Transcript
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, tuntutan untuk menjadi warga negara yang berperilaku
terpuji bukanlah hal yang mudah, karena banyak hal dapat menjerumuskan para pelajar ke dalam kehidupan yang kurang baik, padahal siswa SMA dituntut agar menjadi “manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” (Nana, 2010). SMA Negeri 4 Bandung mempunyai visi “Mewujudkan sumber daya manusia berakhlak mulia yang mampu bersaing pada era global, sedangkan indikatornya adalah bertaqwa, berakhlak mulia, berprestasi, kreatif, inovatif dan kerjasama. Misi yang diemban SMA Negeri 4 Bandung adalah sebagai berikut: Meningkatkan pengalaman ketaqwaan dan akhlak mulia yang berdasarkan nilai-nilai agama, rasa kebangsaan, budaya bangsa dan lingkungan hidup. Meningkatkan profesionalosme dan akuntabilitas sekolah sebagai pusat ilmu pengetahuan, keterampilan, pengamalan, sikap dan nilai dengan berbasis ITC, dalam mewujudkan sekolah mandiri berstandar nasional, membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi siswa secara utuh dalam rangka meningkatkan masyarakat
1 Rohmat Awaludin, 2012 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
belajar (learning society), mengembangkan sikap kebebasan berekspresi melalui seni dan budaya, olahraga dan life skill, dan memberdayakan peran serta masyarakat
2 Rohmat Awaludin, 2012 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
3
dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip MBS (Manajemen Berbasis Sekolah).” (Hasil Musyawarah Kerja Guru SMA Negeri 4 Bandung, 2008: 5). Dalam mencapai tujuan menciptakan lulusan yang berperilaku terpuji, perlu diberikan pendidikan keagamaan, yakni Pendidikan Agama Islam yang di dalamnya memuat kompetensi dasar mengamalkan perilaku terpuji. Kompetensi dasar berperilaku terpuji di SMA Negeri 4 Bandung merupakan kompetensi yang disiapkan oleh sekolah tersebut untuk memenuhi tujuan pendidikan menciptakan manusia yang berakhlak mulia di semua bidang kehidupan. Banyak standar kompetensi pada kompetensi berperilaku terpuji tersebut yang mendukung lulusannya dapat berperilaku terpuji sebagaimana yang diharapkan, di antaranya standar kompetensi tobat. “Standar kompetensi tobat” ini merupakan kemampuan dasar dalam berperilaku terpuji yang harus dimiliki oleh siswa sebagai kemampuan dasar yang dibutuhkan untuk menyelesaikan standar kompetensi yang bersifat lanjutan yaitu Standar Kompetensi raja’, menghargai karya orang lain, adil, bijaksana, rida, amal saleh dan menjaga persatuan dan kerukunan. Siswa dapat dikategorikan menguasai standar kompetensi tobat, apabila mereka mampu menguasai kompetensi dasarnya, yaitu a) dapat menjelaskan pengertian tobat, b) menyebutkan manfaat dari tobat, dan c) menerapkan sikap tobat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum SMA Negeri 4 Bandung menetapkan kompetensi dasar perilaku terpuji dengan standar kompetensi tobat yang diberikan kepada peserta didik kelas XI semester satu. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik mampu menguasai dasar-dasar tobat terlebih
4
dahulu sebelum melanjutkan kepada kemampuan-kemampuan yang lebih kompleks. Standar kompetensi tobat ini jika tidak dapat dikuasai dengan baik, maka peserta didik harus mengulang proses pembelajaran sampai tercapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pencapaian kompetensi peserta didik melalui proses pemberian teori dipengaruhi banyak faktor di antaranya sarana prasarana, guru, waktu pembelajaran, daya tangkap peserta didik dan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut terkadang menghambat peserta didik dalam mencapai kompetensi yang seharusnya. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, pemilihan metode pembelajaran yang digunakan guru juga sangat menentukan tercapai atau tidaknya kompetensi dari peserta didik. Metode pembelajaran apa yang seharusnya digunakan untuk pencapaian kompetensi-kompetensi yang bersifat dasar bagi kompetensi lainnya, dan metode pembelajaran apa yang digunakan untuk pencapaian kompetensi yang sifatnya lanjutan. Ketidaktepatan dalam memilih metode pembelajaran bisa menyebabkan waktu pencapaian kompetensi menjadi lebih lama atau bahkan tidak tercapainya kompetensi yang diinginkan. Hambatan seperti ini yang biasanya muncul dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis pada saat melakukan pembelajaran di sekolah, dalam penyampaian materi ajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam oleh guru kepada peserta didik biasanya menggunakan metode konvensional. Di mana guru menjelaskan teori di depan kelas, mendemonstrasikan, memberikan tugas, kadang kemudian peserta didik melakukan
5
praktikum. Dengan metode pembelajaran tersebut peserta didik kurang menghayati dalam menguasai dasar-dasar perilaku terpuji, sehingga dalam pengamalannya beberapa peserta didik memiliki perilaku yang kurang baik. Proses pembelajaran pada standar kompetensi perilaku terpuji yang selama ini dilakukan oleh guru, berakibat pada pencapaian hasil belajar yang kurang optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya kenekalan-kenakalan yang dilakukan oleh para pelajar SMA. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan peserta didik kurang menguasai materi perilaku terpuji seperti yang di kembangkan Asyafah (2011: 9-10) di antaranya, Pertama, para pengajar PAI mengalami kesulitan dalam mencapai visi, misi tujuan PAI secara ideal. Kedua, mata pelajaran PAI dalam pandangan para peserta didik merupakan mata kuliah/bidang studi yang tidak efektif, kurang penting, tidak menarik dan membosankan atau monoton. Ketiga, pembelajaran agama Islam belum mampu menjawab tantangan global serta merespons arus perubahan yang lebih menghajatkan domain afektif disamping domain kognitif dan psikomotor. Keempat, masih terbatasnya metode PAI yang digali dari sumber utamanya (al-Qurân). Kelima, fungsi al-Qurân sebagai petunjuk, sumber nilai, sumber PAI, dan sumber inspirasi untuk pengembangan ilmu pendidikan Islami selama ini belum banyak dirasakan, bahkan umat Islam cenderung “mengekor” ke Barat. Adapun untuk mengatasi permasalahan yang terjadi tersebut, akan dicoba dengan menerapkan metode pembelajaran tadabbur qurânî. Adapun alasan penggunaan metode tadabbur qurânî adalah sebagai berikut.
6
Metode tadabbur qurânî pertama kali dikembangkan oleh Asyafah (2011). Penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Metode Tadabbur Qurânî dalam Pembelajaran Agama Islam untuk Meningkatkan Keimanan (Studi pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2009-2010)”. Disertasi Prodi Pendidikan Umum/Nilai SPS UPI Bandung 2010) dilatarbelakangi oleh masih sulitnya pencapaian peningkatan keimanan sebagai core tujuan pendidikan nasional/PU/PAI, kurang menariknya pembelajaran agama Islam di PTU, terbatasnya metode pembelajaran yang efektif dan digali dari sumber ajarannya (Al-Qurân), dan tadabbur Al-Qurân hanya berada pada tataran konsep yang belum tersingkap tataran praktisnya, dengan masalah pokok: apa dan bagaimana metode tadabbur qurânî dalam pembelajaran agama Islam untuk meningkatkan keimanan mahasiswa?. Sehingga penelitiannya menghasilkan draft metode tadabbur qurânî secara keseluruhan. Fenomena pembelajaran agama Islam yang masih menggunakan metode konvensional juga menjadi latarbelakang penelitian yang Dilakukan Oleh Wiguna (2011) Yang Berjudul “Efektifitas Metode Tadabbur Qurânî dalam Pembelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Atas (Studi Kuasi Eksperimen pada Sub Bahasan Menghindari Perilaku Tercela di SMA Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2010/2011)”. Skripsi Prodi IPAI FPIPS UPI. Bandung (2011). Hasil penelitian ini diantaranya bahwa pembelajaran agama Islam dengan menggunakan metode tadabbur qurânî mampu mengurangi perilaku tercela (hasud, riya, aniaya, dan diskriminasi) siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Lembang. Selain itu hasil penelitian ini
7
menunjukan bahwa sebagian besar siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran agama Islam dengan menggunakan metode tadabbur qurânî. Penelitian selanjutkan dilakukan oleh Ariadi (2011) yang berjudul “Efektivitas Metode Tadabbur Qurânî dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah (Studi Eksperimen pada Sub Bahasan Iman Kepada Allâh di Madrasah Aliyah Al-Huda Cikalong Wetan Tahun 2011).” Skripsi Prodi IPAI FPIPS UPI. Bandung (2011). Penelitian ini dilatar belakangi oleh keinginan penulis (Ariadi) untuk menerapkan metode tadabbur qurânî ditingkat sekolah (Madrasah Aliyah). Hal itu karena penulis ingin melanjutkan penelitian sebelumnya (Asyafah, 2011) yang telah teruji bahwa metode tadabbur qurânî efektif dalam pembelajaran agama Islam untuk meningkatkan keimanan mahasiswa di PTU UPI. Hasilnya, penulis (Ariadi) berkesimpulan bahwa metode tadabbur qurânî dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di Madrasah Aliyah Al-Huda Cikalong Wetan pada sub bahasan iman kepada Allâh teruji keefektivitasannya dan dapat meningkatkan hasil belajar dan respon siswa tentang keimanan. Metode pembelajaran tadabbur qurânî lebih menekankan pada menyatunya pikiran dan hati dengan objek yang dipelajari, menyentuh emosi, suasana pembelajaran khidmat, khusuk dan tenang, dosen/guru dan mahasiswa/pelajar merasakan terjadinya komunikasi Ilahiyah dan peserta didik menangkap pesan nilai dari materi yang sedang dipelajari. (Asyafah, 2011: 56). Adapun hirarki dan langkah-langkah metode tadabbur qurânî didesain dengan formula ST4, yakni (1) Simâ’ah/ tilâwah, (2) Tafhîm, (3) Tażawwuq, (4) Taŝdîq dan (5) Tajawwub. (Asyafah, 2011: 124).
8
Tujuan dari penerapan metode pembelajaran ini dapat dilihat berdasarkan tahapan-tahapannya yaitu agar peserta didik lebih menghayati ayat-ayat al-Qurân, lebih menghayati tentang pentingnya menerapkan perilaku terpuji, merasakan nikmatnya berperilaku terpuji dan menerapkan perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Jika melihat karakteristik metode tadabbur qurânî yang dapat menunjang proses pembelajaran yang berkaitan dengan perenungan dan berupaya merealisasikan apa yang ditangkap oleh kalbu. Berdasarkan pemikiran yang diterangkan di atas, maka mendorong penulis untuk menulis skripsi dengan judul: “PENERAPAN METODE TADABBUR QURÂNÎ DALAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM UNTUK MENGAMALKAN PERILAKU TERPUJI (Studi Eksperimen Terhadap Siswa SMA Negeri 4 Bandung Kelas XI IPA 5 Tahun 2011/2012).
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
merumuskan masalah penelitian ini, bahwa: Sampai saat ini tidak ada hasil penelitian tentang penerapan metode tadabbur qurânî dalam pembelajaran agama Islam untuk mengamalkan perilaku terpuji. Atas dasar rumusan masalah tersebut, maka peneliti merumuskan pertanyaan inti: 1. Apa yang dimaksud dengan metode tadabbur qurânî dalam pembelajaran agama Islam untuk mengamalkan perilaku terpuji?
9
2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran metode tadabbur qurânî dalam pembelajaran agama Islam untuk mengamalkan perilaku terpuji? 3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran tadabbur qurânî dalam pembelajaran agama Islam untuk mengamalkan perilaku terpuji? 4. Sejauh mana efektifitas metode tadabbur qurânî dalam pembelajaran PAI terhadap siswa
SMA Negeri 4 Bandung Kelas XI IPA 5 dalam
mengamalkan perilaku terpuji?
C.
Tujuan Penelitian Tujuan dari di laksanakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengertian dari metode tadabbur qurânî dalam pembelajaran agama Islam untuk mengamalkan perilaku terpuji. 2. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran metode tadabbur qurânî dalam pembelajaran agama Islam untuk mengamalkan perilaku terpuji. 3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran tadabbur qurânî dalam pembelajaran agama Islam untuk mengamalkan perilaku terpuji. 4. Untuk mengetahui Sejauh mana efektifitas metode tadabbur qurânî dalam pembelajaran PAI terhadap siswa SMA Negeri 4 Bandung Kelas XI IPA 5 dalam mengamalkan perilaku terpuji.
10
D.
Asumsi Surakhmad dalam Arikunto (2006: 65) menyatakan bahwa “Anggapan dasar
atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”. Anggapan dasar peneliti dalam penelitian ini adalah: 1. Peserta didik mempunyai perbedaan kemampuan dan cara belajar. 2. Kemampuan dan cara belajar peserta didik bisa meningkat dalam pembelajaran agama Islam standar kompetensi tobat setelah diberikan dengan menggunakan metode tadabbur qurânî. 3. Hasil belajar standar kompetensi perilaku terpuji kompetensi dasar tobat merupakan representasi kemampuan peserta didik yang dapat diukur.
E.
Hipotesis Menurut Siregar (2004:129) “Hipotesis adalah dugaan (penaksiran) sementara
mengenai suatu hal, melalui sekelompok sampel yang terukur, untuk menjelaskan populasinya, tetapi kebenarannya belum teruji”. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Hipotesis kerja (Ha) = Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode tadabbur qurânî.
11
F.
Metode Penelitian Pengertian metode penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini:
Merupakan cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989: 580-581). Untuk desain penelitian ini, akan dikenakan perlakuan dengan dua kali pengukuran. Pengukuran pertama (prates) dilakukan terhadap kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan, setelah itu kelas eksperimen diberi perlakuan, yakni menggunakan metode pembelajaran tadabbur qurânî. Pengukuran kedua dilakukan setelah kelas eksperimen tersebut diberikan perlakuan (pascates), dengan perangkat tes yang sama dengan perangkat prates. Perbedaan rata-rata skor tes akhir dengan skor tes awal pada kelas eksperimen dibandingkan untuk menentukan apakah perlakuan eksperimen menghasilkan perubahan dari pada sebelum diberi perlakuan.
G.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Bandung, yang beralamat di Jl.
Gardujati No. 20. Telp/Fax (022) 4203861, Bandung 40181. NISS: 301026004018. Peta lokasi dan gedung SMAN 4 Bandung dapat dilihat pada gambar berikut ini.
12
Gambar 1 Lokasi SMAN 4 Bandung (maps.google.co.id, 2012)
Gambar 2 Gedung SMAN 4 Bandung