Jelaskan identitas atau ciri ciri umum bahasa indonesia yang membedakannya dengan bahasa lain!
unusername
- Bahasa Bersifat Abritrer Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan. Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu. - Bahasa Bersifat Produktif Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas. - Bahasa Bersifat Dinamis Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi. - Bahasa Bersifat Beragam Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi. - Bahasa Bersifat Manusiawi Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.
~Semoga membantu XD
2 votes Thanks 3
alvinskeunikan dan keajaiban adalah pembeda bahasa Indonesia dibandingkan bahasa yang lain.
Alasan pertama, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kaya akan pengembangan kata-katanya. Maksudnya, satu kata dapat dikembangkan menjadi sebuah frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Misalnya, kita ambil kosakata adil. Dari kata itu dapat dikembangkan menjadi kata berimbuhan, kata majemuk, dan kata ulang. Keadilan, berkeadilan, pengadilan, peradilan, diadili, teradili, dan mengadili, pengadil mewakili kata berimbuhan yang dikembangkan dari kata dasar adil. Dikembangkan menjadi sebuah frasa seperti sedang diadili, akan diadili, telah diadili, mungkin teradili, di peradilan, ke pengadilan, bisa diadili, pasti diadili. Dikembangkan menjadi kata majemuk seperti rumah keadilan, rumah adil, pengadilan tinggi, keadilan sosial. Dikembangkan menjadi kata ulang/reduplikasi seperti keadilan-keadilan, pengadilan-pengadilan. Sebagai perwakilan sebuah klausa, kita dapat melihatnya pada klausa dia sedang diadili, hari minggu di pengadilan, pergi ke pengadilan, pulang dari pengadilan. Sebagai perwakilan sebuah kalimat, kita dapat menemukannya pada bentuk kalimat Hakim sedang mengadili koruptor itu, Mereka sudah tiba di Pengadilan Jakarta, Mereka memberi keadilan bagi penduduk miskin itu. Sebagai perwakilan paragraf dan wacana, kita dapat menemukan kata-kata adilpada hasil karya tulisan berupa buku.
Alasan kedua, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang ajaib. Ajaib dari segi pembacaan kata-kata yang dapat dilafalkan dari awal huruf dan dari belakang huruf tanpa mengubah arti kata. Maksudnya, saat kata itu dilafalkan hurufnya dari kiri ke kanan secara berurut atau dari kanan ke kiri, makna kata itu tidak berubah. Keajaiban akan muncul bila kata itu minimal terdiri atas tiga huruf. Namun, dapat juga muncul melalui empat dan lima huruf. Pernyataan yang dimaksud seperti pada kata yang terdiri atas tiga huruf, misalnya kata ini, iri, isi, asa, aba, ala, ana, ama, aja ada, apa, dan bab. Kata yang terdiri atas empat huruf, misalnya kata taat. Kata yang terdiri atas lima huruf, misalnya kapak, kakak, tutut, katak, kodok, masam, makam, kikik, malam, level, kekek. Semua kata yang terdaftar itu tidak akan mengalami perubahan makna jika dilafalkan secara normal dari kiri ke kanan atau pun sebaliknya.
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan.
Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.
- Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.
- Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
- Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.
- Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.
~Semoga membantu XD
Alasan pertama, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kaya akan pengembangan kata-katanya. Maksudnya, satu kata dapat dikembangkan menjadi sebuah frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Misalnya, kita ambil kosakata adil. Dari kata itu dapat dikembangkan menjadi kata berimbuhan, kata majemuk, dan kata ulang. Keadilan, berkeadilan, pengadilan, peradilan, diadili, teradili, dan mengadili, pengadil mewakili kata berimbuhan yang dikembangkan dari kata dasar adil. Dikembangkan menjadi sebuah frasa seperti sedang diadili, akan diadili, telah diadili, mungkin teradili, di peradilan, ke pengadilan, bisa diadili, pasti diadili. Dikembangkan menjadi kata majemuk seperti rumah keadilan, rumah adil, pengadilan tinggi, keadilan sosial. Dikembangkan menjadi kata ulang/reduplikasi seperti keadilan-keadilan, pengadilan-pengadilan. Sebagai perwakilan sebuah klausa, kita dapat melihatnya pada klausa dia sedang diadili, hari minggu di pengadilan, pergi ke pengadilan, pulang dari pengadilan. Sebagai perwakilan sebuah kalimat, kita dapat menemukannya pada bentuk kalimat Hakim sedang mengadili koruptor itu, Mereka sudah tiba di Pengadilan Jakarta, Mereka memberi keadilan bagi penduduk miskin itu. Sebagai perwakilan paragraf dan wacana, kita dapat menemukan kata-kata adilpada hasil karya tulisan berupa buku.
Alasan kedua, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang ajaib. Ajaib dari segi pembacaan kata-kata yang dapat dilafalkan dari awal huruf dan dari belakang huruf tanpa mengubah arti kata. Maksudnya, saat kata itu dilafalkan hurufnya dari kiri ke kanan secara berurut atau dari kanan ke kiri, makna kata itu tidak berubah. Keajaiban akan muncul bila kata itu minimal terdiri atas tiga huruf. Namun, dapat juga muncul melalui empat dan lima huruf. Pernyataan yang dimaksud seperti pada kata yang terdiri atas tiga huruf, misalnya kata ini, iri, isi, asa, aba, ala, ana, ama, aja ada, apa, dan bab. Kata yang terdiri atas empat huruf, misalnya kata taat. Kata yang terdiri atas lima huruf, misalnya kapak, kakak, tutut, katak, kodok, masam, makam, kikik, malam, level, kekek. Semua kata yang terdaftar itu tidak akan mengalami perubahan makna jika dilafalkan secara normal dari kiri ke kanan atau pun sebaliknya.