pipinfijannati
Pada saat sebelum Perang Diponegoro meletus, terjadi kekalutan di Istana Yogyakarta. Ketegangan mulai timbul ketika Sultan Hamengku Buwono II memecat dan menggeser pegawai istana dan bupati-bupati yang dahulu dipilih oleh Sultan Hamengku Buwono I. Kekacauan dalam istana semakin besar ketika mulai ada campur tangan Belanda. Tindakan sewenang-wenang yang dilakukan Belanda menimbulkan kebencian rakyat. Kondisi ini memuncak menjadi perlawanan menentang Belanda.
Perang Diponegoro adalah perang yang terjadi selama lima tahun antara tahun 1825-1830. Perang ini disebut juga perang Jawa. Perang ini dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Awal mula terjadinya perang Diponegoro adalah karena Belanda memasang patok di tanah milik Pangeran Diponegoro di desa Tegalrejo.
Pada saat melawan Belanda, Pangeran Diponegoro menggunakan strategi perang gerilya dan memusatkan pertahanannya di Goa Selarong. Pada puncak peperangan, Belanda yang mulai kewalahan menghadapi peperangan mengerahkan lebih dari 23.000 orang serdadu. Dan melibatkan semua metode yang dikenal dalam sebuah perang modern.
Pada tahun 1827, Belanda menggunakan strategi benteng. Strategi yang digunakan oleh Belanda berhasil menangkap Kyai Maja kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Sentot Ali Basya menyerahkan diri kepada Belanda.
Pada tanggal 28 Maret 1830 Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Disana, Pangeran Diponegoro menyatakan bahwa ia menyerahkan diri dengan syarat sisa pasukannya di lepaskan. Lalu Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan di Manado kemudian di pindahkan di Makasar hingga wafatnya pada 8 Januari 1855. Perang pun dilanjutkan oleh puteranya yaitu Pangeran Joned, Ki Sudewo, Diponingrat, dan Diponegoro Anom.
Namun sayangnya usaha yang dilakukan puteranya bernasib tragis. Diponingrat dan Diponegoro Anom dibuang ke Ambon dan Ki Sudewo dan Pangeran Joned terbunuh saat peperangan. Dengan demikian, berakhirlah perang Diponegoro.
Perang Diponegoro adalah perang yang terjadi selama lima tahun antara tahun 1825-1830. Perang ini disebut juga perang Jawa. Perang ini dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Awal mula terjadinya perang Diponegoro adalah karena Belanda memasang patok di tanah milik Pangeran Diponegoro di desa Tegalrejo.
Pada saat melawan Belanda, Pangeran Diponegoro menggunakan strategi perang gerilya dan memusatkan pertahanannya di Goa Selarong. Pada puncak peperangan, Belanda yang mulai kewalahan menghadapi peperangan mengerahkan lebih dari 23.000 orang serdadu. Dan melibatkan semua metode yang dikenal dalam sebuah perang modern.Pada tahun 1827, Belanda menggunakan strategi benteng. Strategi yang digunakan oleh Belanda berhasil menangkap Kyai Maja kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Sentot Ali Basya menyerahkan diri kepada Belanda.
Pada tanggal 28 Maret 1830 Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Disana, Pangeran Diponegoro menyatakan bahwa ia menyerahkan diri dengan syarat sisa pasukannya di lepaskan. Lalu Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan di Manado kemudian di pindahkan di Makasar hingga wafatnya pada 8 Januari 1855. Perang pun dilanjutkan oleh puteranya yaitu Pangeran Joned, Ki Sudewo, Diponingrat, dan Diponegoro Anom.Namun sayangnya usaha yang dilakukan puteranya bernasib tragis. Diponingrat dan Diponegoro Anom dibuang ke Ambon dan Ki Sudewo dan Pangeran Joned terbunuh saat peperangan. Dengan demikian, berakhirlah perang Diponegoro.