gebang digunakan untuk menyembuhkan diare ringan dan berulang. Air dari pelepahnya digunakan sebagai anti racun. Semacam getah kemerahan (blendok, Jw.) dari pucuknya digunakan untuk mengobati luka, batuk dan disentri.
Biji gebang dapat di jadikan aksesoris gelang dengan masing – masing 15 butir biji. Caranya kita mengerok permukaan kulit biji gebang dengan menggunakan pisau atau gunting maka biji gebang itu akan sangat mirip banget dengan plastik namun keras seperti batu dan jika kita memakainya setiap hari dengan dijadikan gelang maka warnanya akan berubah yang awalnya berwarna putih menjadi warna kuning atau merah begitu juga jika tidak dikerok yang awalnya berwarna coklat berubah menjadi hitam mengkilap atau merah menyerupai warna buah jamblang.
Verified answer
Mata pelajaran:IPS
Kelas: XI Semester 1
Kategori: Sumber Daya Alam dan persebarannya
Kata kunci: Khasiat biji gebang
Pembahasan:
Gebang merupakan sejenis palma tinggi yang berada di daerah dataran rendah. Pohon ini juga dikenal dengan nama-nama lain seperti gabang (Dayak Ngaju), gawang (Timor), pucuk, lontar utan, (Btw.), pocok (Md.), ibus (Bat., Sas.), silar (Minh.), kuala (Mak.),[1] dan lain-lain. Nama ilmiahnya adalah Corypha utan.
Pohon gebang memiliki dua fase dalam hidup nya yaitu fase vegetatif dan generatif. Kedua fase tersebut memiliki perbedaan yang cukup jelas dan dapat diihat dari ada tidak nya bunga atau buah dalam pohon tersebut. pohon gebang merupakan fase vegetative dan hanya di akhir hidup nya saja pohon gebang memasuki fase generative. Fase generatif pada tanaman ini hanya berlangsung satu kali menjelang akhir hidup tanaman ini. Fase generatif pada tanaman gebang di tandai dengan munculnya bunga baru kemudian buah. Pohon gebang memiliki buah yang berbentuk bulat bewarna hijau ketika muda dan hitam ketika tua. Jumlah buah yang di hasilkan oleh tanaman ini ratusan bahkan mungkin ribuan buah dalam fase generative.
Gebang hanya berbunga dan berbuah sekali yaitu di akhir masa hidupnya. Karangan bunga berada di ujung batang (terminal), sesudah semua daunnya mati, berupa malai tinggi besar 3–5 m, dengan ratusan ribu kuntum bunga kuning kehijauan yang berbau harum. Buah bentuk bola bertangkai pendek, hijau, 2-3 cm diameternya.
Daun gebang( yang muda) dapat diolah menjadi berbagai bahan anyaman yang bagus; untuk bahan membuat tikar, topi, kantong, karung, tali, jala dan pakaian tradisional. Helai-helai pita dari olahan janur gebang ini pada masa lalu ramai diperdagangkan terutama di Sulawesi Selatan; dikenal beberapa macamnya seperti agel, papas, dan akan.
Sejenis serat tumbuhan yang cukup baik dapat pula dihasilkan dari tangkai daunnya, setelah dibelah-belah, direndam dan diolah lebih lanjut. Sagu yang diperoleh dari empulur batangnya, untuk makanan hewan dan baru dimakan orang pada masa paceklik. Di Ayotupas, sagu gebang dibuat menjadi semacam kue lempengan yang dibakar dan disebut putak; biasanya dimakan bersama pisang.
Batang gebang menghasilkan sagu kira-kira 90 kg untuk setiap pohon. Akar gebang digunakan untuk mengobati murus-murus. Buah gebang yang sudah tua itu beracun sehingga tidak boleh dimakan.
Batang gebang keras, terutama bagian luarnya yang mengayu, dan dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Potongan batang yang utuh dan dibuang bagian tengahnya (empulur) biasa digunakan untuk membuat bedug.
Akar gebang digunakan untuk menyembuhkan diare ringan dan berulang. Air dari pelepahnya digunakan sebagai anti racun. Semacam getah kemerahan (blendok, Jw.) dari pucuknya digunakan untuk mengobati luka, batuk dan disentri.
Biji gebang dapat di jadikan aksesoris gelang dengan masing – masing 15 butir biji. Caranya kita mengerok permukaan kulit biji gebang dengan menggunakan pisau atau gunting maka biji gebang itu akan sangat mirip banget dengan plastik namun keras seperti batu dan jika kita memakainya setiap hari dengan dijadikan gelang maka warnanya akan berubah yang awalnya berwarna putih menjadi warna kuning atau merah begitu juga jika tidak dikerok yang awalnya berwarna coklat berubah menjadi hitam mengkilap atau merah menyerupai warna buah jamblang.