Pengaruh Program Diabetes Self-Management Education Terhadap Manajemen Diri Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371

Rahmawati, Tahlil, Syahrul

Pengaruh Program Diabetes Self-Management Education Terhadap Manajemen

Autor Ratna Hartanto

22 downloads 954 Views 525KB Size

Data uploaded manual by user so if you have question learn more, including how to report content that you think infringes your intellectual property rights, here.

Report DMCA / Copyright

Transcript

Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371

Rahmawati, Tahlil, Syahrul

Pengaruh Program Diabetes Self-Management Education Terhadap Manajemen Diri Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Effects of Diabetes Self-Management Education Program on Self-Management in Patients with Diabetes Mellitus Type 2 Rahmawati¹, Teuku Tahlil1, Syahrul2 ¹Magister Keperawatan, Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 3 Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Abstrak Diabetes Self-Management Education (DSME) merupakan salah satu metode pengelolaan diabetes secara berkelajutan dengan memfasilitasi pengetahuan, dan ketrampilan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh DSME terhadap manajemen diri penderita DM tipe 2. Penelitian quasi-experimental design ini menggunakan pendekatan pre and post test non equivalent gruop design. Sampel terdiridari 66 responden yang dipilih secara purposive sampling (33 responden kelompok intervensi dan 33 responden kelompok kontrol). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden adalah perempuan (72.7% kelompok intervensi dan 69.7% kelompok kontrol), berusia 36-45 tahun (78.8% kelompok intervensi dan 87.9% kelompok kontol).Analisis hasil penelitian juga menunjukkan DSME berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan (p=0.000), peningkatan pola makan (p=0.000), peningkatan latihan fisik (p=0.001), peningkatan terapi farmakologis (p=0.000) dan peningkatan monitoring guladarah (p=0.000) pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Trienggadeng Kecematan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya. Berdasarkan hasi lpenelitian ini dapat disimpulkan bahwa DSME dapat bermanfaat bagi pasien DM tipe 2 untuk mengontrol dan mengelola penyakit yang dialaminya. . Kata Kunci : DSME, Pengetahuan, Pola Makan, Latihan Fisik, Monitoring Gula Darah, Terapi Farmakologis

Abstract

Abstract Diabetes Self-Management Education (DSME) is a method of managing diabetes continuously by facilitating knowledge and skills. The purpose of this study was to find out the effect of DSME on self-management in patients with DM type 2. This study used quasi-experimental design with pre and posttest nonequivalent group design approach. The sample consisted of 66 respondents selected with purposive sampling technique (33 respondents for intervention group and 33 respondents for control group). The result of the study showed that the majority of respondents were female (72.7% for intervention group and 69.7% for control group), and 36-45 years old (78.8% for intervention group and 87.9% for control group). The analysis of the result of study showed that DSME affected the increasing of knowledge (P=0.000), dietary habit (P=0.000), physical exercise (P=0.001), pharmacologic therapy (P=0.000), and blood sugar monitoring (P=0.000) in the patients with DM type 2 in Trienggadeng Community Health Center of Trienggadeng Sub-district of Pidie Jaya Regency. Based on the result of this study, it can be concluded that DSME is beneficial for patients with DM type 2 to control and manage their disease. Keywords : DSME, Knowledge, Dieatary Habit, Physical Exercise, Blood Sugar Monitoring, Pharmacologic Therapy

Korespondensi: * Rahmawati, Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala, 46 Darussalam, Banda Aceh, Email: [email protected]

Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371

Rahmawati, Tahlil, Syahrul

Latar Belakang

daerah geografis (Girsang, 2012). Tandra (2014) menyebutkan bahwa sekarang ada

Saat ini penyakit Diabetes Mellitus (DM) atau

sekitar

yang dikenal di masyarakat sebagai penyakit

diabetes) dengan angka kejadian naik 3

kencing manis semakin banyak dijumpai

persen atau 7 juta orang setiap tahun. Pada

pada penduduk di dunia (Fransisca, 2012).

Tahun

DM merupakan penyakit metabolik dengan

diperkirakan akan mencapai sekitar 350 juta

karakteristik

orang

hiperglikemia

yang

terjadi

230

2025

di

juta

diabetesi

jumlah

dunia

(penderita

penderita

(Fransisca,

DM

2012).

karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Diperkirakan lebih dari setengah penderita

atau

DM berada di Asia, terutama di India, Cina,

kedua-duanya

(American

Diabetes

Association [ADA] 2006). DM tipe 2 ditandai dengan

metabolisme

karbohidrat,

abnormal

pada

lemak,

dan

protein,

Pakistan, dan Indonesia (Tandra, 2014). Di Indonesia, jumlah penderita DM terus mengalami peningkatan, dari 8,4 juta orang

peningkatan kadar gula darah (Persatuan

pada Tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta

Endokrinologi Indonesia [PERKINI], 2011).

pada tahun 2030 (Girsang, 2012). Data dari

Seseorang dikatakan menderita DM tipe 2

Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan

jika memiliki kadar gula darah puasa >126

bahwa tingkat prevalensi DM adalah 14,7

mg/dl dan gula darah acak >200 mg/dl disertai polyuria,

dengan

keluhan

polydipsia,

persen untuk daerah urban dan 7,2 persen

klasik berupa polifagia,

untuk daerah rural (Girsang, 2012). Fransisca

dan

(2012) memprediksikan bahwa pada tahun

penurunan berat badan yang tidak dapat

2030 nanti akan ada 12 juta penyandang

dijelaskan sebabnya (PERKINI, 2011). ).

diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di DM merupakan salah satu penyakit kronis

daerah rural.

dengan angka kejadian yang tinggi dan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007

merupakan masalah yang sangat serius dan

menunjukkan angka prevalensi diabetes

cenderung menakutkan bagi masyarakat

mellitus tertinggi di Indonesia terdapat di

(Fransisca, 2012). Angka kejadian penyakit

provinsi Kalimantan Barat dan Maluku Utara

DM terus meningkat dari tahun ke tahun dan

(masing-masing 11,1 persen), diikuti Riau

distribusi penyakitnya juga menyebar pada semua

tingkatan

masyarakat

(10,4 persen) dan

tanpa

NAD

(8,5 persen).

Diperkirakan juga proporsi kematian akibat

membedakan status sosial, ekonomi, ras dan

DM pada kelompok usia 45-54 tahun di 47

Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371

Rahmawati, Tahlil, Syahrul

daerah perkotaan menduduki ranking ke-2

Manajemen diri DM yang efektif diperoleh

yaitu 14,7%, dan ranking ke-6

didaerah

jika individu memiliki pengetahuan dan

(Riskesdas, 2007).

ketrampilan untuk melakukan pengelolaan

perdesaan yaitu 5.8%

Angka prevalensi DM untuk wilayah Pidie

DM

Jaya diperkirakan akan meningkat sebesar

manajemen diri membutuhkan

3.1% dari tahun 2013 sampai 2014. Laporan

aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Untuk

rekap Penyakit Tidak Menular (PTM) dari

mencapai keberhasilan pengelolaan DM,

Puskesmas Trienggadeng mengatakan angka

dibutuhkan penanganan DM secara mandiri

kunjungan

dan berkelanjutan atau yang dikenal sebagai

pasien

DM

ke

Puskesmas

secara

mandiri.

Self

Keberhasilan

Management

partisipasi

Kecamatan Trienggadeng pada Tahun 2013

Diabetes

berjumlah 370 orang (Dinas Kesehatan Pidie

(DSME) yang meliputi pemahaman tentang

Jaya, 2014)

penyakit

DM,

makna

dan

Education

perlunya

pengendalian dan pemantauan DM, penyulit DM juga akan memberikan dampak yang signifikan

terhadap

penurunan

DM, intervensi

kualitas

yang dihadapi, cara mengembangkan system

kesehatan (Fransisca, 2012). Parmet (2004)

pendukung dan mengajarkan ketrampilan,

melaporkan bahwa penderita DM akan

serta

beresiko mengalami komplikasi penyakit koroner,

hipertensi,

non-

farmakologis, hipoglikemi, masalah khusus

sumber daya manusia dan peningkatan biaya

jantung

farmakologis dan

cara

mempergunakan

fasilitas

perawatan kesehatan yang ada (Funnel,

dan

Brown, Childs, Haas, Hosey, dkk, 2010).

peningkatan konsentrasi kolesterol. Untuk itu, PERKINI (2001)

mengaris

bahwahi

Penanganan

DM

secara

mandiri

dan

perlunya pendidikan pengelolaan diri untuk

berkelanjutan yang terdapat didalam DSME,

penderita DM guna mencegah komplikasi

merupakan

akut dan jangka panjang. Penderita

DM

kesehatan yang tidak hanya melibatkan

membutuhkan perawatan yang kompleks

pengetahuan dan ketrampilan, tetapi juga

dan

konseling psikologis jika diperlukan untuk

berkelanjutan,

pendidikan

kesehatan

yang

mencakup

(edukasi),

bagian

dari

pendidikan

diet

memfasilitasi gaya hidup (Poretsky, 2010).

(rencana makanan), latihan fisik (exercise),

DSME menggunakan pedoman konseling dan

dan pengobatan (Misnadiarly, 2006)

intervensi

perilaku untuk meningkatkan

pengetahuan Manajemen diri merupakan kunci dalam

mengenai

diabetes

dan

meningkatkan keterampilan individu dan

penatalaksanaan penyakit kronis secara

keluarga dalam mengelola penyakit DM

komprehensif (Atak, Tanju & Kenan, 2010). 48

Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371

Rahmawati, Tahlil, Syahrul

(Jack, Liburd, Spencer & Airhihenbuwa.

Metode

2004). Pendekatan pendidikan kesehatan Desain penelitian adalah quasi eksperiment

dengan metode DSME tidak hanya sekedar menggunakan

metode

penyuluhan

dengan

baik

berkembang

dengan

di

mendorong

Trienggadeng

Kecamatan

9

September 2015. Populasi dalam penelitian

Metode ini diperlukan pada penderita

ini adalah seluruh pasien penderita DM tipe 2

diabetes sejak metode tradisional yang

yang berobat ke Puskesmas Trienggadeng

menempatkan pasien pada peran pasif tidak untuk

Puskesmas

tanggal 10 Agustus sampai dengan

keluarganya (Glasgow & Anderson, 2001).

memadai

non

Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya pada

partisipasi dan kerjasama diabetesi dan

lagi

pretest-posttest

equivalent group design. Penelitian dilakukan

langsung maupun tidak langsung namun telah

rancangan

Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie

menangkap

Jaya sebanyak 204 orang. Teknik sampel

kompleksitas dari perawatan dan sifat

dengan purposive sampling, yang memenuhi

penyakit yang tidak hanya membutuhkan

kriteria berjumlah 66 orang dan ini dibagi dua

tenaga kesehatan tetapi juga diperlukan

kelompok yaitu 33 responden kelompok

peran aktif pasien dalam perawatan (Funnel

intervensi, dan 33 responden kelompok

& Anderson, 2005).

kontrol. Instrumen penelitian menggunakan Penelitian DSME yang sudah dilakukan

kuesioner yang dirancang oleh peneliti yang

menunjukkan

telah diuji validitas dan reliabilitas.

bahwa

DSME

dapat

menurunkan angka insiden DM sampai 58% Metode pengumpulan data dilakukan dalam

(ADA, 2010). Penelitian DSME lainnya yang dilakukan

oleh

Balagopal,

beberapa tahapan. Pretest diberikan pada

Kamalamma,

kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Patel, dan Misra (2008) di desa Tamilnadu

yang dilaksanakan satu minggu sebelum

India pada 703 responden yang memiliki

intervensi yaitu pada waktu dan tempat yang

faktor risiko DM dan telah didiagnosa

berbeda. Intervensi DSME dilaksanakan pada

dengan DM menunjukkan bahwa program DSME

dapat

menurunkan

KGD

tanggal 20 Agustus- 2 September 2015 di Aula

puasa

Puskesmas

sebanyak 11% pada dewasa pradiabetes,

Trienggadeng

Kecamatan

Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya oleh

17% pada remaja pradiabetes, dan 25%

peneliti dibantu 5 enumerator. Intervensi

pada pasien dewasa dengan DM tipe 2.

DSME diberikan seminggu 2 kali dengan durasi waktu setiap pertemuan (1 sesi) 45 menit dengan penyajian materi menggunakan 49

Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371

Rahmawati, Tahlil, Syahrul

proyektor dan pada saat selesai intervensi

klien

setiap responden diberikan leaflet. DSME

menggunakan uji chi square dan juga

terdiri dari 6 sesi yaitu:

melakukan uji normalitas data menggunakan

Sesi 1 dan 2 yaitu intervensi penyuluhan

uji Kolmogrov Smirnov. Analisis bivariat

kesehatan tentang penyakit DM tipe 2 yang

menggunakan non parametrik wilcoxon rank

dilaksanakan selama 2 hari (2x45 menit) oleh

test untuk melihat perbedaan antara pre test

peneliti. Metode penyajiannya dengan tanya

dengan post test didalam kelompok itu

jawab, diskusi dan pemutaran vidio tentang

sendiri dan juga untuk melihat perbedaan

mekanisme penyakit DM tipe 2, Sesi 3 yaitu

antar kelompok menggunakan uji mann

intervensi penyuluhan kesehatan tentang

whitney.

pengaturan pola makan penderita DM tipe 2 oleh

peneliti.

Sesi

4

yaitu

sebelum

intervensi

dengan

Hasil

intervensi

penyuluhan kesehatan tentang latihan fisik

Gambaran karakteristik responden penelitian

pada penderita DM tipe 2. Sesi 5 yaitu

ditunjukkan dalam Tabel 1.

intervensi penyuluhan kesehatan tentang

menunjukkan

monitoring kadar gula darah penderita DM

intervensi sangat banyak responden berumur

tipe 2 dan melakukan cek gula darah mandiri

antara 36-45 tahun (78.8%), perempuan

oleh

(72.7%), lama menderita DM tipe 2 satu

peneliti.

penyuluhan

Sesi

6

kesehatan

yaitu

intervensi

tentang

bahwa

Tabel 1

pada

kelompok

terapi

sampai lima tahun (72.7%), dan sangat

farmakologis oleh peneliti. Post test dilakukan

banyak responden melakukan pemeriksaan

pada kelompok

sendiri

kontrol dan intervensi

(90.9%)

dengan

frekuensi

dengan menggunakan soal yang sama dengan

pemeriksaan satu kali sampai dua kali

pretest.

minggu

perbulan (72.7%). Kebanyakan responden

setelah intervensi yaitu pada waktu dan

juga mendapatkan terapi medis/minum obat

tempat yang berbeda.

(66.7%), dan mempunyai penyakit penyerta

Postets

dilakukan

satu

(57.6%) responden

Analisis data meliputi analisis univariat dan

maka

dilakukan

tingkat

kebanyakan

pendidikan

rendah

(63.6%).

Sedangkan pada kelompok kontrol, sangat

analisis bivariat. Sebelum analisis bivariat dilakasanakan

dengan

banyak responden berumur 36-45 tahun

terlebih

(87.9%),

dahulu uji kesetaraan antara kelompok

lama menderita DM tipe 2 satu

sampai lima tahun (78.8%), dan melakukan

intervensi dan kelompok kontrol untuk

pemeriksaan sendiri (84.8%).

mengidentifikasi varian variabel karaktersitik 50

Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371

Rahmawati, Tahlil, Syahrul

Tabel 1. Karakteristik Responden DM Tipe 2 antara Kelompok Intervensi dan Kontrol (n = 66) Karakteristik

Jumlah Intervensi Kontrol F % F %

Usia 1. 26-35 Tahun

7

21.2

4 12.1

2. 36-45 Tahun

26

78.8

29 87.9

Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan

9 24

Tingkat Pendidikan 1. Rendah 21 2. Menengah 12 3. Tinggi 0

27.3 72.7

10 30.3 23 69.7

Pengaruh DSME Terhadap Manajemen Diri Penderita DM Tipe 2 ditunjukkan pada Tabel 2.

Total P value

11 55

19 47

Tabe 2. Pengaruh DSME Terhadap Manajemen Diri Penderita DM Tipe 2 Di Puskesmas Trienggadeng (n=66)

0.50 9

1.000

Waktu Test

Pretest Postest 63.6 36,4 0

23 8 2

69.7 24.2 6.1

44 20 2

Kelompok Intervensi Kontrol (Mean, ±SD) (Mean, ±SD)

P value

19.878, ±4.702 27.363, ±4.567

0.877 0.000

19.424, ±4.416 19.939, ±5.098

0.236

Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan Lama Menderita DM 24 1. 1-5 tahun 7 2. 6-10 2 tahun 3. > 10 tahun

72.7 21.2 6.1

26 5 2

78.8 15.2 6.1

50 12 4

bahwa nilai mean pretest pada kelompok 0.813

intervensi (19.878) dan kelompok kontrol (19.424) secara sttistik tidak ada perbedaan yang signifikan (p value 0,877). Sedangkan

Terapi Medis 1. Obat Minum 2. Obat injeksi 3. Tidak ada

22 7 4

Penyakit Penyerta 1. Ada 2. Tidak ada

19 14

Pemeriksaan Sendiri 1. Ada 2. Tidak ada Frekuensi Pemeriksaan 1. Tidak ada 2. 1-2 kali per bulan 3. > 2 kali per bulan

66.7 21.2 12.1

11 17 5

33.3 51.5 15.2

33 24 9

nilai mean postest pada kelompok intervensi 0.019

(27.363) dan pada kelompok kontrol (19.939) secara signifikan berbeda (p value 0.000). oleh

57.6 42.4

12 21

36.4 63.6

31 35

karena itu, ada pengaruh DSME terhadap

0.139

kemampuan pelaksanaan manajemen diri penderita DM tipe 2 (H0 ditolak).

30 3

90.9 9.1

28 5

84.8 15.2

58 8

3 24 6

9.1 72.7 18.2

5 22 6

15.2 66.7 18.2

8 46 12

0.706

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 0.746

pengaruh DSME terhadap manajmen diri pasien DM tipe 2, hasil analisis didapatkan P valeu post test 0.000 artinya ada pengaruh yang

51

sangat

signifikan

responden.

DSME

manajemen

diri

dapat

DSME

pada

meningkatkan

responden

mengenai

Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371

Rahmawati, Tahlil, Syahrul

DM Tipe 2.

terjadi kenaikan kadar gula darah akibat resistensi insulin yang disebabkan karena

Hasil penelitian juga didapatkan kategori usia

menurunnya aktifitas, perubahan pola makan

mayoritas berusia 36-45 tahun, dengan usia

dan penurunan fungsi neurohormonal. Hasil

36-45 tahun memudahkan peneliti ketika

penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian

melakukan intervensi, dan responden mudah memahami.

Berdasarkan

usia

besar

dapat

yang menjelaskan bahwa DM tipe 2 lebih

sesuai dengan Ignatavicus et al (2006)

banyak dialami oleh dewasa. Penelitian lain

mengatakan semakin meningkat usia maka

dilakukan oleh Toobet et al (2000) dan Sousa

prevalensi diabetes dan gangguan toleransi

et al (2009) yang menjelaskan bahwa DM

glukosa semakin meningkat.

tipe 2 lebih banyak terjadi pada perempuan dari pada laki-laki.

Hal ini terjadi karena proses menua yang umur

30

tahun

Pendidikan kesehatan mengenai DM tipe 2

mengakibatkan adanya perubahan anatomis,

sangat penting diberikan kepada penderita,

fisiologis dan biokimia dalam tubuh mulai

untuk meningkatkan pengetahuan pola hidup

dari tingkat sel, jaringan maupun organ yang

sehat

dapat mempengaruhi homeostatis. Salah

DM

program

tipe

2.

pendidikan

diabetes

belum

terlaksanakan dengan optimal, sedangkan

pankreas yang menghasilkan hormon insulin.

edukasi ini merupakan hal yang penting

Jika terjadi gangguan sekresi hormon ini atau

dalam memberikan asuhan keperawatan

penggunaan glukosa yang tidak adekuat pada

terhadap penderita DM tipe 2. Edukasi yang

tingkat sel maka akan berdampak terhadap

berjalan saat ini hanya sebatas saat klien

peningkatan kadar glukosa darah (Rochmah

kontrol ke Puskesmas sehingga dengan

dalam Sudoyo, 2006)

waktu yang terbatas dan relatif singkat hanya sedikit informasi yang dapat disampaikan

Hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa

kepada klien dan bersifat individual. Selain

dengan peningkatan uisa diatas 30 tahun menderita

penderita

kesehatan/edukasi

fungsi akibat proses menua adalah sel beta

resiko

pada

kenyataannya

satu organ tubuh yang mengalami perubahan

maka

kelamin

dengan pendapat Ligaray dan Isley (2009)

pada individu berusia > 45. Penelitian ini

setelah

berjenis

perempuan 72.7%. hasil penelitian ini sesuai

dijelaskan bahwa kejadian DM tipe 2 terjadi

berlangsung

responden

diabetes

itu belum ada penggunaan media audiovisual

akan

yang

meningkat. Usia sangat erat kaitannya

dapat

menunjang

dalam

pemberian informasi terhadap klien.

dengan DM tipe 2 dimana pada usia lanjut 52

proses

Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371

Rahmawati, Tahlil, Syahrul pengetahuan

Meningkatnya pengetahuan klien adalah salah

satu tercapainya

tujuan

dan

keterampilan

dalam

pengelolaan yang diberikan kepada anggota

edukasi.

keluarganya, kelompok masyarakat berisiko

Dengan demikian meningkat juga kesadaran

tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan

diri dari segi kesehatan, merubah gaya hidup

kesehatan (Waspadji, dkk, 2002).

kearah yang sehat, patuh terhadap terapi, dan berkualitas. Hasil penelitian ini sesuai

Hasil penelitian juga didapatkan faktor diet

dengan

merupakan masalah terbesar yang dihadapi

hasil

Pengendalian

penelitian

bahwa

responden. Kesulitan utama yang paling

mayoritas gaya hidup yang tidak sehat,

sering dijumpai adalah kesulitan untuk

kurang aktifitas fisik adalah penyebab DM

menahan keinginan makan, baik makanan

tipe

pokok maupun selingan. Hal ini berakibat

2.

beberapa

PTM

Selama hal

RI

Direktoral

(2009)

penelitian

berlansung dapat

pada tidak terkontrolnya intake kalori serta

edukasi

tidak teraturnya jumlah dan jenis makanan.

sebagai upaya pengendalian DM tipe 2

Kesulitan lain yang cukup signifikan dalam

adalah edukasi kesehatan yang tersruktur

menghambat

dan berkelanjutan. Materi edukasi yang bisa

responden

diterapkan adalah pengetahuan berbasis

keinginan untuk minum manis.

keterampilan

dengan kepatuhan diet, penelitian terkait

dikembangkan

yang

diharapkan

dalam

program

dan

motivasi

perubahan

kontrol adalah

dilakukan

glukosa sulitnya

oleh

Hames

darah menahan Terkait

perilaku pada penderita. Untuk mendapatkan

yang

(2006)

hasil yang optimal proses edukasi kesehatan

mengungkapkan bahwa di India prevalensi

diharapkan dapat berjalan secara terus-

pasien yang tidak patuh pada program diet

menerus.

dan monitoring glukosa sebesar 63%, di USA menunjukkan 48% pasien tidak mengikuti

Pengembangan lain yang diharapkan dapat

rencana diet dan program aktivitas fisik. Hasil

diaplikasikan adalah penerapan community

penelitian ini juga sesuai dengan apa yang

as partener dalam hal ini strategi kemitraan

ditemukan oleh Patton (2007) dimana dalam

dan kolaborasi dari tim edukator. Upaya

penelitiannya didapatkan rata-rata intake

pengembangan lain yang bisa diterapkan

karbohidrat diabetesi adalah sekitar 80% dari

adalah pemberdayaan individu penyandang

total kebutuhan kalori. Jumlah ini melebihi

DM tipe 2 dan keluarganya untuk terlibat

intake karbohidrat yang dianjurkan yakni 45-

langsung dalam pengendalian DM tipe 2. Hal

65% dari total kebutuhan energi dalam sehati

ini sejalan denga teori edukasi DM yaitu pendidikan

dan

pelatihan

(Soegondo, 2009).

mengenai 53

Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371

Rahmawati, Tahlil, Syahrul dukungan keluarga juga diperlukan untuk

Kesulitan dalam mengikuti pola makan yang

mengontrol pola makan penderita DM tipe 2.

dianjurkan juga ditemukan dalam studi yang

Penelitian

dilakukan

dimana

Heriansyah (2014) intervensi DSME dapat

mayoritas partisipan menyatakan beberapa

mempengaruhi pola makan (diet) pada

kali dalam seminggu mereka melanggar

penderita DM tipe 2.

oleh

Marzili

(2011)

lain

terkait

yang

dilakukan

ketentuan makan yang dianjurkan, dan Indikasi

ketidakpatuhan ini terutama disebabkan oleh

pengetahuan

sangat kuat, dan faktor situasi dimana

untuk

makan

aktivitas

fisik,

keluarga

dan

kesehatan dengan menggunakan informasi kesehatan,

modalitas manajemen diabetes yang lain obat,

indivudu,

2. Meningkatnya kesadaran diri tentang

diluar

ketentuan. Pola makan berbeda dengan

(penggunaan

edukasi

komunitas dalam upaya pengedalian DM tipe

lingkungan sekitar memberikan tekanan penderita

tujuan

kesehatan DM tipe 2 adalah meningkatnya

dua hal yaitu dorongan dari dalam diri yang

kepada

tercapainya

perilaku

dan

merubah

serta

sikap,

mengubah

meningkatnya

kepatuhan

dalam program terapi, dan meningkatnya

edukasi), merupakan aspek yang sangat

kualitas hidup penderita DM tipe 2. Untuk

dipengaruhi oleh dimensi sosial dan budaya

mencapai

dari individu dan lingkungan. Penelitian

motivasi

menunjukkan bahwa responden yang tinggal

tujuan dari

edukasi

semua

pihak,

dibutuhkan khususnya

penderita DM tipe 2 itu sendiri.

dilingkungan dengan kebiasaan makan tidak sehat terbukti memiliki tingkat kepatuhan yang rendah terhadap pola makan DM tipe 2

Kesimpulan

(Marzili, 2011). Berdasarkan

hasil

penelitian

dapat

Penelitian lain yang dilakukan Purwanto

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh DSME

(2013) mengatakan bahwa pengetahuan

berpengaruh terhadap manajemen diri pasien

pasien tentang pola makan (diet) DM tipe 2

DM tipe 2 di Puskesmas Trienggadeng

merupakan hal yang penting guna mencapai

Kabupaten Pidie Jaya

kepatuhan menjalani diet sehingga terbentuk perilaku

kepatuhan.

Ucapan Terima Kasih

Peningkatan

Ucapan terima kasih saya atas kerjasama yang

pengetahuan menjalani diet pada DM tipe 2

baik kepada Kepala Puskesmas Trienggadeng

memerlukan peran serta tenaga kesehatan

Kabupaten Pidie Jaya dan seluruh pasien DM

untuk memberikan informasi yang tepat, dan

tipe 2 yang telah berpartisipasi. 54

Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371

Rahmawati, Tahlil, Syahrul Brunner, L. S., & Suddart, D. S. (2009). Texbook of medical-surgical nursing. England: Williams & Wilkins

Referensi

CDC. (2007). Strategis for reducing morbidity and mortality from diabetes through health care system interventions and diabetes self-management education in community setting. Diabetes Care. 48 (8): 1-15

Almatsier, S. (2006). Penuntun diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. American Diabetes Association. (2006). Standards of medical care in diabetes. Diabetes Care. 29(12): 2730-2732 American Diabetes Association. (2010). Standart of medical care in diabetes. Diabetes Care. 33(1): 11-61

Dharma, K. K. (2011). Metodelogi penelitian keperawatan (pedoman melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian). Jakarta : Trans Info Media.

American Diabetes Association. (2012). Diagnosis and classification mellitus. Diabetes Care. 35(6): 1364-1379

Dinas Kesehatan Pidie Jaya. Profil Kesehatan Penyakit Tidak Menular. Tidak dipublikasikan.

Atak, N., Tanju, G., Kenan, K. (2010). The effect of education on knowledge, self management and self efficacy with type 2 diabetes. Australian Journal of Advanced Nursing. 26(2): 66-74

Ebersole, P., Hess, P., & Touhy, T. (2005). Gerontological nursing and health aging (2rd ed). St. Louis: Elsevier Mosby. Fransisca, K. (2012). Awas pankreas rusak penyebab diabetes. Jakarta: Cerdas Sehat.

Badruddin, N. (2002). Knowledge attitude and practice of patients visiting a diabetes care unit. Pakistan Journal of Nutrition. 1(2): 99-102

Fox, A.M. 2012. Barriers to physical activity in East Harlem. New York journal of obesit. 3(3): 30-38.

Balagopal, P., Kamalamma, N., Patel, T.G., Misra, R. (2008). A Community-based diabetes prevention and management education program in rural village in India. Diabetes care 31(6): 1097-1104.

Funnel, M., & Anderson, R. (2002). Quide to diabetes self-management edcucation. American journal of prevention medicine. 22 (4): 39-66.

Black, J., & Hawk, J.H. (2009). Medical surgical nursing. Clinical management for positif outcomes (6thed). Philadelphia: Elsevier.

Funnel. 2004. Empowerment and selfmanagement od diabetes. Clinical diabetes, 22(3): 123-127. Funnel, M., & Anderson, R. (2005). Patient empowerment: reflections on the challenge of fostering the adoption of a new paradigma. Journal Medicine. 57(2): 153-157.

Barlow, J., Wright, C., Sheasby, J., Turner, A., & Hainsworth, J. (2002). Selfmanagemnt approaches for people with chronic conditions: A review patient education and counseling, 48(2): 177-187.

Funnel, M., Brown, T., Childs, B., Hass, L., Hosey, G., Jesen, B., dkk. (2010). National Standart for Diabetes SelfManagemane Education. Diabetes Care. 30(6): 1630-163.

Brazeau, S. (2008). Barriers to physical activity among patients whith type 1 diabetes. Diabetes care, 31(11): 2108-2109

Funnel, M., Brown, T., Childs, B., Hass, L., Hosey, G., Jesen., B., dkk. (2012). 55

Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371

Rahmawati, Tahlil, Syahrul

National standart For Diabete Self_Management Education (DSME) is critical care for assessment and education plan, intervention, an outcomes will be. Diabetes Care. 12(23): 682-689.

Heinrich, E. (2011). Diabetes selfmanagement, strategies to support patiens and health care profesionals. Patient Education and Counseling. 86(2): 172-178. Ignatavicius, D. D., Workman, L. M., & Misler, A. M. (2006). Medical surgical nursing across the health care continuum (3thed). Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Girsang, D. (2012). Manajemen strategis terkini dalam upaya pengendalian diabetes di indonesia. Jakarta Diabetes Meeting: Bandung Atrial Fibrilation Symposium (BAFS). Diakses dari http://kardioipdrscm.com/5927/berita -dan-informasi/21st-jakarta-diabetesmeeting-2012-manajemen-strategisterkini-dalam-upaya-pengendaliandiabetes-diindonesia/#sthash.4TofPCUT.4sjk7L9T. dpbs. Pada tanggal 7 Juni 2013.

Jack,L.,

Liburd, L., Spencer, T., & Airhihenbuwa, C.O. (2004). Understanding the environmental issue in diabetes self-management education. Research:A reexamination of 8 studies in community-based setting. Journal Diabetes Spectrum. (140): 964-971.

Glasgow, R. and Anderson, R. (2001). Moving for compliance to adherence is not enough: Something entirely different is need. Diabetes care, 22(12): 403408.

Kriska, A. (2007). Physical activity and prevention of tipe 2 (non insulin dependent) diabetes. Journal of The American Dietetic Assosiation.108(4): 19-23.

Greca. L. (2006). Aframework for study of selfandfamily management of chronic condition. Nursing Outlook, 54.278286

Kurniali, MD., Peter C. (2013). Hidup bersama diabetes mengaktifkan kekuatan kecerdasan ragawi untuk mengontrol diabetes dan komplikasinya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Haas, L., Maryniuk, M., Beck, J., Cox, C., Duker, P., Edwards, L., dkk. (2012). National standards for diabetes selfmanagemaent education and support. Diabetes Care. 36(1): 100-108

Leslie, RDG. (2005). Buku pintar kesehatan diabetes. Jakarta: Arean. Ligaray K.P.L & Isley, W.L. (2009). Diabetes mellitus type 2. A Review of Oral Diabetic MedicationI. 79(1): 29-36.

Hartini, S. (2009). Diabetes?: panduan lengkap untuk diabetes, keluarganya dan professional medis. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Mahmudin. (2005).Penyandang diabetes mellitus tipe 2 setelah mendapatkan edukasi kesehatan. Depok. Tesis Tidak Dipublikasikan.

Hastono, S. (2007). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.

Marzili,G. 2011. The effects of sosial support on eating behavior in patiens whith diabetes. Thesis diunduh dari proquest digital dissetations. http://www.proquest.com/enuS/catalog/database/detail/pqdt.shtm l

Hegney, D.G. (2011). The experience of hypoglycaemia and strategies used for its management bay communitydwelling with diabetes mellitus: A systematic review. International Journal of Evidence Based Healthcare, 10 (3): 169-180.

Medicastore. (2007). Diabetes, the silence killer. Diakses dari 56

Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371

Rahmawati, Tahlil, Syahrul

http://www.medicastore.come/med/i ndex.php. Tanggal 2 Maret 2014.

physical activity and health, 8(7): 944954.

Mills, L. (2008). Self-esteem and family support. Diabetes. 24(6): 3027-3044.

Potter,

Mensing, C, Boucher, J., Cypress, M., K, Barta, p., dkk. (2003). National standarts for diabetes self-management education, American Diabetes Assosiation. 32(1): 87-94.

Poretsky. (2010). Self-efficacy: The exercise of control. New York: W.H. Freeman and companys Price,

Misnadiarly. (2006). Diabetes mellitus: Gangrene, ulcer, infeksi. Mengenal gejala,menanggulangi, dan mencegah komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer

P.A., & Perry, A.G. (2009). Fundamental of Nursing: Consepts, process. And practice. St.Louis: Mosby.

S.A., & Wilson M.W. (2006). Patofisiologi konsep klinik prosesproses penyakit (cetakan ke-2). Jakarta: EGC.

Riset Kesehatan Dasar (2007). Manajemen strategis terkini dalam upaya pengendalian diabetes di Indonesia. Diakses dari http://www.pdpersi.co.id/content/ne ws, pada tanggal 5 April, 2013

Norris, S.L., Nichols, P., Caspersen, C., Glasgow, R., Engelgau, M. (2002). Increasing diabetes self-management education in community setting. American journal of preventive medicine. 22 (4): 39-66.

Shan,

H.Q. (2012) Improving Patients adherence to physical activity in diabetes mellitus: A review. Diabetes and metabolism journal, 36 (1), 2-12.

Norris, S.L., Nichols, P., Caspersen, C., Glasgow, R., Engelgau, M. (2002). The effecttivness of deasease and case management fo people with diabetes. Diabetes Care.22(4): 15-38.

Sudoyo. S. 2006. Buku ajar olmu penyakit dalam. (Edisi 3). Jakarta: Penerbit Departemen Penyakit dalam FKUI.

Norris. S.L., Lau, L., Smith, S.J., Schmid, C.H., Engelgau, M. M. (2002). Self management education for adult with type 2 diabetes. A meta analysis of the effect on glycemic control. Diabetes Care. 25 (7): 1159-1171.

Soewondo, P. (2006). Hidup sehat dengan diabetes. panduan bagi penyandang diabetes, keluarganya dan petugas kesehatan. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Norris, S.L., Engelgau, M., Narrayank, K. (2012). Effectiveness of selfmanagement training in type 2 diabetes. Diabetes Care. 24 (3): 587.

Soewondo, P. (2007). Pemantauan pengendalian diabetes mellitus. dalam: penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Jakarta : CV. Askara Buana.

Parmet, S. (2004). Weight gain and diabetes. JAMA. 292(8): 998.

Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2009). Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan DM tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Sousa, V.D., Hartman, S.W., Miller, E.H & Carrol, M.A. (2009). New measure of diabetes self-care agency, diabetes self-efficacy, and diabetes selfmanagement for insulin-treated

Plotnikoff, R.C. (2011). The Effects of A supplemental, Theory-based physical activity counseling intervention for adults with type 2 diabetes. Journal of 57

Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1 ISSN: 2338-6371

Rahmawati, Tahlil, Syahrul

individual whit tyoe 2 diabetes. Journal of clinical nursing,18(4): 1305-1312. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2005). Buku ajar medikal bedah (edisi-8). Jakarta: EGC. Sutandi, A. (2012). Self-management education (DSME) sebagai metode alternatif dalam Perawatan mandiri pasien diabetes mellitus di dalam keluarga. Diakses dari http://www. google. juruwidyakp3.com. Tagllacozzo D.M., Luskin D.B., Lashor J.C., 7 Ima K. Nurse Intervention and Patien Behavior . AM. Jou. Public Health. 64(6):46-57. Tahitian. (2008). Diabetes mellitus. Diakses di http://www.subscribe.com. Tanggal 8 Maret 2014. Tandra, H. (2014). Strategi mengalahkan komplikasi diabetes dari kepala sampai kaki. Jakarta: PT Gramedia. Thomas, N. 2004. Barries to physical activity in patients whiht diabetes. Postgraduate research for nursing journal, 80 (943): 287-291. Tjokroprawiro, A. (2007). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Surabaya: Airlangga University Press. Toobert, D.J., Hampson, S.E.,Glasgow, R.E. (2000). The summary of diabetes selfcare activities measure. Diabetes care, 23 (7): 943-950. Waspadji, S. (2002). Diabetes mellitus: Mekanisme dasar dan pengelolaannya yang rasional dalam Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Jakarta: FKUI.

58

Life Enjoy

" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.