Prosiding. Seminar Nasional dan Forum Komunikasi Industri Peternakan. Bogor, September 2013

Prosiding Seminar Nasional dan Forum Komunikasi Industri Peternakan Bogor, 18 – 19 September 2013

Seminar Nasional dan Forum Komunikasi Industri Pete

Autor Erlin Sudirman

18 downloads 393 Views 831KB Size

Data uploaded manual by user so if you have question learn more, including how to report content that you think infringes your intellectual property rights, here.

Report DMCA / Copyright

Transcript

Prosiding Seminar Nasional dan Forum Komunikasi Industri Peternakan Bogor, 18 – 19 September 2013

Seminar Nasional dan Forum Komunikasi Industri Peternakan dalam rangka Mendukung Kemandirian Daging dan Susu Nasional

Diselenggarakan Oleh : Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI i

Seminar Nasional dan Forum Komunikasi Industri Peternakan PROSIDING Kepala Editor: Ekayanti Mulyawati Kaiin

Tim Editor: Yopi Wien Kusharyoto Dwi Susilaningsih Asrul M. Fuad Judhi Rachmat Paskah Partogi Agung Wulansih Dwi Astuti Baharuddin Tappa Yantyati Widyastuti Puspita Lisdiyanti Syahruddin Said Ramlanto

Editor Teknis Muhamad Dzikri Anugerah Warda Tuharea

ISBN: 978-602-98275-4-5

Diterbitkan oleh :

PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA ii

Kata Pengantar Seminar Nasional dan Forum Komunikasi Industri Peternakan dalam rangka mendukung kemandirian daging dan susu nasional telah dilaksanakan pada bulan September 2013. Acara tersebut dihadiri oleh berbagai kalangan akademisi dari instansi penelitian, dinas/instansi pemerintah terkait dan perguruan tinggi serta praktisi dalam bidang peternakan. Seminar Nasional berlangsung selama 2 hari yang terdiri dari dua sesi yaitu sesi presentasi pemakalah undangan dan sesi pemakalah penunjang. Seminar ini telah menampilkan 9 (sembilan) makalah undangan dan 7 (tujuh) makalah Forkom, serta menampilkan 61 makalah penunjang dalam bentuk presentasi oral dan poster. Pemakalah undangan berasal dari Dirjen Peternakan dan Keswan, Bappenas, Staf Ahli Kemenristek, FKH IPB, Puslit Bioteknologi LIPI dan 3 perusahaan swasta yang bergerak di bidang peternakan. Pemakalah Forkom Peternakan berasal dari IPB, BALITNAK, UNHAS, UNPAD , UNAND dan Puslit Bioteknologi LIPI. Makalah penunjang yang dipresentasikan baik secara oral maupun poster meliputi bidang Reproduksi Ternak, Genetika Kuantitatif dan Molekuler, Pakan Ternak, Kesehatan Hewan, Teknologi Hasil Peternakan, Sosial Ekonomi Peternakan dan Manajemen Peternakan Terpadu. Peserta tercatat berasal dari Perguruan Tinggi, BATAN, BPPT, BALITNAK, BPTP termasuk dari Puslit Bioteknologi LIPI. Kiranya hasil-hasil penelitian yang telah dihimpun dalam Prosiding ini dapat menambah informasi pengetahuan yang terkait dalam bidang peternakan serta dengan Forum Komunikasi Industri Peternakan dapat menjadi sarana membangun kerjasama antar instansi dalam bidang peternakan.

Bogor, Desember 2013

Ketua Editor

iii

Kata Sambutan Puji syukur keharibaan Tuhan Yang Maha Esa, karena ridhoNya sehingga Seminar Nasional dan Forum Komunikasi Industri Peternakan dalam Rangka Mendukung Kemandirian Daging dan Susu Nasional dapat terlaksana. Seminar dan Forum Komunikasi ini bertujuan memperluas pengetahuan stakeholders mengenai pentingnya Good Breeding Practice dan penerapan teknologi peternakan, sharing informasi terkait kebijakan pembangunan peternakan dan hasil-hasil penelitian peternakan, dan penguatan Sistem Inovasi Nasional dan membuka kesempatan kerjasama riset peternakan. Pembangunan subsektor peternakan dihadapkan pada suatu tantangan bagaimana meningkatkan produktivitas peternakan. Upaya mengembangkan subsektor peternakan menjadi komoditas unggulan perlu ditunjang oleh kebijakan yang pro terhadap usaha peternakan dan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu mendorong terealisasinya usaha di bidang peternakan yang modern dan dikelola secara professional. Saat ini, Indonesia masih mengimpor daging sapi sebesar 30% dan susu 70% untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Importasi sapi, daging dan susu yang semakin besar akan meningkatkan ketergantungan dengan bangsa lain dan dapat mengancam kedaulatan pangan nasional. Salah satu aspek produksi yang menonjol dan memerlukan pemecahan dalam rangka memenuhi kebutuhan daging dan susu nasional adalah kurangnya ketersediaan bibit yang memenuhi persyaratan. Oleh karena itu program pembibitan merupakan segmen yang harus mendapatkan perhatian serius. Untuk memecahkan masalah perbibitan nasional perlu langkah atau program yang jelas meliputi pemetaan potensi dan komoditas, uji performans dan persilangan yang terarah. Melihat peluang yang ada seharusnya Indonesia melakukan penguatan internal dalam upaya mengurangi ketergantungan impor. Peningkatan produksi dan produktivitas ternak melalui penciptaan ternakternak unggul perlu dilakukan dalam rangka peningkatan populasi dan mutu genetik ternak. Aplikasi bioteknologi peternakan dan penerapan Good Farming Practice menjadi salah satu solusi yang perlu dipertimbangkan. Aplikasi ini sangat strategis dalam upaya pengembangan ternak sapi potong dan sapi perah nasional menuju swasembada daging dan susu. Bogor, 18 September 2013 Ketua Panitia, Dr. Ir. Syahruddin Said, M.Agr. Sc iv

KONSENTRASI ION CA2+ PREKOLOSTRUM INDUK KUDA MENJELANG PARTUS Laurentius Rumokoy, Sri Adiani, Santi Turangan, Wisje Lusia Toar, Ivonne Maria Untu Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi Kampus Bahu Kleak, 95115 Manado E-mail: [email protected]

ABSTRAK Kebutuhan nutrisi neonatus dari jenis ternak mamalia secara alamiah bersumber dari kolostrum. Prekolostrum merupakan substansi awal dari kolostrum yang disintesis sebelum individu neonatus dilahirkan. Materi nutrisi ini disintesis saat individu baru berada dalam uterus dan pada hari-hari menjelang kelahiran kandungan Ca2+ akan meningkat secara signifikan dibanding pada waktu-waktu sebelumnya. Perubahan konsentrasi ini dapat dijadikan sebagai parameter dalam penentuan momen parturisi dari ternak mamalia. Penentuan momen parturisi pada peternakan mamalia sangat penting diketahui untuk mengantisipasi penanganan ternak yang baru lahir secara tepat. Karena dengan mengetahui momen parturisi secara tepat maka persiapan berbagai hal yang dibutuhkan oleh induk maupun anaknya akan semakin terjamin dengan demikian mortalitas pada individu baru maupun induk akan dapat ditekan. Penelitian yang telah dilakukan pada ternak kuda menyangkut level Ca2+ prekolostrum, dengan menggunakan metoda semi kuantitatif menggunakan pita reaktif dikelompokkan dalam berbagai tingkatan yaitu 0 hingga 4 „kotak‟ reaksi. Hasil menunjukkan bahwa pada nol sampai satu hari mendahului parturisi, prekolostrum mensekresi Ca2+ pada level 4 Ca2+ yaitu sebesar 87% dibanding level Ca2+ yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa dengan metode ini dapat digunakan untuk menentukan momen parturisi dari ternak kuda. Kata kunci: Prekolostrum, nutrisi neonatus, Ca2+, momen parturisi.

PENDAHULUAN Prekolostrum merupakan substansi awal yang akan menjadi kolostrum sebagai sumber makanan ternak mamalia. Mineral Kalsium dan magnesium pada cairan prekolostrum secara esensial terdapat dalam ion bebas dan dalam bentuk kompleks pada caseine, fosfat dan sitrat. Mineral alcalino-terreux sperti kalium, magnesium, dan kalsium dalam sekresi mamae pada akhir masa gestasi terlihat perbedaannya

130

dan dapat dianalisa dengan menggunakan berbagai teknik analisa seperti absorbsi-atomik (Grongnet, 1996). Kandungan nutrisi dari sekresi mamae induk menjadi salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan individu yang baru dilahirkan (Karren et al., 2008) Analisis kandungan prekolostrum sering digunakan sebagai parameter penentuan momen kelahiran, namun analisis laboratorium yang digunakan umumnya membutuhkan peralatan dan biaya yang cukup mahal. Artikel ini mempresentasi sekresi ion Ca2+ dari cairan prekolostrum

sebagai

fungsi

sekretoris

jaringan

mamae

untuk

menunjukkan momen kelahiran dengan menggunakan metode semi kuantitatif. Sekresi Ca2+ dalam prekolostrum dapat ditemukan pada akhir masa gestasi. Pembentukan prekolostrum ini tejadi saat induk memasuki masa prepartus sebagai suatu tahapan awal dari pembentukan susu. Pembentukan susu secara teoritik mulai muncul pada saat plasenta mulai terlepas dari rahim (Awad, 2007). Perubahan secara kronologis pada aspek makroskopik dari sekresi ambing induk-induk kuda pada masa kelahiran dapat dilakukan dengan memperhatikan warna sekresi prekolostrum menjelang waktu kelahiran. Selain itu perlu dikembangkan parameter kimiawi dari sekresi prekolostrum untuk dapat dijadikan ukuran dalam penentuan waktu kelahiran (Thorson, 2010), seperti level ion Ca2+ dalam sekresi prekolostrum, hal ini perlu juga dibedakan dengan kandungan sekresi kolostrum yang terjadi setelah kelahiran (Peaker, 1989). Suatu studi pada kuda induk yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada suatu variasi nilai konsentrasi kalsium dan natrium yang signifikan dalam sekresi lactose pada saat tiga sampai 5 minggu sebelum kelahiran anak kuda. Kandungan rata-rata dari mineral tersebut naik hingga 134 mmol/L untuk natrium dan 8 mmol/L untuk kalsium. Kemudian antara 9 hari prepartus dan kelahiran anak kuda, natrium turun dan menetap hingga pada konsentrasi di bawah 30 mmol/L, sedangkan kalsium naik mencapai di atas 10 mmol/L, sebagaimana dilaporkan (Case 131

et al., 2007). Suatu studi yang dikerjakan pada kuda ukuran sedang (pur sang), dengan melakukan pengujian kandungan kimia dari cairan prekolostrum yang dilakukan setiap hari selama tiga minggu sebelum beranak,

mengkonfirmasi perubahan

kalsium

yang

berada

pada

konsentrasi 2–18 mmol/L. Magnesium juga sepertinya mengalami perubahan konsentrasi dari 3–13 mmol/L. Pada hari kelahiran anak kuda, nilai rata-rata konsentrasi kalsium dalam prekolostrum kuda adalah sekitar 10 mmol/L. Setelah kelahiran terjadi, konsentrasi kalsium menurun tajam lagi dalam 12 jam ke depan kemudian akan naik kembali hingga angka maksimum pada delapan hari setelah kebuntingan berakhir. Magnesium memiliki perubahan yang mirip dengan kalsium, konsentrasi tertinggi pada saat kelahiran dan menurun selama

masa

laktasi (Awad, 2007).

MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di daerah Minahasa, khususnya di Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara. Ternak kuda yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah kuda ras campuran yang dipelihara secara tradisional. Observasi kandungan Ca+ dilakukan langsung di lapangan dengan metode semi kuantitatif menurut Leadon et al., (1994). Peralatan yang digunakan dalam observasi di lapangan antara lain tube plastik white type 1,5 ml, pita reaktif semi kuantitatif Merckoquant 1.100046, refraktometer genggam. Prosedur penelitian diawali dengan pengambilan sampel prekolostrum. Sekresi prekolostrum diambil setiap pagi dengan cara memerah puting hewan-hewan penelitian. Ambing terlebih

dahulu

didesinfeksi

dengan

menggunakan

alkohol 70%.

Pengambilan prekolostrum dilakukan secara hati-hati agar menghindari kemungkinan kecelakaan misalnya 'sepakan' induk kuda. Sebelum pengambilan cairan prekolostrum induk-induk kuda 'dibelai' terlebih dahulu untuk menghindari agar induk kuda tersebut tidak terkejut pada saat pengambilan prekolostrum. Jika terdapat induk-induk yang tidak 132

menyukai

pengambilan

prekolostrum

maka

kami

menerapkan

penggunaan trunk, yaitu tongkat kecil yang dilengkapi tali pada bagian ujung dan dililitkan pada ujung hidung kuda untuk mengontrol kuda yang agresif. Sekresi prekolostrum dari masing-masing induk dikumpulkan sebanyak 3 ml dalam tabung dan dimasukkan dalam wadah tertutup pada suhu kamar, dan menghindari sinar matahari langsung serta kontaminasi dengan materi lingkungan. Setelah itu dianalisa dilapangan dengan menggunakan teknik semi kuantitatif

yang berasal dari

Merckoquant. Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis konsentrasi Ca2+. Pada tahap ini dikerjakan dengan hati-hati agar tidak terkontaminasi dengan materi lain yang bisa mempengaruhi pengukuran. Untuk itu Pengenceran cairan prekolostrum menggunakan aquadestilata, dengan menambahkan sebanyak 3 ml air ke dalam 0.5 ml sekresi prekolostrum lalu diaduk, sesudah itu dilakukan pengujian pewarnaan pita reaktif untuk mengetahui tingkat konsentrasi mineral alkalino-terreux.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan waktu partus menurut tingkat Ca2+ yang terdapat dalam cairan prekolostrum ditampilkan pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Persentasi waktu kelahiran menurut konsentrasi. Hari (j) Menjelang Partus Level 2+ Ca 6-7j 5-6j 4-5j 3-4j 2-3j 1-2j

0-1j

0

9

0

0

0

0

0

0

0.5 1

7 9

0 4

0 2

0 1

0 0

0 0

0 0

1.5

12

5

7

9

0

0

0

2

10

9

12

8

10

0

0

2.5

10

24

18

13

9

8

1

3

18

19

11

23

16

7

5

3.5 4

11 14

20 19

25 25

17 29

18 47

6 79

7 87

133

Pemantauan perubahan konsentrasi ion alkalino terreux pada sekresi ambing disajikan pada Gambar 1 di bawah ini mengindikasikan momen parturisi ternak kuda. Perkembangan Level Ion Ca2+ Dalam Sekresi Prekolostrum Menjelang Parturisi

Induk Kuda

100%

14

80%

19

25

29

47

60%

79

87

1-2j

0-1j

40%

20% 0% 6-7j

5-6j

4-5j

3-4j

2-3j

4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0

Gambar 10. Sekresi IonPrapartus Ca2+ Dalam Prekolostrum Gambar 1. Perkembangan kalsium dalam sekresi prekolostrum.

Pengelompokan hasil pengujian prekolostrum menurut hari mendahului partus dilukiskan dalam Gambar 1 di atas. Sebanyak 87% dari induk-induk memiliki pengujian pita reaktif > 4 kotak positif dalam 0-24 jam mendahului partus. Ada 14% memiliki konsentrasi ion Ca2+ pada > 4 kotak positif selama 6 hari mendahului hari kelahiran. Menjelang 0-1j saat kelahiran ada 7% yang mengandung konsentrasi ion kalsium pada level 3.5 kotak dan 5% berada pada 3 kotak. Perkembangan konsentrasi Ca2+ ini sangat bervariasi (DataMannan et al., 2007), kalsium dalam prekolostrum selain dalam bentuk ion-ion bebas juga dalam bentuk kompleks sebagaimana yang terdapat dalam casein, fosfat dan sitrat. Nilai 4 kotak yang ditampilkan dalam Gambar 3. di bawah ini ekuivalen dengan kandungan Ca2+ dalam prekolostrum sebesar tH4

134

= > 25.0°e

dimana 1°e = 0.14 mmol.L-1 ion kalsium atau sekitar 3.5 mmol L -1 prekolostrum,

Gambar 2.

Saat partus terdeteksi melalui pengukuran level konsentrasi ion ca2+ kuda induk.

Pemantauan perubahan konsentrasi ion kalsium pada sekresi ambing ditunjukkan pada Gambar 3 yang mengindikasikan momen parturisi ternak kuda yang diamati. Pada saat 7 hari mendahului kelahiran masih didominasi kolorasi tingkat 3 (18%). Ditemukan sekitar 14 % indukinduk yang prekolostrumnya mencapai 178.6 mg Ca2+./L. Reaksi pada tingkat ini sangat menonjol pada hari-hari terakhir menjelang partus: yaitu 47% pada 2-3 hari terakhir, ada 79 % pada 1-2 hari terakhir menjelang kelahiran dan 87% 4 kotak pewarnaan pada hari terakhir menjelang kelahiran.

Induk Kuda

mg Ca2+.L-1 Precolostrum 100 80 60 40 20 0 22

29

36

52

71

86

107 142 178,6

6-7j 5-6j 4-5j 3-4j 2-3j 1-2j 0-1j

Level Ca2+

Gambar 3. Perkembangan jaringan ambing induk pada akhir masa gestasi. 135

Jika prekolostrum telah mencapai konsentrasi 3.5 mmol L -1 akan menjadi parameter bahwa 87% kemungkinan akan terjadi kelahiran dalam 24 jam ke depan. Sekresi ion Ca 2+ pada level 2.63 mmol Ca2+ L-1 prekolostrum (21%) menunjukkan, bahwa kemungkinan kelahiran akan terjadi 3-4 hari lagi. Konsentrasi ion kalsium dalam sekresi prekolostrum seperti yang terlihat di atas dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti faktor makanan, umur, kondisi kesehatan (Cavinder et al., 2012). Dilihat dari mekanisme hormonal, faktor-faktor tersebut berdampak pada tingkat konsentrasi ion-ion bebas pada substansi prekolostrum terutama menjelang kelahiran. Level tH4 = > 25.0°e (178.6 mg Ca 2+.L-1 prekolostrum) dapat menjadi petunjuk untuk menentukan masa kelahiran induk kuda sehingga koleksi kolostrum yang akan menjadi petunjuka pada penelitian lanjutan dalam mengkaji sintesis antibodi IgG yang akan menjadi bahan biofarmakoterapi industri untuk transfer pasif antibodi terhadap mortalitas kambing neonatus, termasuk pula dalam memenuhi kalsium untuk pertumbuhan tulang (Cao & Nielsen, 2010). Hasil penelitian ini dapat diaplikasi dalam penentuan hari kelahiran induk kuda menggantikan metode yang hingga saat ini didasarkan pada palpasi (Bulla et al., 2004) bahkan dapat juga diarahkan untuk penentuan saat kelahiran mamalia yang lain termasuk manusia. Hal ini sangat penting dalam mengantisipasi berbagai kasus pada proses kelahiran, seperti kasus distosia, hipoksia dan lain sebagainya. Sekitar 14 % induk-induk yang mencapai 4 kotak reaksi kolorasi dengan pita-reaktif pada saat tersebut. Reaksi pada tingkat ini sangat menonjol pada harihari terakhir menjelang partus: yaitu 47% pada 2-3 hari terakhir, ada 79 % pada 1-2 hari terakhir menjelang kelahiran dan 87 % adalah 4 kotak pewarnaan pada hari terakhir menjelang kelahiran atau dalam 0-24 jam mendahului partus yang memiliki kandungan alsium setara dengan 25°e dimana 1°e = 0.14 mmol. 7% mencapai level 3.5 kotak positif. 14% memiliki konsentrasi ion Ca2+ pada > 4 kotak positif selama 1 minggu mendahului saat kelahiran. Menjelang 0-1j saat kelahiran ada 8% yang 136

mengandung konsentrasi ion Ca pada level 3.5 kotak dan 10% berada pada 3 kotak. Perkembangan konsentrasi di atas menjadi sangat bervariasi karena menurut Datta-Mannan et al. (2007), kalsium secara esensial terdapat dalam bentuk ion-ion bebas dalam sekresi prekolostrum tetapi juga dalam bentuk kompleks sebagaimana yang terdapat dalam kasein, fosfat dan sitrat. Nilai 4 kotak yang ditampilkan dalam Gambar 11 adalah ekuivalen dengan kandungan Ca 2+ dalam prekolostrum sebesar tH4 = > 25.0°e dimana 1°e = 0.14 mmol.L ion kalsium atau sekitar 3.5 mmol L -1 prekolostrum, maka dapat dikatakan bahwa jika prekolostrum telah mencapai konsentrasi 3.5 mmol L -1 akan menjadi parameter bahwa ada 87% kelahiran terjadi dalam 24 jam ke depan. Sekresi ion Ca 2+ pada level 3 kotak atau 2.63 mmol Ca 2+ L-1 prekolostrum mencapai 21% dari reakso kolorasi kelahiran akan terjadi 3-4 hari lagi.

KESIMPULAN DAN SARAN Sebagian besar induk kuda ras lokal (87%) akan segera mengalami partus dalam 1 hari ke depan, jika prekolostrumnya mencapai konsentrasi 178 mg Ca2+/L. Penerapan penggunaan hasil penelitian ini dapat diterapkan pada peternakan kuda lokal agar dapat membantu dalam mengatasi permasalahan penentuan momen parturisi yang sering dialami pada pemeliharaan secara tradisional. Hal ini akan dapat mendukung upaya pengembangan peternakan kuda lokal.

DAFTAR PUSTAKA Awad M.E.W. 2007. Reconnaitre les signe d‟appel de pathologie neonatal. These. Universite Claude-Bernard. Lyon. France. Bulla R., Fischetti F., Bossi F., and Tedesco F. 2004. Feto-maternal immune interaction at the placental level. Lupus, vol.13 No 9, 625-629 (2004). Cao J.J. and F.H. Nielsen. 2010. Acid diet (high-meat protein) effects on calcium metabolism and bone health. Curr Opin Clin Nutr Metab Care. 2010 Nov;13(6):698-702. Case R.M., Eisner D., Gurney A., Jones O., Muallemd S. and A. Verkhratsky. 2007. Evolution of calcium homeostasis: From birth of the first cell to an omnipresent signalling sistem. Cell Calcium 42 : 345–350.

137

Cavinder C.A., S.A. Burns, J.A. Coverdale, C.J. Hammer, Holub G, and K. Hinrichs. 2012. Late gestational nutrition of the mare and potential effects on endocrine profiles and adrenal function of the offspring. Professional Animal Scientist June 2012 vol. 28 no. 3 344-350. Datta-Mannan D., Witcher D. R., Tang Y., Watkins J., and V. J. Wroblewski. 2007. Monoclonal Antibody Clearance: Impact Of Modulating the Interaction of IgG With the Neonatal Fc Receptor. J. Biol. Chem., January 282(3): 1709 - 1717. Karren B.J., J.F. Thorson, C.A. Cavinder, C.J. Hammer and J.A. Coverdale. Effect of selenium supplementation and plane of nutrition on mares and their foals: Selenium concentrations and glutathione peroxidase. J. Anim. Sci. March 2010 88:991-997. Leadon D.P., Jefcott L.B., and Rossdale P.D. 1994. Mammary secretions in normal spontaneous and induced premature parturition in the mare. Eq vet J. 16:256-259. Grongnet J.F. 1996. Quelques aspects de l‟adaptation du ruminant nouveau-ne a la vie aerienne. These de Doctorat, ENSAR, 275 p. Peaker M.. 1989. Ion and water transport in the mammary gland. In Lactation. Vol. 4, NewYork. Academic Press, Ed. B.L. Larson. Thorson J.F., B.J. Karren., M.L. Bauer., C.A. Cavinder., J.A. Coverdale and C.J. Hammer. 2010. Effect of selenium supplementation and plane of nutrition on mares and their foals: Foaling data. J. Anim. Sci. March 2010 vol. 88 no. 3 982-990

138

Life Enjoy

" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.