rosalinaptr
Jamur lendir dibedakan atas 2, yaitu :
a. jamur lendir plasmodial (myxomycota) siklus hidup jamur lendir plasmodial : 1) plasmodium tumbuh dewasa dan membentuk jaringan agar mendapatkan makanan dan oksigen lebih banyak. 2) pada saat kondisi lingkungan kurang menguntungkan (misalnya saat kekeringan), plasmodium dewasa membentuk sporangium bertangkai (stalk). plasmodium dewasa memiliki kromosom diploid (2n). 3) di dalam sporangium terjadi pembelahan secara meiosis dan menghasilkan spora yang haploid (n). spora ini tahan terhadap kekeringan. 4) bila kondisi lingkungan membaik, maka spora akan berkecambah membentuk sel aktif yang haploid (n). 5) sel-sel aktif tersebut memiliki bentuk yang berbeda dan dapat berubah menjadi sel ameboid atau sel berflagela. 6) terjadi singami antara sel-sel yang memiliki bentuk yang sama. Singami menghasilkan zigot yang berkromosom diploid (2n). 7) nukieus (inti) zigot yang diploid (2n) membelah secara mitosis tanpa disertai pembelahan sitoplasma membentuk plasmodium pemakan yang diploid (2n).
b. jamur lendir seluler (acrasiomycota) siklus hidup jamur lendir seluler : 1) pada saat persediaan makanan tidak ada, sel-sel ameboid berkromosom haploid (n) membentuk agregat. 2) agregat berbentuk seperti peluru dan dapat berpindah tempat. 3) agregat menetap di suatu tempat untuk membentuk tubuh buah (fruiting body). 4) beberapa sel mengering membentuk batang penyokong (stalk). kemudian, sel-sel yang lain bergerak merayap ke atas sel yang mengering; menjadi kumpulan spora yang haploid (n). stalk dengan kumpulan spora tersebut merupakan tubuh buah. 5) spora bersifat resisten atau tahan terhadap kondisi lingkungan buruk (misalnya, kekeringan). 6) bila spora jatuh di tempat yang menguntungkan, maka akan tumbuh menjadi sel ameboid yang haploid (n). 7) sel ameboid berada dalam tahap makan, hidup soliter, dan bergerak dengan pseudopodia. 8) bila makanan sudah tidak tersedia, maka sel-sel ameboid mengeluarkan senyawa kimiawi yang dapat rnerangsang sel ameboid lain untuk bergerak ke arah pusat agregat untuk membentuk suatu unit. 9) pada kondisi tertentu, sel ameboid dapat melakukan singami sehingga terbentuk zigot yang diploid (2n). 10) zigot yang diploid (2n) akan memakan sel ameboid lain dan tumbuh menjadi sel raksasa yang dilindungi dinding sel yang resisten. sel raksasa tersebut kemudian mengalami pembelahan secara meiosis dan beberapa kali mitosis sehingga menghasilkan sel-sel ameboid yang haploid (n) di dalamnya. 11) bila dinding sel raksasa pecah, maka sel ameboid baru yang haploid (n) akan keluar dan menjadi sel pemakan (misalnya memakan bakteri). sel-sel ameboid hasil reproduksi seksual juga dapat membentuk agregat bila di lingkungan tidak tersedia makanan yang memadai.
a. jamur lendir plasmodial (myxomycota)
siklus hidup jamur lendir plasmodial :
1) plasmodium tumbuh dewasa dan membentuk jaringan agar mendapatkan makanan dan oksigen lebih banyak.
2) pada saat kondisi lingkungan kurang menguntungkan (misalnya saat kekeringan), plasmodium dewasa membentuk sporangium bertangkai (stalk). plasmodium dewasa memiliki kromosom diploid (2n).
3) di dalam sporangium terjadi pembelahan secara meiosis dan menghasilkan spora yang haploid (n). spora ini tahan terhadap kekeringan.
4) bila kondisi lingkungan membaik, maka spora akan berkecambah membentuk sel aktif yang haploid (n).
5) sel-sel aktif tersebut memiliki bentuk yang berbeda dan dapat berubah menjadi sel ameboid atau sel berflagela.
6) terjadi singami antara sel-sel yang memiliki bentuk yang sama. Singami menghasilkan zigot yang berkromosom diploid (2n).
7) nukieus (inti) zigot yang diploid (2n) membelah secara mitosis tanpa disertai pembelahan sitoplasma membentuk plasmodium pemakan yang diploid (2n).
b. jamur lendir seluler (acrasiomycota)
siklus hidup jamur lendir seluler :
1) pada saat persediaan makanan tidak ada, sel-sel ameboid berkromosom haploid (n) membentuk agregat.
2) agregat berbentuk seperti peluru dan dapat berpindah tempat.
3) agregat menetap di suatu tempat untuk membentuk tubuh buah (fruiting body).
4) beberapa sel mengering membentuk batang penyokong (stalk). kemudian, sel-sel yang lain bergerak merayap ke atas sel yang mengering; menjadi kumpulan spora yang haploid (n). stalk dengan kumpulan spora tersebut merupakan tubuh buah.
5) spora bersifat resisten atau tahan terhadap kondisi lingkungan buruk (misalnya, kekeringan).
6) bila spora jatuh di tempat yang menguntungkan, maka akan tumbuh menjadi sel ameboid yang haploid (n).
7) sel ameboid berada dalam tahap makan, hidup soliter, dan bergerak dengan pseudopodia.
8) bila makanan sudah tidak tersedia, maka sel-sel ameboid mengeluarkan senyawa kimiawi yang dapat rnerangsang sel ameboid lain untuk bergerak ke arah pusat agregat untuk membentuk suatu unit.
9) pada kondisi tertentu, sel ameboid dapat melakukan singami sehingga terbentuk zigot yang diploid (2n).
10) zigot yang diploid (2n) akan memakan sel ameboid lain dan tumbuh menjadi sel raksasa yang dilindungi dinding sel yang resisten. sel raksasa tersebut kemudian mengalami pembelahan secara meiosis dan beberapa kali mitosis sehingga menghasilkan sel-sel ameboid yang haploid (n) di dalamnya.
11) bila dinding sel raksasa pecah, maka sel ameboid baru yang haploid (n) akan keluar dan menjadi sel pemakan (misalnya memakan bakteri). sel-sel ameboid hasil reproduksi seksual juga dapat membentuk agregat bila di lingkungan tidak tersedia makanan yang memadai.